webnovel

The Eyes are Opened

Kisah seorang gadis remaja yang bernama Dyandra (15 th) memiliki sixth sense yang selama ini belum terbuka penuh, akhirnya terbuka setelah mengalami kejadian supranatural di sekolahnya. Kemampuan yang dimilikinya saat itu ternyata tidak dapat ditutup hingga ia kuliah. Banyak kejadian-kejadian supranatural yang ia alami dan kemampuan baru yang dimilikinya berkembang dari hari ke hari sehingga mempengaruhi kehidupannya dan kisah cintanya. Bagaimana kehidupan Dyandra di masa depan?

Rachel_Oktafiani · Horror
Not enough ratings
203 Chs

Pendekatan

Malam itu bulan purnama bersinar dengan sangat terang sehingga cahayanya menyinari sebagian gedung sekolahku yang tak terkena lampu. Suasana yang sangat sunyi dan sepi, tak ada seorangpun yang belalu lalang di sekitarku. Sangat kontras sekali dengan lapangan sekolah yang di penuhi dengan sorak sorai siswa yang sedang menikmati pertandingan final bola basket antar kelas. Suara peluit wasit terdengar hingga ke dalam gedung sekolah yang sepi ini. Saat ini aku sedang berjalan menyusuri lorong sekolah lantai dua bersama kak Andrew yang sedari tadi menungguku berganti pakaian seusai drama. Entah kemana ia akan membawaku, namun sekain lama kami berjalan hawa di sekitar kami semakin panas. Perasaanku mulai nggak enak, seakan akan ada banyak makhluk halus yang berada di sekitar kami. Kami terus berjalan menyurusi lorong sekolah hingga akhirnya ia membawaku ke gedung sekolah SMA. Suasana di sana lebih ramai dan banyak anka-anak yang duduk berkelompok sembari hanya berbincang dengan satu sama lain. Ia terus membawaku berjalan hingga ke salah satu sudut lorong di sekolah itu. Kami berdiri di ujung lorong itu bersandar pada dinding pembatas dan melihat acara lomba basket yang sedang berlangsung. Dari sini seluruh kegiatan Malam Pentas Seni terlihat sangat jelas dari pada jika melihatnya dari bawah. Hingga kami terdiam beberapa saat sambil berdiri sembari menikmati hembusan angin malam yang sangat dingin.

"Uhm.. Ndra, Selamat ya tadi pementasanmu bagus banget. Nggak nyangka tadi kamu bisa main drama. Aku kira kamu cuman jago nggambar. Hehehe.." Ucapnya membuaka perbincangan malam itu.

"Iya kak, makasi ucapannya. Aku sebenarnya nggak nyangka juga kok bisa main drama kaya gitu tadi. Baru kali ini juga coba main drama. Padahal sebelumnya aku males banget kalau harus tampil di depan umum kaya tadi. Gampang grogi aku ini kak. Hahahaha.." Ucapku.

"Tapi bagus banget lho penampilanmu tadi dan juga kamu kelihatan cantik malam ini. Ehem!"

"Ah, hahahaha,.. efek make up aja itu kak.. Hahahaha.."

"Ow ya kak, sebenarnya mau ngapain ya kakak ajak aku ke sini?" Tanyaku memastikan.

"Oh iya, uhm.. aku mau tanya, apa kamu punya indra keenam?" Tanyanya.

"Uhmm.. aku sih nggak ngerasa punya itu kak, karena emang bener-bener nggak bisa lihat makhluk halus secara langsung gitu. Cuman terkadang 'mereka' nampak wujud gitu di depanku. Tapi nggak sering banget."

"Uhmm.. kalau aku bilang sih itu sudah punya kamu.. tapi memang belum terbuka penuh dan itu butuh meditasi khusus untuk membuka mata batinmu."

"Hah? emangnya kaya gitu bisa di buka ya? Bukannya itu kemampuan yang alami kita dapat dari Tuhan?"

"Uhmm.. nggak kok itu bisa kita buka kalau kita mau. Asalkan mental kita siap untuk melihat 'mereka', karena wujud 'mereka' itu..ughhh.. ngeri banget. Aku pernah lihat yang wajahnya hancur, badannya hancur, uhmm.. macam-macam deh."

"Hah? Iya ta kak? Sengeri itu? Terus kakak nggak takut?" Tanyaku penasaran.

"Yaa.. takut sih dulu.. tapi karena lama kelama'an jadi biasa gitu melihat 'mereka'. Kaya sama lihat manusia. Jadi kadang salah sangka apalagi kalau ada makhluk yang baru meninggal, dan wujudnya bener-bener seperti manusia. Jadi kaya susah bedain gitu deh.. Tapi setelah aku gede jadi lebih bisa bedain mana manusia asli mana yang makhluk halus." Terangnya.

"Emang kakak mulai bisa lihat sejak kapan?"

"Uhmm.. kalau nggak salah inget sejak umur 3 tahun aku sudah bisa lihat. Waktu itu aku lihat ada anak kecil, seperti seumuranku tapi lebih tinggi sedikit dari aku, dan saat itu aku sedang di kamar sendirian, mamaku lagi di dapur. Pas siang hari sih. Dan aku sempat bingung kenapa ada orang asing berada di dalam kamarku dan 'ia' sedang duduk meringkuk di pojok kamar dekat lemari bajuku. 'Ia' terus memandangiku dan aku juga otomatis melihat kearahnya. Singkat cerita karena aku masih kecil, akhirnya aku sering bermain dengannya. Nama hantu anak kecil itu Niko, dan akhirnya ia menjadi teman mainku setiap hari. Sampai akhirnya mama tahu aku bermain sendiri tapi kok juga sering berbicara sendiri seperti ada orang yang bersamaku. Sampai-sampai mamaku manggil bibiku yang memang memiliki kemampuan ini dan menceritakan segalanya yang ia lihat ke mama. Sejak tahu itu, mamaku lebih sering membawaku ke rumah bibiku dari pada tinggal bersama mama papaku. Di rumah bibiku aku diberikan banyak hal seperti ilmu-ilmu supranatural agar dapat menjadi tameng untuk tubuhku dan menjagaku dari makhluk halus yang mengingini tubuhku. Yaaa.. karena sebenarnya orang yang punya sixthsense itu memiliki aura yang berbeda dengan manunsia biasa dan memiliki aroma tubuh yang harum. Makanya banyak makhluk halus yang nempel di dekat orang yang punya sixthsense." Jelasnya.

"Ohh.. makanya dari tadi aku ngerasain ada hal aneh di sekitarku, kaya hawa panas, lalu kaya ada yang memperhatikan gitu."

"Nah tuh kamu bisa merasakan kehadiran 'mereka' berarti kamu ini sudah punya. Lalu apa yang kamu rasakan sekarang?" Tanyanya lagi.

"Hmmm... kaya ada yang barusan lewat ya di belakang kita?" Ucapku dengan sedikit merinding dan bulu kuduku seketika berdiri.

"Hehehehe.. iya betul. Mereka kepo denganmu Ndra, karena mereka samar-samar mencium aromamu seperti orang yang punya sisxthsense tapi kok beda, nggak kaya aku. Mereka bilang gitu. Hahahaha.."

"Hiiiiiii... kok ngeri sihh!!! Udah ah kak yuk balik aja yuk.." Ucapku mengalihkan pembicaraan.

"Eh, tunggu deh. Kamu mau nggak sense mu itu lebih tajam?"

"Hah? Nggak deh kak makasi. Hahahaha.. Kaya gini aja aku masih takut takut kok. Hahahaha.. Apalagi sampai bisa lihat tiap hari, nggak deh makasi. Hahahaha.." Ucapku dengan nada takut.

"Yahh.. itu kembali lagi kok tapi sama kamu. Uhmm.. doa aja dulu, tanya dan minta petunjuk sama yang di Atas, jika memang Tuhan memberikanmu kemampuan ini pasti ada maksud dan tujuannya. Kalau kamu mau mempertajamkan indramu itu, kamu bisa tekan di tengah-tengah dahimu beberapa menit sambil menutup mata, dan tahan nafas hingga beberapa saat sampai kamu merasa badanmu kerasa lebih ringan gitu, kaya ada roh yang mau keluar. Lalu lakuin meditasi-meditasi gitu untuk belajar fokus. Lama-lama indramu akan terasa lebih tajam tiap harinya." Jelasnya sambil mempraktekkannya kepadaku.

"Iya kak." Ucapku singkat.

Akhirnya malam itu kak Andrew banyak menceritakan pengalamannya tentang kemampuannya selama ini dan ia juga banyak menunjukkan makhluk halus yang berada di sekolah kami. Yang sangat membuatku semakin merinding saat itu, kak Andrew menunjukkanku sesosok makhluk halus yang bener-bener menakutkan, yaitu sesosok manusia dengan kepala yang hampir putus, dengan wajah yang hancur dan berlumuran darah dimana-mana. Ia memegang tanganku dengan mengalirkan energinya agar aku bisa melihat sosok itu. Saat aku melihat sosok itu, aku hampir saja berteriak ketakutan dan kak Andrew dengan sigap menutup mulutku agar aku tak berteriak dengan kencang saat itu. Seketika saja ia melepaskan tangannya dan aku tak dapat melihat sosok itu lagi. Kakiku terasa lemas dan tak dapat berdiri. Aku langsung duduk di lantai dan kak Andrew memberikan tenaga dalamnya untuk memulihkan energiku yang kacau tadi.

Membutuhkan waktu yang tak singkat agar aku dapat pulih dan segar kembali setelah kejadian itu. Lalu kak Andrew mengajakku keluar dari gedung sekolah dan kembali mengikuti acara Malam Pentas Seni bersama teman-teman yang lainnya. Ia berkali kali memastikan kembali tentang kondisiku yang sudah fit atau masih lemas karena telah terlalu banyak energi yang ku gunakan untuk dapat melihat makhluk halus. Hingga akhirnya ia mengganti topik pembicaraan kami dengan topik-topik yang santai dan di saat kami sedang asik mengobrol, aku berpapasan dengan teman-temanku yang sedang menonton pertunjukkan dance di dekat panggung. Akhirnya aku memutuskan untuk menghampiri teman-temanku dan monton pertunjukkan itu bersama-sama sedangkan kak Andrew berjalan menyusuri taman sekolah menuju lapangan basket.