Lyra bergeming. Air mata keluar. Bukan Lyra menangis, Sharif yang melakukan itu. Sharif adalah lelaki tegar yang rapuh. Sekuat apapun menahan diri, tetap saja ujung-ujungnya hancur. Rasa takut akan terus menghantui setiap langkah. Mau bagaimanapun bentuknya.
Lyra usap kepala Sharif. "Sayang, tak apa-apa. Mom paham. Tolong jangan begini. Mom menyayangimu."
Isak tangis Sharif pilu. Lyra tak sampai hati. Rasa sakit yang Sharif turut Lyra rasakan. Menjangkit ke ulu hati Lyra. Tujuh tahun Lyra tak bertemu anak kandung.
Anak tersebut berada tepat di depan. Emosi Lyra banyak bermain. Dari segi manapun, Lyra menyayangi Sharif.
Satu-satunya keinginan Lyra hanyalah ingin hidup baik bersama Gin dan Sharif. Keinginan terbesar Lyra itu, tidak yang lain. Martin bukan lagi tujuan akhir. Lelaki tersebut sudah cukup menyakiti.
"Lyra."
Lyra menoleh. Tepat di hadapan, Martin menatap sendu. Mood Lyra memburuk. Secepat yang Lyra mampu, ia membuang muka. Biarlah soal Martin, Lyra tak peduli.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com