webnovel

The Hunter: Sang Malam

Safira tidak pernah tahu hidupnya berubah drastis ketika sang ibu memintanya pindah ke sebuah sekolah yang terletak di sebuah pulau terpencil. Di sekolah itu, ia dilatih untuk menjadi seorang Hunter. Seorang pemburu vampir. Masalahnya sekolah itu aneh. Siswa-siswanya, instrukturnya bahkan alasan sekolah didirikanpun penuh misteri. Tepat disaat Safira masuk sekolah itu, ibunya tiba-tiba menghilang.

NaomiAilin · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
18 Chs

Prolog

Sesak

[Apa yang terjadi?]

Safira terbangun dari tidurnya sambil terbatuk-batuk. Matanya terbelalak melihat kobaran api dan asap di dalam kamarnya. Dengan cepat Safira turun dari ranjang sambil menggendong Boni erat-erat. Boni adalah boneka beruang berwarna coklat hadiah ulang tahunnya ke-5 dari mama.

Keadaan kamarnya sungguh kacau. Kamar mungilnya yang bercat pink mendadak berubah merah. Lemari, boneka-bonekanya dan meja belajarnya terbakar.

Safira tidak dapat berpikir jernih. Ia keluar kamar mencari mamanya.

[Dimana mama?]

Ia panik. Matanya terus mencari-cari keberadaan mamanya. Namun gadis kecil itu tidak dapat menemukan keberadaan ibunya di rumahnya yang kini sudah penuh dengan asap dan api.

Safira mencoba mencari ke kamar mamanya di lantai 2. Sepi.

"Mama, mama!" teriak Safira sambil berlari.

Begitu Safira membuka pintu kamar mamanya, ada sesosok pria berjubah hitam muncul dari jendela. Safira takut. Ini pertama kalinya ia melihat pria misterius itu. Gadis kecil ini langsung bersiap-siap keluar kamar. Namun sebelum itu terjadi, si pria berjubah hitam langsung berlari ke arah pintu mencegah Safira keluar.

"Aahhh!" teriak Safira ketakutan.

Ia langsung berlari ke sudut ruangan. Pria misterius itu kini berjalan mendekati Safira. Pria itu merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah benda mengkilat. Pisau.

"Mama, tolong! Tolong!" teriak Safira sambil menangis. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Sepertinya pria di depannya ini berniat membunuhnya.

Pria berjubah hitam itu terkekeh. "Hm… kamu mau kemana lagi?"

Pria berjubah hitam itu semakin mendekat. Sorot matanya yang tajam berwarna merah semakin membuat Safira tak berdaya. Kini gadis kecil itu hanya bisa meringkuk di sudut ruangan ketakutan sambil memeluk Boni dengan erat.

Kurang dari satu meter si pria berjubah hitam itu mendekat, munculah sesosok pria lain berambut panjang. Safira tak kenal dengan pria itu. Tapi dirinya begitu ketakutan untuk memikirkan siapa pria yang kini telah ada tepat di depannya. Melindunginya.

Pria berambut panjang memelintir tangan si pria berjubah hitam. Ia berusaha mengambil pisau dari tangan pria itu. Namun sayang, pria berjubah hitam tidak mau kalah. Dengan sekali sentakan Ia berhasil melepaskan diri.

Kini pria berjubah hitam berlari hendak menusuk pria berambut panjang itu. Untunglah tangan pria berambut panjang menangkis pisau.

Tes tes

Darah mengalir dari tangan pria berambut panjang. Pria berambut panjang menggenggam erat pisau yang sedikit lagi akan mengenai jantungnya itu. Sambil masih memegang mata pisau, pria berambut panjang itu menoleh ke arah Safira.

"Cepat lari!" katanya.

Safira tahu ia harus segera lari keluar kamar. Namun kakinya melemah. Safira sangat ketakutan hingga tidak mampu berdiri dan berlari.

Ia masih terus menangis.

"Cepat!" pinta pria berambut panjang tidak sabar. Kini ia kembali memelintir tangan pria berjubah hitam. Mengunci kedua tangannya.

Brak!

Pintu kamar terbuka. Paman Edgar muncul. Dengan sigap ia menggendong Safira.

Sebelum kamar mama semakin dipenuhi kobaran api, pria berambut panjang itu berkata pada Safira, "ingatlah kalau aku menyayangimu melebihi hidupku."