Sekitar pukul satu pagi aku melihat Radit berbicara dengan seorang gadis. Satu-satunya alasanku melirik kedua kalinya adalah karena tangan Radit terkunci di atas lengan gadis itu. Sesuatu tentang ekspresinya menggangguku saat dia mengusap wajahnya yang bingung, meskipun aku tidak tahu kenapa. Aku menatap Radit saat dia mengantar gadis itu melewati kerumunan yang semakin menipis menuju kantor. Aku langsung pergi untuk mengikuti, tapi aku dengan segera memarahi diriku sendiri. Ini konyol.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com