webnovel

Kampungan

Editor: Wave Literature

Apa yang baru disebutkan Chu Yichen memang memusingkan Gu Xiaoxiao. Butuh waktu lebih dari satu jam untuk berangkat dari Universitas B ke perusahaan dengan kereta bawah tanah. Tiga jam terbuang di jalan setiap hari. Tidak mudah untuk tinggal di Kota B.

"Apa boleh buat? Untuk sekarang, aku hanya bisa melakukannya seperti ini dulu," jawab Gu Xiaoxiao sambil bersandar di kursinya dan memandang ke luar jendela, "Kota ini terlalu besar dan terlalu banyak orang pintar di sini. Jika tidak ingin ketinggalan, kita harus berlari setiap hari," lanjutnya. Gu Xiaoxiao menghela napas dan memikirkan Mu Yunfan. Mungkin ia menyerah begitu saja karena lelah berlari.

Gu Xiaoxiao dan Chu Yichen sangat jarang memiliki bahan pembicaraan sehingga tanpa sadar Gu Xiaoxiao mengantuk. Ketika ia bangun, mobil sudah sampai di tujuan. Begitu ia membuka mata, ia berhadapan dengan senyum Chu Yichen. Namun, ia takut menatap langsung ke mata pria itu. "Terlalu hangat di dalam mobil, jadi aku tertidur," ujarnya. Dalam suasana yang sunyi, Gu Xiaoxiao membuka mulutnya dengan kaku. Kemudian, ia menyadari bahwa akan lebih baik jika ia tidak mengatakan apa-apa.

"Baik, aku mengerti," kata Chu Yichen. Ia melirik posisi tombol power pengatur suhu sehingga membuat Gu Xiaoxiao menjadi semakin malu dengan kepala tertunduk. Apa yang dia tahu? Apakah dia akan tertidur ketika AC dinyalakan?

Setelah Gu Xiaoxiao melepas sabuk pengaman, ia merapikan pakaiannya dan mengucapkan selamat tinggal pada Chu Yichen. Namun, baru saja ia hendak pergi, Chu Yichen memegang tangannya dan segera mendekat. Gu Xiaoxiao hanya menatap pria itu dengan tatapan kosong dan tubuhnya tidak bisa menahan diri saat melihat Chu Yichen semakin mendekat.

"Xiaoxiao." Chu Yichen yang berada di samping Gu Xiaoxiao melihat gadis itu memejamkan mata. Ia pun mendekat ke telinga Gu Xiaoxiao, kemudian perlahan berbisik, "Jangan biarkan aku menunggu terlalu lama."

Napas Gu Xiaoxiao beradu dengan napas Chu Yichen dan jantungnya berdebar setelah mendengar kata-kata barusan. Ia tidak tahu apa yang Chu Yichen maksud dan tidak berani untuk memahaminya lebih dalam. Ciuman yang ringan mendarat di dahi Gu Xiaoxiao. Chu Yichen melepaskan tangannya, kemudian membukakan pintu untuknya.

Gu Xiaoxiao melihat ke arah Chu Yichen, kemudian berlari sepanjang jalan menuju ke asrama. Sesampainya di kamar, tidak ada seorang pun di sana dan Chu Xiaoxi belum kembali. Chu Xiaoxi akan menghilang setiap beberapa bulan sekali dan Gu Xiaoxiao tidak tahu apa yang membuatnya sibuk. Li Yiran mungkin pergi ke tempat pacarnya lagi, dan Jin Jing... pasti bersama Mu Yunfan.

Setelah mandi, Gu Xiaoxiao duduk di tempat tidur. Ia mengeluarkan buku nikah yang ia sembunyikan dan menatap foto di buku itu dengan tatapan kosong sambil mengingat kembali peristiwa yang terjadi baru-baru ini. Mungkin ia harus berterima kasih pada Chu Yichen. Jika Chu Yichen tidak muncul secara tiba-tiba waktu itu, Gu Xiaoxiao mungkin tidak dapat keluar dari dalam lubang yang digali Jin Jing dan Mu Yunfan untuknya.

Rasa hangat menyelinap dari dasar hati Gu Xiaoxiao saat ia memikirkan Chu Yichen. Dia berbaring di tempat tidur setelah mematikan lampu dan berpikir untuk waktu yang lama hingga akhirnya tertidur.

———

Ketika Gu Xiaoxiao bangun keesokan harinya, Chu Xiaoxi sudah kembali di kamar asrama. Setelah mendengar suara Gu Xiaoxiao, Chu Xiaoxi menoleh ke belakang untuk menatapnya dan bertanya, "Apa kamu sudah bangun? Ayo temani aku sarapan."

"Jam berapa kamu tidur semalam? Kantong hitammu terlihat sangat jelas…"

"Aku tidak ingat karena sedang sibuk akhir-akhir ini. Cepatlah, ada hal lain yang harus dilakukan di pagi hari," desak Chu Xiaoxi setelah melihat jam tangannya.

Setelah bangun dan mandi secepat mungkin, Gu Xiaoxiao dan Chu Xiaoxi bersama-sama meninggalkan asrama. Tiba-tiba mereka mendengar suara-suara asing yang berasal dari tiga orang gadis. Orang yang berdiri di tengah adalah Jin Jing.

"Wah… Bukankah ini Gu Xiaoxiao?!"

"Benar-benar kampungan, persis seperti di foto!"

"Jangan mengatakannya di depan orangnya langsung! Hahaha…"

Sebelum Gu Xiaoxiao sempat mengatakan apapun, orang lain sudah mengomentari pakaian yang dikenakannya.