Devlin sudah mengeringkan rambut dan mengenakan T-shirt abu-abu yang mempertegas warna kulitnya yang cerah. Teh krisan, dengan gula batu sebagai pemanis, sudah siap di atas meja bar. Uap panas masih mengepul dari dalam dua buah cangkir di depannya, menunggu Jean selesai.
“Jean, berapa lama lagi?” panggilnya sambil terkikik.
Jean pasti ragu untuk keluar dari kamar mandi. Ya, ampun … Devlin bukanlah anak kecil lagi, atau lelaki lugu seperti pertama kali mengenalnya. Dia sudah cukup berpengalaman dengan wanita, jadi apa yang mungkin ditakutkan Jean dengan berlama-lama di kamar mandinya?
“Sebentar!” sahut suara dalam kamar mandi.
Diaduknya teh dalam cangkir sambil meniup perlahan agar cairan itu tidak terlalu panas untuk diminum saat Jean keluar nanti. Sementara melakukan itu, pikiran Devlin kembali mengulang kejadian hari ini.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com