" Coba kamu hubungi lagi!" kata Netta panik. Liam menghubungi Dante, tapi ponselnya mati.
" Tidak bisa, Net!" kata Liam.
" Gimana Net?" tanya Desi.
" Kalian kerjakan aja dulu semua, aku akan mencari Dante!" kata Netta.
" Kamu harus sudah disini jam 7 malam, Net!" kata Liam.
" Iya! Apa ada yang tahu dimana Dante tinggal?" tanya Netta.
" Kamu yakin mau cari dia disana?" tanya Liam.
" Iya! Memangnya kenapa?" tanya Netta.
" Rumah Dante jauh!" kata Liam.
" Kamu kirim alamatnya, aku akan mencoba mencarinya!" kata Netta pergi meninggalkan mereka.
" Dimana sih lo, Dante?" kata Netta ambigu sambil terus mencoba menghubungi Dante. Ada pesan masuk? Max?
@ Kalo ingin dia selamat, datang ke 24/124 Terrace Road..sekarang!
" Max?" ucap Netta. Netta menghubungi ponsel Max, tapi mati. Secepat kilat Netta memutar mobilnya dan pergi ke alamat tersebut. Netta keluar dari mobilnya dan melihat sebuah apartement dihadapannya. Ponselnya berbunyi, nama Max tertera dilayar.
" Halo, Max!"
" Masuk ke dalam apartement! Naik ke lantai atas!"
" Halo, Max! Max! Damn it! Lo kenapa, Max?"
Airmata Netta menetes dipipinya, dia membayangkan jika Max disakiti orang-orang itu. Netta masuk ke dalam apartement itu dan menuju ke lift untuk naik ke lantai paling atas.
" Come on!" kata Netta ambigu dengan mata yang penuh dengan airmata. Netta keluar dari lift, dia melihat ke depan, ada sebuah pintu terbuka dari salah satu kamar. Netta segera berlari dan masuk ke dalam kamar tersebut. Pintu kamar tertutup tiba-tiba, karena seseorang dengan wajah tertutup topeng telah menutupnya.
" Mana Max?" teriak Netta.
Seseorang menyalakan lampu di pojok ruangan, Netta
" Dia disini! Lo jangan kuatir!" kata orang bertopeng itu.
" Lepasin dia!" kata Netta.
" Boleh saja! Tapi lo harus mau menuruti gue!" kata orang tersebut.
" Darimana gue tahu kalo itu Max?" tanya Netta curiga. Tiba-tiba ponsel Netta berdering, Netta melihat ke layar, nama Max tertera disitu.
" Halo!" jawab Netta
" Apa lo bersedia?" tanya orang di telpon itu yang ternyata memang orang bertopeng tersebut. Kaki Netta serasa lemas, dengan suara bergetar dia mencoba untuk tegar.
" Lepasin Max! Apa yang lo mau?" tanya Netta.
" Lepas seluruh pakaian lo!" kata pria itu.
" Apa?" tanya Netta kaget.
" Lo mau dia mati?" kata pria itu sambil menodongkan pistol ke arah kepala Max.
" Tidak! Jangan! Gue akan melakukannya!" kata Netta gemetar, dilepasnya pakaiannya satu persatu hingga menyisakan pakaian dalamnya, tiba-tiba, Brakkkk! Pintu kamar itu rusak akibat ditendang dari luar.
" Ma...Max?" ucap Netta kaget, saat melihat yang masuk ke kamar itu adalah Max. Kemudian terjadi aksi saling pukul dan tendang. Max datang bersama dengan Feri dan 2 anak buahnya. Setelah beberapa saat kemudian, semua pria bertopeng yang berjumlah 4 orang itu berjatuhan dengan wajah babak belur.
" Dasar bodoh!" kata Max menutup tubuh Netta dengan mantelnya.
" Ya Tuhan, Lo nggak pa-pa?" tanya Netta.
" Masih bisa nanya? Tentu saja gue nggak pa-pa!" kata Max.
" Tapi..."
" Ayo pulang!" kata Max.
" Lo berdarah lagi!" kata Netta. Tapi Max tidak memperdulikan ucapan Netta.
" Bereskan semuanya!" kata Max pada Feri.
" Siap, Bos!" kata Feri. Max memeluk pinggang Netta masuk ke dalam lift dan turun ke lantai dasar. Netta menghadap ke dada Max dan bersandar disana dengan penuh kerinduan.
Sementara pria itu hanya diam, entah apa yang sedang ada di pikirannya. Max rasanya ingin menghajar dan membunuh pria-pria itu, tapi Feri menahannya. Entah kenapa dia sangat marah saat tadi dilihatnya Netta hampir telanjang dan dalam keadaan menangis. Apa dia ingin menyelamatkannya karena dia mulai mencintai gadis itu? Segitu besarnyakah cintanya padaku hingga dia rela melakukan apa saja untuk menyelamatkanku? tanya batin Max.
" Max!" panggil Netta. Max diam saja, wajahnya menggelap saat lift telah sampai di lantai dasar. Max menggandeng tangan Netta dengan erat dan membawanya ke mobilnya.
" Max! Sakit!" kata Netta saat pergelangan tangannya di pegang Max. Max tidak perduli dengan keluhan Netta. Selama perjalanan, Max hanya terdiam dan Netta semakin takut akan sikap diam Max.
" Masuk!" kata Max pada Netta saat mereka telah tiba di rumah Max.
" Ini rumahmu?" tanya Netta, tapi Max hanya diam saja. Netta melepas seatbeltnya dan keluar dari mobil tanpa mengatakan apa-apa, lalu Max memasukkan mobilnya ke dalam garasi. Netta masuk ke dalam rumah yang tidak dikunci tersebut dan duduk di ruang tengah .
" Bersihkan tubuhmu!" kata Max saat melihat Netta duduk di sofa. Netta mengikuti Max yang berjalan naik ke lantai atas dan masuk ke dalam kamarnya. Kemudian Netta masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan tubuhnya.
" Trima kasih!" ucap Netta pada Max yang sedang berdiri di pintu balkon, dia hanya memakai piyama mandi karena pakaiannya tertinggal ditempat tadi. Max memutar tubuhnya, dia menelan salivanya karena membayangkan bentuk tubuh Netta yang seksi di balik piyama itu.
" Apa lo punya pakaian wanita?" tanya Netta.
" Lo kira gue pria sakit?" jawab Max kesal.
" Gue pikir ada baju istri lo!" kata Netta, lalu dia masuk ke dalam kamar dan meraih ponselnya.
" Pakailah pakaian di walk in closet!" kata Max dingin. Netta mengangkat wajahnya dan menatap Max, lalu dia berjalan ke dalam walk in closet dan melihat pakaian berjajar di dalamnya. Netta meraih sebuah mini dress rajut berlengan panjang. Ternyata pas sekali di tubuhnya, dia tersenyum miris karena dia berpikir jika baju itu pasti milik Vina.
" Gue harus pergi!" kata Netta saat keluar dari walk in closet. Netta menunggu jawaban dari Max, tapi dia hanya diam menatap kecantikan dan keseksian Netta dalam balutan mini dress yang memperlihatkan lekuk tubuhnya yang indah. Netta berjalan menuju pintu kamar Max, tapi tiba-tiba tangannya ditarik dan bibirnya disesap oleh Max. Netta merasa seluruh tubuhnya lemah, seperti sebelumnya saat Max menciumnya. Max mencium Netta dengan penuh kelembutan, tanpa menunggu lama, Netta membalasnya dengan lembut pula. Max hanya bermain dibibir Netta saja, hanya mengulum dan menyesapnya.
" Gue cinta sama lo!" kata Max saat mereka melepas ciumannya. Sontak Netta terkejut mendengar ucapan Max, ditatapnya pria yang telah membuat dunianya terbalik dan porak poranda itu.
" Jangan bicara bullshit, Max!" kata Netta menatap mata Max sedih.
" Gue serius, Net!" jawab Max menatap Netta dengan lembut.
" Please! Gue sudah senang lo mau deket lagi sama gue! Walau ini terakhir kali kita bisa bersama!" kata Netta.
" Sejak lo pergi hari itu, entah kenapa gue selalu merindukan saat-saat lo datang ke kantor gue! Ngerayu gue! Mencumbu gue! Gue sangat merindukan semua itu, Netta!" kata Max lembut dan memeluk erat pinggang Netta. Netta menggeleng-gelengkan kepalanya.
" Gue rindu sentuhan lo! Gue rindu rengekan lo! Gue rindu amarah lo! Terutama, gue rindu..bibir ini!" kata Max sambil mengusap lembut bibir pink dan ranum milik Netta.
" Bohong! Kalo lo rindu, lo pasti nyari gue!" kata Netta. Deg! Max bingung harus bicara apalagi.