webnovel

The Pureblood Mafia

Lucious Draco Kingstone adalah anak berumur 14 tahun lahir di London dan tinggal di New York dari kecil dia selalu merasa bahwa dia tidak diinginkan oleh keluarganya. Dia memiliki segalanya tapi dia tidak memiliki apa yang dia inginkan dan butuhkan yaitu kasih sayang dari sebuah keluarga. Dia hanya berharap bahwa suatu hari dia memiliki keluarga yang menyayanginya. Dulu Draco adalah anak yang baik dan penolong dia juga ramah kepada siapa pun. Namun sikapnya berubah lama kelamaan karena sikap keluarganya yang selalu memperlakukannya dengan kasar. Semakin lama dia semakin terjun ke dunia gelap itu disanalah dia mendapatkan banyak teman gelap, disaat itulah dia mulai merasa punya orang orang yang cocok dengannya dan mulai menjadi anggota mafia yang paling ditakuti. Disana ia bertemu teman teman baru mafianya. Hidupnya sangat bahagia disana meskipun Ia tak menunjukkan kalau dia bahagia. Semua berjalan dengan lancar pada awalnya tapi lama kelamaan semua menjadi berubah. Semenjak dia menjadi mafia hidupnya berubah. Misteri misteri pun bermunculan. Termasuk misteri dibalik keluarga Kingstone dan jati dirinya sebenarnya. Bahkan misteri tentang masa lalunya yang ia tak ingat. Kemudian setelah mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya di masa lalu. Takdir dari masa lalunya kembali memilihnya untuk menjadi pejuang di dunia yang berbeda. Apakah Ia akan tetap menjadi mafia atau mengubah jalannya? Start from 27 May 2019 in wattpad

CillianVillain · Acción
Sin suficientes valoraciones
76 Chs

Part 58

You are strong but there are days you know that you've been broken beyond repairs and you can feel the hurt in the core of your being. ~ Draco

Setelah kejadian dengan Vincent Michael keesokan harinya masih melanjutkan harinya di sekolah seperti biasa. Meskipun dia kadang bisa menjadi sedikit paranoid. Karena waktu itu dia bersama dengan kriminal yang dicari yaitu bersama dengan Vincent. Dia takut bila seseorang dari kepolisian melihatnya, mencurigainya, dan menangkapnya.

Hari ini suasana anak anak sekolahnya sedang ribut membicarakan berita waktu itu. Padahal hari ini adalah hari perayaan kelulusan para senior SMA. Para guru juga ikut merayakannya. Sebentar lagi akan libur namun semua orang malah khawatir dan menghebohkan tentang berita itu.

Michael sebenarnya sangat khawatir. Perasaannya tidak enak. Apalagi dia belum membuka flash disk yang diberikan Vincent. Sampai sampai Ia tak bisa tidur semalaman.

Saat ini Ia sedang berjalan ke arah lokernya. Pikirannya saat ini penuh kekacauan. Ketika dia mau membuka lokernya. Dia sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya karena bola inti energi itu telah berada di dalam lemari lokernya. Ia langsung menutup lokernya agar tidak ada yang melihatnya. Padahal yang dia ingat Vincent telah membawa inti energi itu pergi. Bagaimana bola itu bisa disini? Itulah pertanyaan Michael dari tadi. Michael dengan cepat membuka lokernya dan mengambil inti energi itu dengan cepat dan langsung memasukkannya ke tasnya.

"Michael!"

Sesaat Michael terkejut, ketika Ia mendengar ada yang memanggilnya. Namun ketika Ia yang melihat bahwa Laura yang memanggilnya ekspresinya menjadi seperti biasa kembali.

"Laura kenapa kau mencariku? Ada apa?" Taya Michael

"Maaf, tapi hanya kau orang satu satunya yang dekat dengan Draco selain Felix di sekolah ini. Apakah kau melihat Draco? Ditambah lagi kau adalah ketua gangster terbaik di sekolah ini sekarang. Mungkin kau mengenal aliansi Draco dengan baik. Aku sangat khawatir saat melihat berita itu."

"Aku juga tidak tahu dimana dia. Aku kira kau tahu dimana dia. Bukannya kau yang paling dekat dengannya?"

"Dia hilang tanpa kabar seperti orang yang ditelan bumi. Bahkan ketua gangsterku yang dekat dengan ketua mafianya saja tidak mendapat kabar sama sekali dari mereka. Jika kau mendapatkan kabarnya. Hubungi aku, Mike." Kata Laura sambil melangkah pergi.

Sial! Bagaimana ini?! Apa aku bilang saja pada Laura? Dia terlihat khawatir! Draco sangat percaya padanya. Tak apa kan kalau aku memberitahunya? Ah sudahlah!

"Laura tunggu!" Kata Michael sambil mengejar Laura.

"Ada apa?"

"Ayo ikut aku!" Kata Michael sambil menuju ke tempat kolam renang sekolah yang hanya berisikan para guru yang berkumpul.

Michael langsung menaruh tasnya di bawah dan berdiri memandang para guru yang berbincang bincang.

"Kau tahu, sayang sekali Draco tak bisa ikut acara ini. Tadinya aku mau minta maaf padanya karena aku telah tidak mengerti keadaannya. Aku telah egois karena aku mementingkan diriku sendiri. Aku tidak mau peduli dengan keadaannya waktu itu. "

"Aku kira dia tidak mau berteman denganku lagi. Dia dulu seperti menghiraukanku. Aku pun marah karena kupikir dia berubah. Ternyata dia masih orang yang sama. Namun sedikit berbeda. Hanya saja dia kesulitan beradaptasi dengan keadaan yang berubah."

"Aku berhenti memusingkan pertemananku dengan Draco dan lebih melanjutkan ke pertemanan baruku yaitu memimpin kelompok gangsterku dan sibuk mengalahkan kelompok gangster para senior sekolah. Coba saja aku bisa menjadi sedikit peduli dengannya. Mungkin aku akan mengetahui apa yang terjadi dengannya saat ini."

"Aku tak pernah bertanya padanya. Apakah kau bahagia? Apa kau baik baik saja? Mungkin aku sudah terlambat meminta maaf padanya karena menurutku aku adalah sahabat yang buruk. Mungkin aku tak pantas disebut sahabatnya. Kami bahkan tak pernah berbicara saat di kelas selama setahun di kelas 10 ini. Kurasa dia membenciku atas apa yang kuperbuat. Aku memang sahabat terburuk di dunia. Aku bahkan sudah lupa bahwa sekarang dia sudah berumur 16 tahun. Terakhir kali kuingat dia masih berumur 14. Aku tidak tahu dimana aku akan tempatkan wajahku jika aku bertemu dengannya."

"Draco pasti akan memaafkanmu, Mike. Kau adalah salah satu orang yang berarti bagi Draco. Tidak mungkin dia membencimu."

Michael langsung menghela nafas dan mengambil tasnya. Ia langsung membuka tasnya dan menunjukkan inti bola energi kepada Laura.

"Kau mencurinya? Dilihat dari sini harga bola itu pasti sangat mahal."

"Aku tidak mencurinya. Tiba tiba saja bola ini ada di lokerku. Seingatku Vincent membawa bola ini pergi."

"Tunggu, kau kenal Vincent Travolt?" Tanya Laura

Michael langsung menceritakan semua yang diceritakan Vincent kepadanya. Ia juga bercerita tentang berbagai ruang rahasia dan tewasnya Luke di depan matanya.

"Aku benar benar tak bisa tidur karena itu karena bisa jadi aku ditangkap juga karena ikut serta membantu mereka. Meskipun aku ketua gangster tapi aku tetap saja takut dipenjara! Apa kata keluargaku nanti jika aku dipenjara?" Kata Michael

"Lebih baik kau berada di rumah dan tidak pergi ke casino, ataupun semacamnya agar polisi tidak mencurigaimu."

"Ngomong ngomong, apakah ada sesuatu diantara Draco dan Cassie?" Tanya Michael sambil menaruh tasnya di tempat yang sedikit jauh. Kemudian kembali lagi dan duduk di samping Laura.

"Apa maksudmu?" Tanya Laura

"Kau tidak tahu ya? Dari dulu Cassie selalu mendekati Draco ketika kau tidak ada. Dan mereka berdua lumayan dekat. Aku dengar rumor bahwa dia suka pada Draco. Aku tak pernah menyangka Draco si iceboy bisa punya pacar." Kata Michael sambil tertawa

Laura langsung menghela nafas.

"Kurasa dia jatuh cinta pada Draco karena waku itu dia pernah diculik oleh The Black Hawk. Charlie dan Dracolah yang menyelamatkannya. Ia pernah bercerita padaku. Tentang Draco yang menggendongnya keluar saat menyelamatkannya." Kata Laura

"Bagaimana denganmu? Apakah kau menyukai Draco?" Tanya Michael

"Aku-

Tiba tiba ponsel notifikasi Michael berbunyi berkali.

"Sialan siapa sih? Jangan jangan Felix mencariku." Kata Michael sambil membuka ponselnya.

Wajah Michael berubah terkejut ketika melihat ponselnya. Sesaat dia sibuk dengan pon

"Ada apa, Mike?" Tanya Laura

"Pesan itu dari Thomas. Dia ingin aku ke club terbesar di kota untuk menemuinya malam ini. Dia ingin aku mengantarkan inti energi itu kepadanya."

***

"Alice sambutlah saudara kembarmu. Kakakmu Alexander sudah datang. Dia ada di bagian atas sekarang." Kata Marvin sambil menggandeng tangan Alice pergi untuk menemui saudaranya itu.

Tiba tiba ponsel Kevin berbunyi. Ternyata itu hanya pangggilan telepon dari temannya.

"Yo dude what's up."

Bung! 2 jam lagi ada pertandingan balapan liar di jalanan! Hadiahnya sangat fantastis! Kau ikut? Jika kau ikut ajak temanmu juga yang waktu itu muncul di berita! Kau tahu kan, dia yang kumaksud? Dia yang panggilannya Lone Wolf di dunia gelap? Aku sampai lupa nama aslinya. Ngomong ngomong dia sangat hebat dalam balapan liar seperti ini! Tenang saja dia bisa pakai topeng agar tak ada yang mengetahui identitasnya! Kau dan dia berhenti mengikuti balapan dan menghilang tanpa kabar, karena itu aku menghubungimu.

"Sayangnya aku tak bisa ikut untuk urusan keamananku, teman. Aku juga tidak mengetahui keberadaan Draco.

Aku harap dia dan ayahmu baik baik saja. Jika dia mendengar ada ini, dia pasti sudah mau mengikuti balapan liar.

"Ya, dia akan suka balapan itu. Dia memang hebat karena dia sudah mengikuti balapan saat berumur sangat muda. Dia belajar semua itu dari kakaknya. Ayahku mengenalnya karena dia pernah mengikuti salah satu balapan liar yang diadakan oleh ayahku. Aku harus pergi, bung! Kau harus menangkan balapannya demi aku dan Draco."

Hahahaha aku pasti akan memenangkannya kalau tidak ada kalian.

Marvin langsung menutup ponselnya. Kemudian berjalan ke arah Harry dan berbisik.

"Apa yang akan kita katakan pada Nicholas? Dia masih kecil untuk mengerti ini..." Tanya Kevin

"Katakan saja yang sebenarnya." Kata Harry

"Apakah memangnya dia tahu arti kata meninggal?" Tanya Jason

"Entahlah." Ucap Harry

"Dia pasti langsung menangis berjam jam jika kita beritahu." Kata Jackson

"Apakah kau yakin dia harus kita beritahu soal ini?" Tanya Kenneth

"Kita tetap harus memberitahunya. Dia berhak mengetahuinya." Kata Jacob

"Aku lebih memilih untuk merahasiakan tentang kematian ayahnya." Ucap Christian

"Sudahlah aku akan memberitahunya. Lebih cepat lebih baik bukan? Kalian bersiap siaplah untuk menenangkannya." Kata Will

"Hei! Jangan dulu!" Kata Harry dengan pelan.

"Nick, Aku minta maaf tapi ayahmu sudah meninggal. Dia tertembak." Kata Will namun Harry langsung menyikutnya.

"Tidak sopan!" Ucap Harry

"Maksudku dia pergi dan tidak akan pernah kembali." Kata Will lagi.

"Apa? Tidak mungkin dia mati! Dia tak akan pergi selamanya! Dia tak akan meninggalkanku sendirian!" Kata Nicholas sambil menangis.

"Nick... dia ada di tempat tenang yang indah bersama ibumu." Kata Kenneth

"Aku tak mau ayah pergi! Aku juga tak mau mereka ada di tempat yang tenang. Aku ingin dia disini bersamaku!" Tangis Nicholas makin menjadi jadi. Sedangkan anak anak yang lain berusaha menenangkannya.

"Kau tahu? Semua ayah kita bahkan keluarga Kingstone sudah menyuap semua polisi polisi yang ada untuk menutupi tindakan kriminal kita. Keluarga Kingstone juga menutupinya dan membela mereka di hadapan agent agent CIA. Namun Arthur sialan membongkarnya kepada pemerintahan dan badan badan lain yang tidak bisa disuap! Pengacara termahal pun tak bisa membebaskan nama ayah ayah kita! Keluarga kita sudah rugi besar karena menyuap polisi polisi itu jika akhir akhirnya seperti ini. Seharusnya aku mencurigainya sejak awal." Kata Harry sambil mengusap wajahnya.

"Tak ada yang bisa kita lakukan selain bersembunyi untuk menghindari konflik."

"Sialan! Perasaanku sangat tidak enak! Ayah bahkan tidak menjawab telefonku sejak berminggu minggu yang lalu! Dimana dia! Apa dia akan meninggalkan kita berdua seperti dulu Kevin?!"

"Marvin... tenanglah. " Ucap Kevin sambil mencoba menenangkan Marvin.

"Kalau begitu bagaimana dengan Luke Bernadeath huh?! Dia tewas Marvin! Penembak jitu terbaik Nostra Santino mati tertembak oleh para bajingan yang menyerangnya dari belakang! Dan Vincent mungkin selanjutnya! Lalu akhir akhirnya akan berujung oleh kematian ayah kita! Kenapa dia tidak bilang kepada kita, jika dia mau pergi ke Italia?!"

"Dia selalu saja menyembunyikan semua rahasia dari kita! Kau tahu?! Aku iri pada Harry, William, dan Christian mereka selalu saja tahu tentang apa yang dirahasiakan ayah mereka! Mereka juga sangat dekat dengan ayah mereka! John bahkan melatih mereka sendiri! Tidak seperti kita! Kita hanya dilatih oleh anak anak buah terbaik ayah kita! Dia hampir tak pernah meluangkan waktu untuk kita! Kau tahu kenapa? Karena dia membenci kita dan menyalahkan kita atas kematian ibu kita!"

"Semua penghargaan yang kita dapat tidak akan berguna di matanya! Dia bahkan tak pernah mengatakan bahwa dia bangga pada kita atas semua pencapaian kita! Dia bahkan hampir tidak pernah berbicara dengan kita! Kau tahu? Seharusnya kita tak pernah lahir! Agar dia bahagia bersama ibu kita! Untuk apa kita dilahirkan hanya untuk merenggut kebahagiannya?! Untuk apa kita dilahirkan hanya untuk tidak dipedulikan olehnya?!"

"Dia menyayangi kita Marvin... Dia orang yang sangat sibuk. Dia sibuk mengurus urusan dunia gelapnya dan juga perusahaan perusahaan yang Ia pegang. Saat ini ayah kita juga mungkin masih bersembunyi." Kata Kevin

Prang!

Marvin langsung memecahkan perabotan kaca di tempat persembunyian milik mereka.

"Cih, Sibuk?! John Ripper bahkan bisa punya waktu untuk meluangkan waktunya bersama anak anaknya! Dan kau bilang bahwa dia bersembunyi?! Mungkin saja dia bermain dengan para jalangnya dan bersembunyi di clubnya! Seperti dia pernah bercinta dengan jalang beberapa kali di kamarnya saat kita masih kecil! Dia mungkin sudah lupa bahwa ibu kita sudah tiada! Lalu kita hanya menjadi pelampiasan jika dia sedang stres!"

Plak!

Kevin langsung menampar Marvin.

"Marvin! Kau sudah gila! Dia ayah kita! Tenangkan dirimu! Kau pikir aku tidak khawatir?! Aku juga khawatir Marv... Coba saja kau mau mengerti ayah sedikit. Akhir akhir ini dia juga sedang sulit... Kau seharusnya tahu itu. Kau benar! Dia memang hampir tak pernah berbicara dengan kita. Pulang ke rumah pun hampir tidak pernah! Kita memang tak pernah membuat ayah senang ataupun tertawa. Jangankan membuatnya tertawa. Membuatnya tersenyum bahagia pun aku tak pernah, karena hanya ibu yang bisa membuatnya begitu."

"Kau benar. Aku memang gila. Karena aku sudah pernah mengira ayah telah menyayangiku dengan tulus." Ucap Marvin sambil melangkah pergi.

"Marvin."

Langkah Marvin langsung terhenti ketika dia mendengar suara Harry putera sulung John.

"Dia memang menyayangimu Marv. Dia menyayangi kalian berdua. Hanya saja dia tidak tahu bagaimana cara berbicara dengan kalian. Kalian salah jika kalian kira kalian tak pernah membuatnya bahagia. Meskipun dengan kelahiran kalian, ibu kalian mati, namun dia bahagia saat melihat kalian lahir. Aku tahu itu karena aku dan ayahku disana saat kalian lahir. " Kata Harry sambil memberikan foto James sedang tersenyum menggendong Kevin dan Marvin.

"Namun kalian benar juga. Ada saat dimana dia terluka dan merindukan ibu kalian sehingga dia melampiaskan semua itu. Aku tak memintamu untuk mengerti ayahmu tapi aku hanya ingin kamu tahu bahwa dia mencintaimu Marvin."

Marvin terdiam beberapa saat. Lalu melangkah pergi sambil berkata.

"Aku akan mencari udara segar. Persetan dengan semuanya." Gumam Marvin.

"Hufft... dia pasti akan ke club untuk mabuk lagi jika sudah begini. Dia memang benar benar sudah gila. Disaat saat seperti ini dia masih saja begitu. Dia memang susah mengendalikan emosi. Aku minta maaf atas keributan ini, Harry." Kata Kevin

"Tak perlu minta maaf padaku. Itu bukan salahmu. Emosi Marvin memang mudah terpancing dan dia benci jika orang lain benar." Kata Harry

Marvin pun mengangguk pada Harry dan langsung mengejar Marvin.

***

Setelah berjam jam di dalam club besar untuk minum. Ia pun meneguk gelas terakhir. Sedangkan Kevin masih saja mencari cari Marvin diantara kerumunan orang.

Apakah itu Kevin Fallsdeath?

Apa kau bilang Fallsdeath?

Tidak mungkin. Itu pasti Marvin. Kevin tidak akan ikut ikut ke tempat seperti ini. Hanya Marvin yang seberengsek itu.

Dimana?

Dia kelihatannya mabuk berat daritadi dia sudah minum vodnya mungkin hampir 1 botol.

Cepat rekam bahwa anak James sedang disini! Siapa tahu viral kita sedang party dengan seleb.

Kenapa di saat selerti itu dia malah pergi ke club?

Dia rusak sama seperti ayahnya yang dicari diberita.

Kurasa dia ditelantarkan ayahnya hahahaha

"Sial! Persetan dengan semuanya!"

Ia langsung melemparkan ratusan ribu kepada penjaganya dan pergi.

Sudah kubilang tindakannya memang tidak sopan.

Memalukan kukira dia adalah anak yang sopan.

Apa yamg kau harapkan dari keluarga Fallsdeath. Ayah dan anak sama sama hancur.

"Sialan!" Ucap Marvin yang masih saja menjauh dari orang orang di club. Jalannya sekarang memang sudah seperti orang mabuk mungkin sebentar lagi dia akan pingsan.

Bruk!

Michael yang datang dari arah berlawanan secara tidak sengaja menubruk Marvin sampai terjatuh.

"Maafkan aku Marvin Fallsdeath. Aku sedang terburu buru." Ucap Michael sambil membantu Marvin berdiri.

"Michael, ya? Bisa tolong antarkan aku keluar dari club dan pesankan taksi? "

"Tentu, tapi dari mana kau tahu namaku?" Tanya Michael sambil membantu Marvin berjalan.

"Draco menceritakannya kepadaku. Ngomong ngomong, apa yang kau lakukan disini?" Tanya Marvin

"Tom memintaku untuk datang kesini."

"Tom? Kukira dia masih berada di Italia." Tanya Marvin

"Entahlah ini sangat membingungkan. Bagaimana orang orang di club tak mengenalinya padahal ini adalah kerumunan banyak orang." Kata Michael

"Kau yakin orang itu tidak membohongimu?"

"Dia tahu Nostra Santino secara detail. Kurasa mungkin itu Tom. Meskipun firasatku tidak enak, sih." Kata Michael

"Marvin! Aku mencarimu kemana mana! Ayo pulang sebelum kita terkena masalah!" Kata Kevin yang mendatangi mereka dari kejauhan.

"Apa kau buta? Aku ini sedang berjalan pulang tahu!" Kata Marvin sambil marah marah pada saudaranya.

Kevin langsung memutar bola matanya sambil berjalan dan memainkan ponselnya.

"Michael Regginald Kyne apakah itu kau? Jika itu benar, itu berarti kau yang memegang inti energi itu. Kau sedang membawanya kan? Aku tidak mengerti kenapa begitu banyak anak muda yang terlibat dalam urusan ini." Tanya seorang pria albino berjas yang sedang duduk di sebuah kursi.

Sekilas semua mata Michael, Kevin, dan Marvin menuju ke arahnya. Ucapan pria itu langsung membuat Michael merinding. Bagaimana bisa dia tahu?

Sedangkan bagi Kevin. Dia hanya pria aneh, jadi dia tak menghiraukannya dan tidak terlalu memikirkan pria itu.

"Ayolah, Mike. Teruskan saja jalanmu. Mungkin dia salah satu teman bisnis ayahmu." Kata Kevin sambil melanjutkan langkahnya. Michael juga langsung mengikuti langkah Kevin dan cepat cepat pergi dari hadapan pria itu.

Tak lama kemudian Tom tiba tiba sudah ada di depan mereka.

"T-thomas?!"

"Ya, ini aku. Langsung saja ke intinya. Kau membawa inti energinya kan, Michael?"

Seketika itu Kevin dan Michael langsung saling berhadapan. Di dalam pikiran mereka. Mereka berfikir bahwa ada yang aneh dengan Tom. Thomas berasal dari Inggris dan dia selalu memakai aksen British. Namun kali ini dia menggunakan aksen amerika untuk pertama kalinya. Lagipula ada yang paling aneh disini. Yaitu kenapa orang orang tak bisa mengenalnya padahal ini di tengah tengah kerumunan. Dia sama sekali tak memakai topeng sehingga semua orang bisa melihatnya.

"Hei! Aku berbicara padamu. Apa kau bisu? Apakah kau membawa inti energinya."

"Apa yang kau bicarakan?"

Aku tidak bisa mempercayainya. Batin Michael

"Aku tidak membawanya."

"Jangan berbohong. Aku bisa merasakan inti energi itu. Kau membawanya kan? Dimana kau menyembunyikannya?" Tanya Tom sambil menarik kerah kemeja Michael.

"Lepaskan dia Thomas! Apakah kau gila? Sifatmu sangat berubah!" Kata Kevin sambil meninju Thomas dengan keras.

"Hahahahaha, aku ketahuan ya? Tak masalah aku akan membunuh kalian."

"Kau gila! Banyak orang ditengah engah kerumunan ini! Kau takkan bisa membunuh kami!"

"Benarkah? Coba saja minta tolong pada mereka. Mereka tidak akan bisa membantumu. Mendengarmu saja mereka tak bisa. Karena saat ini mereka tak bisa melihat kalian ataupun aku. Bisa dikatakan saat ini tubuh kalian hanya berwujud roh." Kata Tom sambil menarik tas Michael. Michael langsung meletakkan Marvin ke lantai dan dengan cepat melukai tangan Tom dengan pisau yang Ia keluarkan kemudian Ia langsung menarik tasnya.

"Baiklah bocah kecil. Aku lelah dengan permainanmu." Kata Tom sambil menyembuhkan diri dan berubah menjadi werewolf. Setelah berubah dia langsung melompat ke arah mereka. Namun ketika baru saja mau melompat. Razel langsung menebas werewolf itu dengan sabit mautnya. Dalam sekali tebasan werewolf itu langsung terbelah dua dan mati.

Matanya birunya saat ini bersinar terang.

"Hufft... pasti anak buah Collins."

Setelah itu banyak makhluk jadi jadian langsung muncul dan mau menyerang Razel. Namun Razel dengan cepat membuka pintu gerbang kematian dan muncullah roh roh kematian yanh menangkap dan menyeret mereka semua masuk ke pintu gerbang kematian. Setelah mereka terseret masuk pintu gerbang kematian langsung tertutup.

Michael dan Kevin masih saja tercengang dengan apa yang dilihatnya. Sedangkan Marvin masih pingsan di tangan mereka.

"Kalian semua ikut aku."

"B-bagaimana aku bisa mempercayaimu?" Tanya Michael

"Jika aku orang jahat. Aku pasti sudah memasukkan kalian semua ke pintu kematian itu. Tenang saja saat ini tak ada yang bisa melihat kalian ataupun aku Karena saat ini kalian masih seperti berupa roh. Tubuh kalian akan kuubah kembali menjadi normal kembali setelah kalian ikut aku ke dalam mobilku."

Entah kenapa Michael dan Kevin langsung mengikutinya meskipun mereka tidak mempercayainya. Tubuh mereka seperti bergerak sendiri. Sedangkan Marvin yang tergeletak pingsan langsung diangkat dan digendong oleh Razel menuju mobilnya.

Sesampai di mobil limosin hitam milik Razel. Mereka langsung dibukakan pintu oleh seorang pria pria berjas hitam yang tak lain adalah anak buah Razel.

Razel langsung meletakkan Marvin di salah satu kursi dekat jendela. Lalu duduk tepat disebelah Marvin.

Ketika Kevin dan Michael masuk ke dalam mobil itu. Mereka terkejut karena ada Laura yang sudah ada disana. Ketika Laura melihat raut wajah mereka yang penuh tanda tanya. Laura langsung berkata kepada mereka.

"Ceritanya panjang. Ivy Hunt, pemimpin kelompok gangsterku mengenalnya. Jadi aku mempercayainya. Meskipun aku sendiri agak bingung dengan semua ini."

"Jadi... kau seperti dewa kematian?" Tanya Michael

Razel langsung tertawa terbahak mendengat ucapan Michael.

"Pekerjaanku lebih cenderung seperti malaikat pencabut nyawa. Julukan dewa kematian hanya berlaku untuk ayahku."

"Michael, kau seharusnya tak membawa inti energi itu sendirian. Makhluk makhluk lain bisa merasakan energi besar dari sana. Sekarang bisakah kau memberikannya padaku. Inti energinya lebih aman di tanganku daripada di tanganmu."

"Bagaimana aku bisa mempercayaimu?" Tanya Michael

"Sebagai jaminannya akan ku bawa Stephen Severus kembali."

"Jika aku memang tak bisa dipercaya dan hanya menginginkan energi itu. Aku daritadi pasti sudah mengirimkan kalian kepada ayahku dan mengambil inti energinya."

Michael terlihat ragu ragu dengan ucapan Razel. Tapi Razel memang benar, jika dia jahat. Dia pasti akan melakukan semuanya dengan mudah daritadi.

Ia pun langsung membuka tasnya dan memberikan inti energi itu pada Razel.

Razel yang menerima bola itu langsung mengamati bola itu kemudian mengunci inti energi itu dengan segelnya lalu sebuah kegelapan datang saat itu juga. Kegelapan itu mengelilingi inti energi itu dan kemudian menghilang bersama inti energi itu.

"Menurutku lebih baik kau yang memegang semua ini daripada aku." Kata Michael sambil memberikan flash disk beserta buku Abigail Thazaky kepada Razel. Razel langsung menyimpannya di balik jas hitamnya.

"Apakah ada yang kau butuhkan lagi?" Tanya Michael

"Aku ingin bertemu dengan Harry "

"Akan kuceritakan ketika kita sudah sampai ke kastil rahasia kalian yang berada di tengah hutan." Kata Razel memberikan seperti sihir hitam kepada Marvin yang membuatnya langsung bisa tersadar.

"Apa yang terjadi? Dimana aku? Siapa orang ini?"

Kevin langsung menghela nafas dan berkata.

"Kau ketinggalan banyak hal Marvin."

***

Sesampai di kastil tempat persembunyian mereka. Razel langsung menemui anak anak dari Nostra Santino dan menceritakan segalanya. Pertamanya mereka terkejut dengan keadaan orang asing itu secara tiba tiba. Namun setelah dijelaskan segalanya oleh Razel. Mereka pun mau tak mau percaya padanya. Memang mereka kira semua cerita  Razel adalah omong kosong. Namun setelah Razel menunjukkan beberapa kemampuannya termasuk memperlihatkan gerbang kematian sekilas kepada mereka. Mereka semua langsung percaya meski bagi mereka ceritanya sedikit sulit dimengerti.

Setelah bercerita dan menjelaskan semuanya. Razel langsung meninggalkan mereka sejenak untuk berfikir. Sebelum Ia melangkah pergi. Ia menghentikan langkahnya dan Ia memanggil Harry dengan cara mengisyaratkan tangannya untuk berbicara berdua dengannya di bagian atas. Harry yang langsung mengerti dengan isyarat tersebut langsung naik ke atas.

"Ada apa? Kenapa kau memanggilku?" Tanya Harry

"Awalnya aku ingin minta Draco untuk mengatasi masalah aliansi dan bisnis. Karena biasanya dia yang bertugas untuk melakukan 2 pekerjaan itu di Nostra Santino. Tapi karena saat ini dia tidak bisa kembali dengan keadaan hidup. Maka aku akan minta bantuan kepadamu karena kau adalah yang paling tua disini dan yang paling mengerti tentang masalah seperti itu. Aku dengar kau juga membantu sebagian bisnis illegal milik ayahmu dengan mengikut sertakan dirimu di balik Nostra Santino. Beberapa anggota pasti sudah memegangkan beberapa pekerjaan perusahaanya kepadamu jika mereka masih dalam misi. " Kata Razel sambil memberikan beberapa dokumen kepada Harry.

"Apa isi dokumen dokumen ini, Tuan Razel?" Tanya Harry

"Panggil aku Razel saja meskipun usiaku berlipat lipat lebih tua darimu. Ngomong ngomong dokumen dokumen itu berisikan semua daftar nama orang orang yang bisa membantumu. Aku ingin kau buat aliansi ataupun bisnis illegal dengan mereka. Yang pasti mereka bisa membantumu walaupun tidak semua dari mereka bisa." Kata Razel

"Tapi aku belum menyelesaikan beberapa pekerjaan di perusahaan ayah. Bolehkah aku buka nanti saja setelah aku menyelesaikan semua pekerjaan perusahaan dari Nostra Santino. Semua pekerjaan penting hanya diserahkan padaku. Bahkan William saja dijauhkan dari bisnis keluarga sendiri. Aku masih perlu bantuan darimu ketika aku sudah membuka dokumen ini." Kata Harry

"Kalau begitu selesaikan pekerjaanmu dulu. Lalu ketika akau sudah siap. Aku akan membawa Stephen Severus dan kita akan menyelesaikan semua yang harusnya diselesaikan. Kaliam semua pergilah ke perusahaanku jika kau sudah selesai dengan pekerjaanmu." Kata Razel sambil memberikan kertas berisikan kartu perusahaannya dan melangkah pergi.

Ketika Razel telah pergi Harry langsung berjalan membuka suatu lemari yang berisikan brankas. Lalu Ia menyimpan dokumen dokumen itu ke salah satu brankasnya.

Semua yang harusnya diselesaikan? Apa maksud Razel? Batin Harry sambil menutup lemarinya.