"Oke, aku paham. Huuufffhh ... Bim, kita ... putu--"
Belum sempat aku selsaikan kalimat di sela isakku itu, Bimo sudah menarikku erat ke dalam rengkuhnya lalu mencium bibirku agar aku tak bisa menyelesaikan kalimatku.
Sontak aku terkejut dengan apa yang dia lakukan, juga marah. Kudorong dia sekuat tenaga agar melepasku, tangisku makin jadi, refleks aku menampar wajahnya meski tak begitu keras, kututup bibirku dengan telapak tangan, juga menatap kecewa padanya. Tega sekali dia lakukan ini disaat perasaanku sedang kacau, memangnya aku perempuan gampangan yang akan senang dan langsung memaafkannya jika dia lakukan hal tadi!
Bimo menatapku nanar, seolah tahu aku tergugu sebab kecewa. Ditariknya kembali aku mendekat padanya sambil merangkul pinggangku, kemudian ia menundukkan kepalanya di bahuku, menyandar disana seolah itu adalah tempat ternyaman baginya.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com