Karina menatap Aslan dengan tatapan tidak percaya. "Kamu sampai nginep di kamar mandi sekolah?"
"Aku masih inget kejadiannya. Aku dikunciin di kamar mandi paling ujung di sekolahan. Terus mereka sengaja matiin lampunya," ujar Aslan. Ia mendesah pelan sambil menggelengkan kepalanya. "Ngga mau diinget, tapi gimana lagi, memori kaya gitu susah buat dilupain. Terlalu membekas."
Karina lalu menepuk lengan Aslan. "Ya udah, kita ngga usah bahas itu lagi." Ia kemudian bersandar pada lengan Aslan. "Masa remaja aku juga ngga semuanya menyenangkan."
"Masa sih?" sahut Aslan tidak percaya. "Kayanya kamu memenuhi semua kriteria buat jadi anak populer di sekolah."
Karina berdecak pelan setelah mendengar ucapan Aslan. "Aku sempat bergabung ke geng anak-anak populer. Tapi, ternyata itu ngga seindah keliatannya. Mereka cuma manfaatin aku biar geng mereka semakin populer. Setiap kali pergi hangout, selalu aku yang bayar semuanya."
Aslan tertawa pelan. "Jadi kamu dimanfaatin karena uang kamu?"
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com