webnovel

Selamat Tinggal ii

Perpisahan ii

***

Tawa Blash pecah seketika, "Membosankan." ujarnya.

Tekanan Dark Power menghilang seketika, "Inilah Sebabnya Kita Bertemu..." Dwi mengangkat lengan kirinya, U-watch yang dikenakan bersinar.

"Seharusnya Kamu Sudah Tahu Jika 'Gate' Baru Sudah Terbuka. Makanya, aku tidak berniat menghabisi kalian sekarang!"

Blash sudah lama menunggu momen ini, momen untuk meningkatkan lebih banyak kekuatan. Jika dia mau, Blash bisa saja memusnahkan keduanya saat ini. Tetapi dia memilih untuk menundanya lebih lama, makhluk itu memiliki rencana lain.

Hits terkejut mendengarnya, <"Jangan Bilang--">

"Tepat Sekali," Blash tertawa melihat wajah panik Hits. "Aku Akan Membuat Kekacauan Di sana."

Kekesalan memuncak dalam diri Hits, dia mengepalkan tangan kanan dan mengumpulkan Light Power. <"Kalau Begitu, Aku Akan Menghentikanmu"> Hits berlari melewati kubah dan menerjang Dwi, dia berniat menghajar Blash dari tubuh itu.

Melihat Hits berlari begitu saja membuat Edi panik, "Hits apa yang kamu lakukan? Jangan sakiti Dwi." perintahnya, ia tahu niat Hits karena keduanya saling terkoneksi.

"Dwi, cepat menyingkir!" Edi memperingati Dwi, tapi orang yang dipanggil hanya diam. Seolah tidak mendengarkan sama sekali, dia berdiri begitu tenang tanpa terusik apapun dengan senyuman merendahkan khas dari Blash.

Hits berniat memukul wajah Dwi, tepatnya pipi kiri. Percikan kecil timbul saat kepalan tangan Hits mengenai sesuatu, tapi Dwi tidak bergerak seinci-pun dari tempatnya atau berubah postur sedikitpun. Dia tersenyum mengejek, "Hanya Seginikah Kemampuanmu, Hits?"

Pukulan Hits terhenti tepat beberapa milimeter dari kulit Dwi, terlihat asap tipis menahannya. Hits berdecak lidah kesal, dia sudah menduga hal ini akan terjadi. Namun, serangannya tidak berhenti, Hits menciptakan bola energi di tangan kiri yang bebas, lalu berniat menyerang Perut kanan Dwi.

Blash hanya melirik pergerakan tangan Hits, Dwi mengibaskan tangan kanannya menepis serangan Hits. Bola itu terlempar dan membumbung tinggi, sesaat kemudian meledak menimbulkan bunyi ledakan Boom....

Dwi menangkap tangan kanan Hits, lalu menarik dan memukul lengan itu dengan sikunya, Hits berteriak kesakitan. Tidak berhenti di sana, Blash melepas cengkraman pada tangan Hits, lalu langsung berlanjut menerjang lehernya. Dwi mencekik Hits dengan satu tangan dan mengangkatnya, di dekatkan wajah Hits, Blash berbisik di telinganya.

"Dasar Lemah."

Seolah kekhawatiran Edi tidak berguna, kini dia melihat Hits yang kewalahan di hadapan Dwi. Lagi pula tidak ada gunanya mencemaskan Dwi, tubuh itu sekarang dalam kendali Blash. Seharusnya Edi lebih mengkhawatirkan keadaan Hits, mengingat makhluk itu tidak berada dalam kondisi prima.

"Dwi, hentikan ini!" teriaknya dari dalam kubah, Edi tidak ingin ada korban dari kejadian ini. Dwi hanya menoleh sejenak, lalu kembali fokus pada Hits.

Dwi mencekik leher Hits lebih kuat, Blash juga mengalirkan Dark Power untuk menambah dayanya. Makhluk itu hanya bisa menggelepar tak berdaya, lehernya membekas hitam. Perlahan kesadaran Hits mulai menurun, hingga kubah cahaya yang menyelimuti Edi menghilang. Blash tersenyum melihatnya, dia menghentikan aliran Dark Power tanpa melepas cengkraman-nya.

"Ini Yang Dari Tadi Ku Tunggu-Tunggu."

Tangan kanan yang bebas menciptakan bola hitam dari Dark Power, kemudian dia lemparkan ke arah Edi.

<"Edi, Menghindar!"> Hits mengirim telepati pada tuannya, Edi dengan panik berusaha menghindari bola itu. Alhasil bocah itu berguling ke samping, Dark Ball mendarat dan meledak di tanah bekas pijakan Edi hingga menciptakan kubangan kecil. Matanya mendelit melihat bekas serangan itu, dia tidak menyangka teman--sahabatnya tega melakukan ini.

"Dwi, Kenapa!?" Edi bertanya dengan ragu.

Cukup melihat tingkah dan kelakuan Dwi sudah menjelaskan 'Siapa dia sebenarnya?' Meski begitu, Edi belum mau mengakui jika Sahabatnya sudah dikendalikan.

Dwi yang dikenalnya selama ini telah pergi, "Kenapa, kamu mengingkari janji!" bentaknya dengan nafas tertahan, emosi-nya meluap ingin sekali memaki orang itu. Namun, sayangnya dalam tubuh itu bersemayam makhluk lain, Blash.

Blash tertawa dalam tubuh itu, dia begitu menantikan momen ini. Momen ketika hatinya hancur, "Hahaha, Akhirnya Kamu Menyadarinya." ucapnya sambil melempar tubuh Hits yang lemas, lalu berjalan mendekati Edi.

"Ku Kira Kamu Tidak Akan Pernah Sadar!" lanjutnya dengan tingkah angkuh.

Dwi meraih kerah baju Edi, di dekatkan wajahnya "Sayangnya, Kamu Masih Berusaha Menolak Kenyataan Itu."

"Dwi---," Edi memegang tangan Dwi yang mengangkat tubuhnya, pandangan matanya sayu terlihat dia sedang bersedih. "Aku yakin, kamu pasti akan kembali. Karena kita sudah berjanji, benar bukan?"

Dwi sedikit tersentuh, "Omong Kosong, Mana Mungkin Dia Akan Kembali! Jiwanya Su---," ucapan Blash tercekat karena dia merasakan sakit kepala luar biasa, hasilnya dia berteriak dan melempar tubuh Edi.

Argh....

Edi tersungkur, dia bertumpu pada kedua lengannya. "Sialan! Beraniya Makhluk Rendahan Seperti Kalian Menentangku!" setelah rasa sakitnya mereda Dwi mendekati Edi yang masih telungkup dengan penuh amarah, dia mengalirkan energi ke tangan kanannya.

"Akan Aku Beri Pelajaran Kalian! Dan Dimulai Dari Mu,"

Blash berniat memukul Edi dengan tangan berbalut Dark Power, sayang pukulannya tertahan beberapa senti dari Edi membuat Blash menoleh dan menatap Hits. Makhluk itu mengarahkan tangannya ke arah Edi.

"Hits, Beraninya Kamu!"

"Lebih Baik Kamu Diam Saja Di Sana." Dwi melempar bola hitam dengan tangan yang lain. Bola itu melayang mendekati Hits, kemudian melebur menjadi tali dan mengikat tubuhnya.

"Sudah Untung Aku Tidak Memusnahkan-mu." gumamnya.

Tiba-tiba Edi meraih tangan kanan Dwi, dia menggenggam tangan itu dengan erat meski tahu tangannya dibalut Dark Power. Rasa sakit seperti biasa ketika bersentuhan dengan Dark Power kembali terasa, kali ini lebih parah karena Edi menyentuhnya secara langsung dari sumbernya. Namun, Edi tidak goyah sedikitpun hanya karena itu, dia menarik tangan Dwi. Kemudian melayangkan tinju mentah ke pipinya dengan tangan lain, alhasil Dwi terjatuh dan tersungkur. Tidak berhenti di sana, Edi bangkit lalu menduduki tubuh Dwi dan memukulnya lagi secara bertubi-tubi.

Edi memukul wajah sahabatnya dengan rasa penuh amarah yang diselimuti kesedihan, sedih karena tidak bisa membantu Dwi saat Blash mulai beraksi mengambil alih tubuhnya.

"Rasakan ... Rasakan ... Rasakan...." isaknya.

Semakin lama dia memukul, kedua tangan terasa terbakar. Perih rasanya bagai disayat ribuan benda tajam dan tertusuk jarum, sakitnya terasa merasuk ke dalam tulang.

Dwi menatap gimik wajah sahabatnya dengan pandangan kosong, seolah tidak tahu harus memberi respon seperti apa. Setidaknya bagi Blash pukulan bocah itu tidak seberapa karena tanpa Light Power. Akan tetapi, dadanya terasa sesak merasakan amarah dari bocah itu. Tubuh Dwi seperti menerima gejolak lain hingga membuat dirinya goyah. Mungkinkah Dwi di dalam sana masih berusaha melawan? Jika iya, Blash tidak bisa meremehkan ikatan keduanya.

Kepala Blash tiba-tiba terasa penuh, teriakan penuh semangat bergema dalam benak tubuh Dwi.

"Aku tidak akan mengingkari janji!", seketika Dwi berteriak lantang dengan ledakan Dark Power membuat Edi terhempas hingga beberapa meter.

Dwi berdiri sempoyongan dengan aura gelap menyelimuti tubuhnya, dia memegang kepalanya dengan erat. Terdengar suara orang berbeda dari mulut itu, salah satunya suara khas orang terdekat Edi -Dwi-, sementara suara lain pasti Blash.

....