webnovel

The Eyes are Opened

Kisah seorang gadis remaja yang bernama Dyandra (15 th) memiliki sixth sense yang selama ini belum terbuka penuh, akhirnya terbuka setelah mengalami kejadian supranatural di sekolahnya. Kemampuan yang dimilikinya saat itu ternyata tidak dapat ditutup hingga ia kuliah. Banyak kejadian-kejadian supranatural yang ia alami dan kemampuan baru yang dimilikinya berkembang dari hari ke hari sehingga mempengaruhi kehidupannya dan kisah cintanya. Bagaimana kehidupan Dyandra di masa depan?

Rachel_Oktafiani · Horror
Sin suficientes valoraciones
203 Chs

Hanya Angan

"Dari mana lu kok keluar dari halaman SMA?" Tanya Caludi padaku yang melihatku pertama kali aku menghampiri mereka.

"Oh.. Abis jalan-jalan aja tadi sambil cari angin." Ucapku menutupi apa yang telah terjadi tadi bersama kak Andrew.

"Uhm.. Habis jalan sama kakak osis tadi ya?" Bisik Claudi di telingaku agar yang lain tak tahu.

"Hm." Jawabku singkat.

Kamipun melihat pertunjukkan demi pertunjukan dengan senang dan santai.

Hari mulai semakin larut dan angin malam berhembus kencang hingga menusuk kulit, namun semakin malam acara demi acara semakin meriah di tambah babak final turnamen basket semakin memanas. Perebutan nilai dengan selisih yang tipis membuat hampir sebagian anak dari sekolahku menonton pertandingan tersebut. Banyak anak-anak perempuan yang lain dari kelas tiga menjadi suporter bagi kelasnya yang bertanding. Gemuruh sorak sorai anak-anak yang menonton serta bunyi peluit wasit dan juga terompet lapangan bersaut-sautan satu sama lain memeriahkan perlombaan itu. Kami yang sedari tadi hanya duduk dan menikmati makanan kecil yang di beli di bazar serta menonton pertunjukkan di atas panggung yang tak henti-hentinya silih berganti mulai tertarik untuk menonton basket.

"Eh yuk nonton ke sana yuk!" Ajak Karin yang ingin melihat lomba basket.

"Haaa... Malos goe Rhinn.. phenghen hulang bhenernya goe ini.." Ucap Claudi yang enggan untuk beranjak dari tempat duduknya sambil menikmati tahu pop yang masih ia kunyah di dalam mulut.

"Ahhhh.. ayo dong Di.. itu lagi babak final lhoo... Lagi seru-serunya tuhh.. Lihat tuh! banyak yang pindah ke lapangan basket lhoooo!!" Rayu Karin yang masih bersih kukuh untuk menonton basket sambil menarik tangan Claudi yang sedari tadi masih duduk.

Aku hanya tersenyum melihat kedua temanku bertengkar kecil seperti ini. Rasanya aku ingin kami seperti ini sampai selamanya. Di saat mereka masih berdebat dengan ingin menonton basket, aku melihat jam di ponselku karena ingat aku belum memberi kabar ke mama akan pulang jam berapa.

"Waahhh sudah jam setengah sembilan aja nih. Kalian mau pulang jam berapa?" Tanyaku mengalihkan pembicaraan kedua temanku."

"Hmmm.. kalau aku sampai pertandingannya selesai baru pulang Ndra!" Ucap Karin dengan semangat.

"Hmm aku bentar lagi pulang deh. Ngantuk. Capek. Pengen rebahan di kasur sambil nonton TV." Jawab Claudi dengan nada malas.

"Kalau kalian?" Tanyaku pada Alex, Theo, dan Ruben namun mereka bertiga telah menghilang ke lapangan basket sedari tadi tanpa aku sadari.

"Kamu cari trio kwek-kwek? Mereka sudah di lapangan basket tuh! Sudah asik sambil bawa balon pom-pom tuhhh!" Ucap Karin sambil menunjuk ketiga teman cowokku yang tengah duduk di bagian belakang tribun lapangan basket dengan wajah yang penuh dengan semangat.

"Udah ah Rin, gue pulang duluan aja. Ngantuk sama bosen nih. Kalau lu mau nonton ya nonton aja bareng trio kwek-kwek. Byeee.. Byee Ndraaa.." Ucap Claudi sambil berjalan meninggalkan kami dan berlalu begitu saja sambil memasuki mobilnya dan meninggalkan halaman sekolah.

Karin yang terdiam melihat Claudi yang enggan ia ajak menonton basket bersama menatapku dalam seakan ingin mengajakku juga. Awalnya akupun enggan monoton basket, karena memang aku bukan anak yang suka menonton pertandingan olahraga. Aku lebih suka menghadiri acara yang hanya duduk dan diam sambil mendengarkan apa yang tampil di depanku. Aku sangat malas jika harus berada di dalam sebuah kumpulan orang-orang yang ramai dengan suara sorak sorai mereka sambil berteriak-teriak. Seakan aku membuang energiku hanya untuk sia-sia. Namun malam itu aku mengikuti apa yang diingini Karin. Kami berjalan menyusuri halaman sekolah yang sangat luas menuju lapangan basket di ujung sekolah kami. Suara gemuruh orang bersorak sorai terdengar hingga jalan raya sekolah kami sampai beberapa orang tukang becak, tukang ojek, dan orang tua wali murid juga ikut menonton dari luar lapangan basket.

Kami masuk dan langsung duduk di bangku paling belakang bersebelahan dengan Alex, Theo dan Ruben. Pertama kali aku memasuki lapangan basket dan menonton di dalamnya, aku merasa sangat bingung melihat sekelilingku. Aku hanya duduk terdiam menonton pertandingan sambil memperhatikan setiap pemain yang ada di tengah lapangan. Yaahh... nggak buruk lah untuk pengalaman pertamaku. Di saat aku sedang melihat-lihat sekeliling dan para pemain basket, aku melihat Chen Li, cowok yang pernah suka sama aku duduk di bangku panjang di sudut lapangan dengan menggunakan kaos basket dengan nomor punggung 20. Aku sedikit tercengang jika ia juga ikut main basket. Lalu aku bertanya pada Karin kenapa ada beberapa orang duduk di bangku panjang tersebut.

"Rin, rin. Itu kenapa kok ada yang duduk di situ?" Bisikku pada telinga Karin, karena suara lapangan basket sangat berisik sekali.

"Hah? yang mana?" Tanya Karin lagi.

"Ituuuu.. di situuu.." Ucapku sambil menunjukkan tanganku ke kursi yang ku maksud.

"Ohhhh... itu namanya bangku cadangan, biasanya buat anggota tim yang sedang istirahat atau menunggu giliran buat main. Eh, itu kan Chen Li Ndra." Ucap Karin.

"Iya. Itu dia." Ucapku dingin.

"Waaahhh dia ternyata benar anak basket to.. Makanya aku sering dengar dia sangat terkenal di kalangan anak-anak basket sampe di SMA." Ucap Karin terlihat kagum.

"Terus-terus gimana hubunganmu sama si Chen?" Tanya Karin lagi yang nggak sengaja berbicara dengan nada teriak-teriak.

Melihat Karin yang berbicara teriak karena terpengaruh suasana lapangan yang bising, tanpa ia sadari ada beberapa anak cewe duduk di bangku depan kita yang tiba-tiba menoleh kebelakang saat mereka mendengar nama Chen Li disebut. Melihat itu aku tak menjawab pertanyaan Karin dan berpura-pura tak mendengarnya hingga Karin sibuk dengan pertandingan lagi. Di tengah-tengah pertandingan aku merasa bosan dan mengantuk hingga beberapa kali aku berusaha menahan untuk tidak menguap. Mungkin aku sudah lelah karena sibuk seharian, rasanya aku ingin pulang seperti Claudi.

["Hmmm... bosan. Mau pulang tapi nggak enak sama Karin. Nanti dia sama siapa kalau aku tinggal sendiri. Tapi aku capek bangeeettt.."] Gumamku dalam hati sambil memperhatikan ponsel yang tak ada satu pesan masuk sama sekali.

Di saat aku benar-benar merasa bosan dan lelah, tiba-tiba ada pesan masuk di ponselku. Dengan segera aku membuka dan melihat siapa yang mengirim pesan padaku saat itu.

"Hah? kak Andrew? Tumben?" Ucapku pelan.

08.45PM ["Andra!! kamu sedang nonton basket dan duduk di paling belakang ya! Sama siapa tuh?"]

08.46PM ["Iya kak. Aku di ajak teman-temanku nonton. Ddari sebelah kiriku sampai tiga anak cowo setelahnya itu temanku semua. Kakak nonton dimana? Kok tahu aku?"]

08.48PM ["Aku duduk di arah jam dua dari posisimu. ^^"]

08.50PM ["Ohhh.. iya iya aku lihat. Hahahaha.. Kok dari tadi aku nggak ngelihat ya padahal dari tadi juga aku memperhatikan orang-orang yang nonton lho. Hahahaha..."]

08.52PM ["Hahahaha.. Sama tadi pas bosen aja aku lihat-lihat sekitar eh, kok malah lihat kamu lagi menguap terus. Hahahaha.. capek ya non? Kenapa nggak pulang aja?"]

08.53PM ["Hahahaha.. Iya nih kak, emang capek + ngantuk sih, tapi nggak enak mau pulang duluan.. nanti teman cewekku nggak ada temennya. Apalagi sudah malam. Mau ajak pulang dia juga tapi dianya mau nonton basket sampe selesai..T.T"]

08.55PM ["Adduuuhh kaciaann.. pukpukpukk...XD"]

Dari pertengahan pertandingan hingga pertandingan hampir selesai aku nggak merasa bosan yaahhh karena di temani ngobrol sama kak Andrew. Orangnya asik juga ternyata, baru kali ini aku ngobrol dengan cowok lewat pesan dan dapat ngobrol lama. Karena terlalu asik dengan ponselku, Karin tiba-tiba menepuk pundakku.

"Ah, apa Rin?" Tanyaku karena kaget.

"Kamu ngapain sih? kok rasanya sibuk banget sama ponselmu? Lagi chat sama siapa?" Tanya Karin yang ingin tahu.

"Ohh.. ini aku lagi kirim chat sama kakak osis kenalanku. Kak Andrew namanya. Abisnya aku bosen banget dari tadi. Mau ajak kamu ngobrol juga nggak enak, kamunya lagi asik nontonnya sih.. hehehehe.."

"Ohhh.. gitu.. Mau pulang sekarang aja ta Ndra? Kok kelihatannya kamu ngantuk banget gitu?"

"Eh? Nggak apa pulang sekarang? Kan bentar lagi juga mau selesai pertandingannya? Nggak nanggung?"

"Ng-nggak apa kok Ndra. Aku juga capek soalnya."Jawab Karin yang terlihat terpaksa.

"Yakin nih? Aku nggak mau kalau nanti kamu ngomel kalau nggak nonton sampai habis lho!"

"Iya gak apa." Jawabnya dengan muka menunduk.

"Apa? Kenapa kamu?" Tanyaku.

"Uhmm.. aku sebenarnya malas pulang ke rumah sih.. makanya pengen nonton sampai habis."

"Kenapa emangnya?" Tanyaku makin penasaran, tapi Karin tiba-tiba terdiam tak menjawab pertanyaanku dan malah mengalihkan perbicaraan kita.

"Ya udah yuk pulang aja. Di sini bising banget ternyata." Ucapnya sambil mengambil tas dan menggandeng tanganku untuk keluar lapangan.

Di saat aku keluar lapangan ternyata kak Andrew bersama kak Bayu melihatku dan mengikutiku keluar lapangan, lalu bergegas menghampiriku.

"Andra!!" Teriak suara kak Bayu dari belakangku. Aku menoleh ke belakang dan melihat kak Bayu dan kak Andrew berlarian kecil menghampiri kami.

"Kalian mau kemana? Sudah mau pulang kah?" Tanya kak Bayu.

"Oh iya kak. Kami mau pulang. Oh, ini kenalin kak teman aku namanya Karin dan Rin, ini kakak-kakak osis yang aku kenal sejak persiapan pentas seni ini."

"Oh Halo kak.. salam kenal.." Ucap Karin yang malu-malu.

"Halo Karin.. Salam kenal yaa.. Aku bayu dan ini temanku Andrew." Ucap kak Bayu memperkenalkan dirinya.

"Haloo.." Sapa kak Andrew yang tersenyum manis sambil sedikit melihat ke arahku.

"Lho kakak-kakak mau kemana? Kok sudah keluar?" Tanyaku.

"Ohh.. iyaa.. kami mau cari angin. Engap lama-lama di sana. Rame juga kan? Hahahaha.." Jawab kak Andrew.

"Mau di antar pulang ta? Rumahmu dimana Karin?" Tanya kak Bayu basa basi.

"Oh nggak usah kak. Makasi. Aku bisa jalan kaki kok. Rumahku dekat dari sini. Hehehe.." Jawab Karin yang masih tersipu malu.

"Hehhh... jangan jalan kaki sendirian malam-malam gini. Apalagi kamu cewek, bahaya tahu. Mau aku anterin ta naik sepeda motor tapi.." Ucap kak Bayu menawarkan diri mengantarkan Karin.

"Halaaahhh lu modusin cewek mulusih Yu! Tania gimana Yu! Hahahaha.." Timpal Andrew.

"Hahahaha.. udah nggak usah di dengarin kakak satu ini. Aku anterin aja yuk." Paksa kak Bayu.

"Uhmmm.. Ya udah boleh deh kak. Makasi banyak sebelumnya yaa.. Ndra aku pamit dulu ya. Makasi sudah nemenin aku tadi." Ucap Karin sambil memberikan pelukan perpisahan kami.

Akhirnya Karin pulang ke rumahnya bersama kak Bayu, padahal rencananya tadi ia ingin pulang bersamaku nanti jika aku sudah di jemput. Namun setelah Karin diantar pulang sejak 10 menit yang lalu, mamaku tak kunjung tiba. Aku menunggu di pos satpam sekolah sambil di temani kak Andrew yang juga duduk terdiam di sebelahku. Aku mencoba menelepon mama beberapa kali namun ponsel mama nggak diangkat, menelepon papapun nggak diangkat. Hingga aku menelepon yang ketiga kalinya mama mengangkat teleponku. Mama menyuruhku untuk pulang sendiri atau minta tolong keteman untuk antar ke rumah karena mobil kami ternyata mogok dan nggak dapat dinyalakan karena akinya habis. Akhirnya mau nggak mau aku terpaksa cerita masalahku ke kak Andrew, dan kak Andrew memang berniat untuk mengantarku pulang ke rumah.