webnovel

Topeng Pernikahan

Syaira Maheswari, gadis cantik yang memutuskan menemukan keberadaan sang kakak kandung terpaksa menjalani kehidupan kotor setelah lulus SMA. Primadona Dunia Malam yang dikenal sebagai Pemuas Hasrat tersebut berhasil menarik perhatian Leon Bimantara, suami sang kakak yang ditemukan tewas tanpa diketahui siapa pun. Bahkan, berita kematiannya viral dengan informasi-informasi yang salah. Lubna Anastasya yang membuat iri gadis satu Negeri karena dinikahi pangeran tampan yang mewarisi perusahaan hiburan justru tewas mengenaskan, sendirian di rumah sederhana di pinggiran kota. Bahkan, sang keponakan yang masih berusia dua tahun ditemukan dalam keadaan kritis di sisi jenazah ibunya. Berita viral yang pada akhirnya membuat Syaira nekat menjual diri agar bisa menaiki tangga para miliarder. Takdir pun merestui, dia benar-benar bertemu dengan pria yang sudah membuat sang kakak kehilangan nyawa secara tragis. Leon, pelanggan VVIP yang memanggilnya justru membuat sebuah kejutan. Menawarkan kontrak pernikahan bernilai miliaran rupiah. Jalan menuju balas dendam terbuka lebar, tetapi kebenaran mengenai kematian sang kakak justru membuat Syaira ragu melanjutkan niat awal. Bahkan, ia jatuh cinta pada Leon yang seharusnya dihukum atas dosa-dosanya. Bagaimana wanita itu menjalani dendam dan cinta di waktu bersamaan? Mampukah cinta mengubur kebencian di hati atau justru dendam yang mampu memadamkan kasih sayang dalam dirinya?

Zee_Jofany · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
5 Chs

Mereka Mirip

'Siapa anak ini, ada apa dengannya?' Dia membatin cukup panik, kenapa ada anak kecil di sana?

Bahkan, bocah tersebut menyebut istilah yang sangat langka, apa dirinya terlihat seperti ibu-ibu saat masih perawan? Dia membeku di tempat, antara bingung serta kaget bukan main. Haruskah mendorong atau tetap membiarkan sampai orang tuanya datang?

"Tuan Muda, jangan membuat orang lain kaget." Seseorang langsung menuju bocah yang masih mengunci erat dirinya, "Anda akan membuatnya merasa takut, tolong lepaskan."

Kalimat tersebut bernada begitu sopan, perempuan paruh baya dengan napas setengah terengah-engah sudah membungkuk sopan. Hanya saja, si bocah menggeleng cepat. Dia sepertinya enggan patuh.

Sekilas Syaira tahu jika anak tersebut merupakan putra orang ternama, bahkan ada beberapa pengawal yang sudah mencoba mendekat. Hanya saja, memutuskan menjaga jarak saat si bocah menunjukkan gelagat tidak suka. Dia memilih diam, salah melangkah akan mengacaukan segalanya.

Selain itu, perasaan aneh macam apa yang mulai mendominasi saat ini. Syaira enggan melepas si bocah, nyaman. Apa karena dirinya begitu cemas sampai merasa aman saat ada yang mengulur waktu?

"Don't leave me!" bentaknya sangat kasar saat salah seorang pria mencoba melepaskan tangan dari tubuh Syaira, "dia mommy aku, kenapa kalian tak bisa mengenalinya!"

Semua orang tak bisa melakukan apa-apa, bahkan pria bertubuh kekar yang biasanya mahir berkelahi hanya terdiam. Kemudian, memandang sang pengasuh yang menggeleng pelan. Tampak mereka kesulitan mengambil tindakan dalam menjinakkan sang tuan muda.

Syaira hanya meringis, tetapi tersenyum dengan isyarat tak masalah. Akan lebih baik kalau dirinya yang mengambil tindakan, dia kembali meniupkan napas sembari memutar otak agar tidak terlihat kampungan dalam menjinakkan seorang bocah. Sebab, kesan pertama haruslah menjadi sebuah kenangan terbaik di mata semua orang. Jadi, peluang tersebut akan dimanfaatkan sebagai pengenalan diri sebagai sosok baru yang berkelas.

"Tak apa-apa, kalian bisa mundur agar kami leluasa mengobrol." Dia hanya mencoba menjauhkan si bocah dari orang-orang yang terlihat cemas, entah apa yang mereka takutkan.

Syaira kembali mengatur napas, lalu dengan pelan mencoba melepaskan diri. Sebab, pakaian yang ia kenakan justru membuatnya sulit bergerak. Jadi, mau tidak mau, wanita itu harus menutupi bagian depan tubuhnya agar bagian lain tidak terlihat oleh si kecil.

"Bisa melepasku sebentar, Anak Manis?" tanyanya pada si bocah yang masih menggeleng, "apa aku terlihat mirip ibumu?"

Mendengar pertanyaan kedua, tangan mungil itu melepas pinggangnya. Syaira sedikit lega, lalu benar-benar membalikkan badan secara sempurna. Kemudian, mengamati sosok kecil yang mengangkat wajah.

'Anak yang sangat tampan, kenapa dia memiliki visual menggemaskan begini? Di mana orang tuanya?' Syaira justru sibuk terpesona oleh si bocah, lupa jika harus segera menemui tamu VVIP yang dikatakan tidak menyukai keterlambatan.

"Jadi, kamu bukan mommy-ku?" Kali ini pertanyaan yang terdengar sedikit kasar di telinga Syaira, "ternyata hanya mirip."

Bocah itu mundur, tetapi kedua mata masih tertuju pada Syaira. Mendadak raut mukanya berubah sendu, bahkan tatapan yang semula cerah menjadi berkaca-kaca. Apa Syaira melakukan sesuatu sampai membuatnya sedih?

"Hei, aku hanya … ah, apa yang sudah kulakukan padanya?" Syaira benar-benar merasa bersalah sekarang, dia bahkan lupa dengan pakaian yang dikenakan sehingga memilih berlutut di lantai.

Ada perasaan yang sangat sulit diterjemahkan, "Sorry, apa aku melukai hatimu?"

Bocah itu menggeleng, "Aku yang salah, maaf."

"Manis sekali, kemarilah." Syaira langsung mendekap tubuh si kecil yang langsung memberikan balasan, keduanya kembali berada dalam pelukan hangat yang mengejutkan semua orang.

Bahkan, pengasuh yang direpotkan sampai membuka mulut lebar-lebar. Ada apa dengan majikan kecilnya? Sejak kapan dia menjadi makhluk manis yang begitu menyukai orang lain?

"Apa aku mirip ibumu?" Syaira kembali mengulang pertanyaan yang sama dan diiyakan dengan anggukan, "baiklah, peluk aku lebih lama lagi."

"Terima kasih, maaf sudah mengejutkan Anda." Balasan yang sangat mengejutkan bagi Syaira, sopan sekali untuk anak yang terbilang sangat muda. Bahkan, begitu menggemaskan untuk dianggap sebagai hal nyata.

"Siapa nama Anda, Tuan Muda?" Akhirnya Syaira benar-benar lupa dengan tujuannya datang ke hotel tersebut, "boleh kita mengobrol dengan nyaman?"

Bocah itu melepasnya, lalu mengangguk. Namun, kedua tangan mungil tersebut menangkup pipi Syaira tanpa sungkan. Tatapannya penuh selidik, memandang setiap detail fitur wajah yang ada di depan mata.

"Benar, kalian mirip." Hanya ini yang dikatakan tanpa memberikan jawaban atas dua pertanyaan yang dilontarkan, "silakan lanjutkan aktivitas Anda. Maaf karena membuat kekacauan."

Bocah kecil itu melepasnya, kembali mundur dengan wajah tertunduk. Syaira merasakan perih di balik dada, tetapi segera teringat dengan tugas utama berada di Hotel Starla. Dengan cepat ia kembali pada posisi semula, berdiri sembari merapikan pakaian.

"Tak masalah, Tuan Muda. Anda bisa kembali pada mereka, jangan melepaskan diri dari pengawasan orang dewasa lagi." Syaira mengatakannya dengan nada lembut, sementara tangan itu meraih kepala si bocah, dan mengelus penuh kasih sayang sebelum benar-benar melanjutkan perjalanan menuju kamar VVIP.

"Di mana kamu meletakkan tangan?" Pertanyaan dengan nada dingin ini membuat gerakan kepala Syaira dan si bocah kompak menoleh pada si pemilik yang melangkah cepat, lalu menepis kasar tangan sang perempuan dari posisinya.

"Daddy!" seru bocah yang kembali ceria, "aku bertemu orang yang mirip Mommy, lihat!"

Bocah itu masih berseru senang, menunjukkan jari pada perempuan yang terlihat meringis karena tepisan kasar sang ayah begitu kuat. Syaira hanya membenarkan pakaian, merasa malu sendiri karena mengenakan baju demikian di depan seorang bocah. Bahkan, mendadak perasaan bersalah justru mendominasi, padahal mereka baru bertemu, dan sama sekali tidak saling kenal secara benar.

Pria itu hanya mengabaikan, dia memeriksa tubuh sang anak. Tak ada yang lecet, lalu memandang tajam pengasuh yang mendekat, dan mengambil alih bocah lelaki tersebut. Barulah ia benar-benar menuju pada sosok asing yang terlihat sibuk membenarkan jaket berbulu yang dikenakan. Menunggu dengan kerutan di kening, siapa wanita yang berani menyentuh putranya?

"Mohon maaf untuk kekacauan ini, Tuan." Seseorang langsung membungkuk saat tiba di antara mereka, "saya tidak tahu kalau tuan muda ada di sini, maaf karena mengganggu waktu istirahat Anda."

"Bukan masalah, dia memang akan mencari ayahnya jika sudah ingin." Tanggapan dingin ini masih tanpa melepas pandangan dari perempuan yang hanya sibuk sendiri, "lalu, dia?"

Syaira yang mendengar suara dehaman seorang pria lain hanya menghentikan kegiatan, apa mereka sedang membahas dirinya? Kenapa harus ada masalah aneh di saat ia akan menjalankan misi? Ingatannya tertuju pada keberadaan sang pelanggan di ruangan VVIP, bagaimana kalau Leon sudah pergi karena keribuatan yang tak diduga?

"Maaf, saya harus pergi." Syaira hanya memikirkan mengenai nasib dirinya yang bisa saja gagal menjalankan misi balas dendam, tak peduli siapa sosok kaya yang menjadi ayah si bocah. Sebab, Leon Bimantara merupakan tujuan utama dirinya berada di hotel tersebut. Namun, gerakannya kembali tertahan saat pergelangan dicekal kuat oleh seseorang.

"Kamu mengabaikanku?" Pertanyaan ini membuat dia memejamkan mata, lalu meniup udara dari mulut sebelum menggerakkan kepala.

"Di mana Anda meletakkan tangan?" balasnya dengan nada tegas yang cukup pelan, tetapi sanggup membuat pria di depannya terbeliak cukup serius.

Syaira yang sudah mengarahkan tatapan pada sang pria terlihat begitu berani, bahkan mengedikkan dagu disertai tatap merendahkan. Lelaki di depannya masih tak menemukan kata yang tepat sebagai tanggapan, hanya mengerjap berkali-kali. Sebab, apa yang dikatakan putranya benar. Wanita itu mirip seseorang, ibu dari bocah lelaki yang baru saja merayakan ulang tahun ketiganya.

***