"Kau lihat."
Surat panggilan pengadilan, perebutan hak asuh. Lyra berdecih. Bagi Lyra suratnya menggelikan. Cukup melihat sekilas, Lyra putuskan fokus ke Martin. Sudah Lyra duga, pasti gak jauh-jauh dari yang kayak begituan mah.
"Tidakkah menurutmu ini lucu?" Jari Lyra menunjuk surat panggilan pengadilan. Perebutan hak asuh, Lyra teringat barang hasil ia, Catherine dan Stelly menyusup. Mungkin berguna. Tujuan Lyra ambil benda itu ungkap hal baru.
"Dia tahu aku menyusup, aku harus hati-hati. Radit tidak semudah yang aku bayangkan." Lyra bergumam dalam hati.
"Cih, bodoh sekali Radit tak merebut lagi. Eh, atau jangan-jangan aku dikibulin." Lyra mulai khawatir. Harus segera Lyra selidiki.
Oh, harus Lyra harus pastikan isi benda itu.
Martin ikuti gerakan Lyra. Sampai perempuan itu bangkit, Martin tetap ikut.
"Tunggu sebentar, ada sesuatu yang harus aku ambil."
"Apa?" Martin bertanya. Raut wajah bingung.
"Nanti kau tahu, aku tak akan lama."
Support your favorite authors and translators in webnovel.com