webnovel

Perfectionist

"Jacky....!!!! sejak kapan kamu berdiri disana??" pekik Safira

"hmmmm sejak kamu bercerita tentang pengusaha tua...!" jawab Jacky sembari menggaruk kepala bagian belakangnya yang tak gatal.

"kamu tak mendengar yang lainya??" kini Silvi yang menanyainya

"memangnya kalian sedang membicarakan apa?? siapa yang akan menikah dengan pengusaha tua, perut buncit dan botak itu??" Jacky melangkah memasuki kamar Silvi dan duduk di kursi kayu di sudut kamar

"Silvi!!! dia dijodohkan dengan pengusaha tua, botak yang mempunyai perut buncit." pekik Safira asal

Silvi menarik lengan Safira dan berbisik "kamu gila???"

"sudahlah nurut aja sekalian liat gimana ekspresi Jacky kalo tahu kamu dijodohin gitu aja." jawab Safira

"oh.... jadi kamu dijodohin?? tunggu kalau yang dijodohin Silvi kenapa kamu yang nangis kakak ipar??"

"dasar bodoh !!! dia itu sudah seperti adik ku sendiri, aku tahu dia menyukai orang lain tapi orang tuanya memaksa dia menikah dengan pengusaha itu. aku cuma merasa sebagai sahabat aku sangat tidak berguna, ngerti??!!!"

"hmmm... tapi semalam kamu terlihat tanpa beban Sil."

"aku sedang berlibur sementara waktu ingin melupakan masalahku sendiri dan mencari tahu kisah cinta sahabatku, aku hanya berandai- andai kalau saja bisa punya kisah cinta seperti Safira."

"ha...ha...ha... sudahlah hari sudah menjelang petang tapi aku tak melihat Ryuji kemana dia???" tanya Jacky mengalihkan pembicaraan

mengetahui respon Jacky yang tak terlalu menggubris kisah hidup yang sengaja di karang olehnya membuat raut wajah Silvi yang tadinya sumringah menjadi mendung dan suram.

"kalian tunggu di bawah, aku sudah pesan makan malam seperti kemarin. aku akan membangunkan Ryuji dan segera menyusul kalian kebawah." kata Safira menguntai senyum yang merekah di wajah cantiknya.

"okey...!!" jawab Jacky dan Silvi bersamaan.

Safira memasuki kamar dimana sang suami tadi ia tinggalkan disana, tapi saat ia sudah berada di kamar, ia tak menjumpai suaminya.

"Ryuuuuu???? Ryuuuuu??? Safira memanggili nama suaminya dan melihat ke beberapa tempat di kamar itu.

tiba - tiba saja dari belakang Safira merasakan seseorang sedang memeluknya erat, meski sedikit terkejut tapi pelukan itu cukup menenangkan hatinya.

"Ryuuuu kamu membuatku terkejut."

"salah siapa meninggalkan suami tidur sendiri seharian??" jawab Ryuji sembari menciumi tengkuk Safira

"hmmmm baiklah aku minta maaf..... tapi kita harus makan dulu kan untuk melanjutkan aktifitas ini." kata Safira mencoba mengalihkan perhatian Ryuji

"ku rasa kamu benar!! aku harus mengisi perut agar tak kamu kalahkan untuk kedua kalinya." kalimat itu di ikuti dengan kecupan mesra di kening Safira.

****

___setelah makan malam___

"Safira apa kamu berencana tinggal lebih lama di Indonesia??" tanya Silvi sembari berjalan kembali ke kamar

"aku hanya akan tinggal beberapa hari saja, setelah mengunjungi mama dan melihat perkembangan kantor secara langsung akan akan kembali ke Jepang bersama Ryuji."

"Hey... nona Silvi kedengaranya kamu sangat berharap Safira tinggal lebih lama di Indonesia??" Jacky menyela pembicaraan dua wanita yang berjalan mendahuluinya itu.

"Iyaaaa itu wajar kan kita bersahabat dan ingin lebih lama bersama??"

"oh ya??! tapi bukanya kamu akan segera menikah dengan pengusaha tua itu??? jadi gak butuh Safira lagi. lagipula jika Safira di sini maka Ryuji yang akan tersiksa."

"Safira akan selalu ikut denganku!!" Ryuji menggandeng tangan Safira berjalan ke kamar mereka.

"ho..ho... kamu langsung membawa kakak ipar masuk kamar??" Jacky menggoda Ryuji

Ryuji menghentikan langkah kakinya ia menatap dingin ke arah Jacky dan Silvi "apa ada yang keberatan??"

"he..he... ti...tidak siapa yang berani?? aku hanya ingin mengingatkan besok bangun lebih awal, aku sudah menyiapkan kejutan untuk kalian." jawab Jacky sembari menarik tangan Silvi meninggalkan Sepasang suami istri itu.

Pasutri itu kembali memulai kembali apa yang telah mereka tuntaskan, berbeda dengan malam malam yang telah berlalu kini keduanya memiliki harapan besar agar aktifitasnya kali ini dapat menumbuhkan benih cinta di rahim Safira.

malam yang panjang bertabur bintang dengan senandung gemuruh ombak dan siulan angin malam, Ryuji dan Safira bergulat dengan hasrat yang memuncak mengembangkan harapan akan buah cinta yang telah dirindukan dalam pelukan.

*****

di jantung kota Jakarta

12.00 WIB

"Jacky siapa yang kita tunggu?? mama pasti sudah menantikan kedatangan kita." Safira mulai bosan menunggu

"sepertinya dia akan terlambat 2 jam lagi, jadi aku minta maaf membuat kalian menunggu lagi."

"huft.... tahu begini aku bisa pulang dulu Jacky !" pekik Silvi

"apa kamu main- main??" Ryuji yang sedari tadi hanya terdiam dengan wajah tanpa ekspresi pun kini bersuara.

"tidak tunggu saja !! dia sangat ingin menemui kalian jadi bersabarlah." jawab Jacky santai dengan gayanya yang sedikit slengekan

"hmmmm gimana kalau kita nunggu di cafe milik kak Arthur saja?? tempatnya gak jauh kok dari sini." ajak Safira bersemangat

"Arthur??? siapa dia???" tanya Ryuji

"dia adalah pangeran kodok yang diapit si kucing liar dan kucing kecil ini." Jacky tersenyum kecut meledek Silvi

"kamu mengenalnya??" tanya Ryuji lagi

"tidak sengaja bertemu di mall saat dia berlibur ke Jepang.!"

"sudahlah... nanti aku akan memperkenalkan kamu dan kak Arthur, dia adalah orang yang baik dan sangat ramah." Safira menyela pembicaraan suaminya dan Jacky agar tidak terjadi kesalah pahaman.

benar saja tak butuh waktu lama cukup 10 menit dari tempat mereka sebelumnya kini mereka sudah berada disebuah cafe bernuansa Eropa.

"hmmm pemilik cafe ini sangat detail dalam mendesain dan menata ruangan cafe." kata Ryuji saat mengamati cafe yang memiliki dua lantai itu.

"aku juga sependapat denganmu, nuansa yang di bangun benar benar serasa di Eropa." tambah Jacky

"kak Arthur memang dikenal sebagai seorang yang perfectionis, demi menciptakan nuansa Eropa dia bahkan mendesain ulang toko toko di sekitar cafe miliknya iya kan Saf??." kata Silvi

"heem .. kak Arthur bukan seorang pengusaha besar seperti Ryuji tapi dia selalu bekerja maximal dibidang yang ia tekuni. mungkin jika dia menjadi seorang pengusaha besar dia akan menjadi saingan terberat Ryuji." jawab Safira sembari menarik tangan Ryuji menuju tempat duduk yang telah dipilihnya.

"tidak hanya cafe, bangunan, dan suasananya bahkan nama pemiliknya seperti orang Eropa."

"ha...ha..ha... kamu sangat teliti sayang, iya kak Arthur memang keturunan orang Eropa. ayahnya orang Jerman dan ibunya orang Indonesia, meski begitu sejak SMP dia sudah tinggal di sini." kata Safira sambil mencubit gemas pipi Ryuji yang mulai bersikap datar dengan wajah tanpa ekspresi seperti saat dia sedang berada di kantor.

"ehem..... sepertinya ada yang sedang membicarakan saya??" kata seorang pria bertubuh tinggi dengan wajah khas bule yang tiba tiba berdiri di belakang tempat duduk Safira dan Ryuji

"kak Arthur??" pekik Silvi bersemangat, saking bersemangatnya dia sampai berdiri dengan senyum lebar diwajahnya.

Arthur hanya tersenyum menawan dengan wajah yang ramah dan menyejukan.

"kamu ?? pakek baju putih lagi???" tanya Jacky terheran

"ha...ha...ha... Jacky kak Arthur memang sangat menyukai warna putih, meski dengan model atau stile yang berbeda tapi dia tidak akan pernah beralih dari warna putih. kalaupun ada warna lain itu hanya sebagai pemanis agar tidak terlihat monotone, warna yang lain itu juga cuma warna pastel saja." Safira menjawab pertanyaan Jacky dengan jelas membuat Ryuji sedikit merasa tidak nyaman.

"Kucing kecil.... kamu terlalu bersemangat sampai lupa memperkenalkan aku dengan suamimu." kata Arthur lembut

"oh iya.... Ryuuuu... kenalkan dia adalah kakak kelasku namanya Arthur, dan kak kenalkan dia adalah suami tercintaku Ryuji Tanaka."

Ryuji berdiri dan membungkukan badanya yang di ikuti oleh Arthur.

"senang sekali bisa berkenalan dengan anda, saya sering melihat foto anda di majalah bisnis Internasional." kata Arthur

"kamu membaca majalah Internasional??" celetuk Jacky kaget

"iya.... saya selalu belajar dari para pengusaha kelas internasional agar cafee saya bisa berkembang dengan pesat nantinya, malah saya bermimpi bisa mengembangkan cafe kecil ini ke pasar Internasional." kata Artur lagi lagi dia memamerkan barisan gigi putihnya

"bergabunglah bersama kami, sepertinya anda adalah seorang pekerja keras. saya menyukai orang seperti anda." kata Ryuji meminta Arthur bergabung di mejanya untuk berbincang bincang