webnovel

16. Tipu Daya

" Gue nggak nyangka kalo dia akan ...sshhhh! Lo sengaja kan?" protes Max yang kembali meringis. Netta menahan tawanya, dia memang sengaja melakukan itu karena dia saat ini sedang marah pada Max.

" Dia akan ngeroyok gue! Kalo lo bawa gue ke RS, dia bakal ditahan!!" jelas Max. Netta mengobati luka dikepala Max dan membalutnya dengan perban.

" Terus kenapa kalo ditahan?" tanya Netta sebel.

" Dia masih sekolah! Dia hanya marah saja karena gue bilang ke papanya tentang pacarnya!" kata Max mencari alasan.

" Sorry, gue harus buka baju lo!" kata Netta gugup. Max dengan santainya membuka kemejanya, terlihatlah dada bidang Max yang sandarable dan perut sixpack dia yang touchable. Netta menelan salivanya, selama ini dia berusaha mati-matian untuk melihat bentuk tubuh Max dibalik jasnya tapi tidak pernah kesampaian. Sekarang, tanpa dia minta atau merayu, Max dengan rela memperlihatkan semuanya.

" Net!" panggil Max saat dilihatnya Netta melamun.

" Eh, iya! Maaf!" kata Netta.

" Apa ada sesuatu pada tubuh gue?" tanya Max.

" Ti...tidak!" jawab Netta tersipu malu. Cuih! Dasar cewek jalang! Gue nggak percaya kalo lo masih gadis! Secara lo pernah tinggal bersama dengan Arya. Dan Sam? Gue tahu siapa Sam! batin Max. Perlahan Netta membasuh dada Max yang sedikit memar dengan tangan gemetar. Max menatap wajah Netta, sial! Kenapa dengan jantung gue? batin Max. Berhentilah berdetak dengan kencang! Atau harga diri gue akan jatuh! batin Max. Akhirnya Netta telah selesai mengobati luka Max dan membersihkan semuanya. Max berusaha bangun dari tidurnya.

" Mau kemana?" tanya Netta langsung membantu Max bangun. Wajah mereka begitu dekat, nafas mereka saling menyentuh dikulit wajah. Netta segera memalingkan wajahnya, sedangkan Max menahan hasratnya kuat-kuat. Dalam jarak begitu dekat Netta terlihat sangat cantik dan seksi, harum lavender pada tubuhnya menguar menggoda hidung Max. Max berusaha bersikap biasa saja, dia tidak mau semua rencananya gagal.

" Ke kamar mandi!" kata Max. Netta yang tersadar segera melepas Max saat dirasa Max bisa berdiri.

" Ouw!" jawab Netta malu, pipinya merona merah. Lalu Max dengan tertatih masuk ke dalam kamar mandi. Ingin rasanya Netta memapahnya, tapi Netta masih memiliki akal jernih.

" Gue harus pergi!" kata Netta saat dilihatnya Max keluar dari kamar mandi dan bersandar di pintu.

" Terima kasih! Maaf, gue udah ngerepotin lo!" kata Max basa-basi.

" Sebaiknya lo hubungi Kak Vina agar bisa merawat lo!" kata Netta dengan terpaksa dan perasaan cemburu, lalu dia mengambil tasnya dan berjalan ke arah pintu kamar.

" Hubungan kami sedang kurang baik!" kata Max. Netta menghentikan langkahnya tanpa memutar tubuhnya.

" Kami...akan segera bercerai!" kata Max bohong. Maaf, Vin! Aku harus melakukan ini! batin Max.

" Apa? Tapi kenapa? Bukannya kalian saling mencintai?" tanya Netta terkejut sambil memutar tubuhnya.

" Dia...selingkuh!" kata Max pura-pura sedih.

" Astaga! Kak Vina? Nggak mungkin! Gue tahu dia sangat mencintai lo!" kata Netta.

" Gue pikir juga gitu! Tapi kenyataannya?" jawab Max.

" Sorry, gue...!"

" Nggak pa-pa! Gue harus melupakan dia!" sela Max. Keduanya terdiam dengan pikiran mereka sendiri-sendiri.

" Auch!" erang Max.

" Lo nggak apa-apa?" tanya Netta dan reflek berlari mendekat kemudian memeluk tubuh Max yang sedikit limbung saat dia berjalan ke arah ranjang. Tubuh mereka menempel, wajah mereka kembali begitu dekat. Max menatap Netta tajam, lalu tatapannya berubah menjadi lembut. Hati Max terbakar hingga meleleh jika berdekatan seperti ini dengan Netta. Perlahan Netta memberanikan diri lagi mendekati bibir Max dan mengecupnya, secara spontan Max membalas kecupan itu menjadi ciuman lembut. Deg! Max dan Netta merasa dunia seolah berhenti bergerak saat itu juga dan beribu kupu-kupu berterbangan menggelitik di dalam perut mereka. Max melepas bibir Netta, pandangan mereka bertemu, Netta memejamkan matanya dan membalas saat Max kembali menciumnya dengan sangat lembut. Max tidak mau bertindak lebih jauh meski tubuhnya berusaha merayunya agar melakukan lebih dari itu. Dia mau Netta tergila-gila padanya dan menginginkannya.

" Maaf! Gue nggak bermaksud..."

" Lo nggak salah! Gue yang harusnya tahu diri dan bisa mengendalikan diri gue!" kata Netta menjauhi Max.

" Netta! Gue minta maaf!" kata Max.

" Sudahlah! Gue harus pergi!" kata Netta lalu pergi meninggalkan Max. Max tersenyum smirk lalu pergi ke kamar mandi dan membersihkan bibirnya serta mulutnya. Cuih! Benar-benar jalang! batin Max. Kemudian dia duduk di sofa dan menghubingi Vina dengan VCall.

" Sayang? Kenapa wajahmu?" V

" Tidak apa-apa!" M

" Tapi kok begitu bentuknya?" V

" Ini hanya untuk keperluan promosi!" M

" Kamu yakin? Nggak Bohong?" V

" Iya!" M

" Aku sangat merindukanmu, Max!" V

" Apa karena itu kamu menggodaku dengan laingerie itu?" M

" Biar kamu cepet pulang!" V

" Mungkin 2 hari lagi, sayang!" M

" Kamu bilang hari ini?" V

" Ternyata ada masalah sedikit!" M

" Ok! Aku akan menunggumu sayang!" V

" Ok! Malam, sayang!" M

" Malam, Max! Aku mencintaimu!" V

" Aku juga!" M

Max menutup panggilannya.

" Gue harus secepatnya melakukannya!" kata Max ambigu. Netta tidak bisa tidur semalaman mengingat semua yang terjadi di rumah Max. Dia berdiri dipinggir balkon kamarnya dan memejamkan matanya. Jarinya meraba bibirnya yang merasakan ciuman lembut Max. Ponsel Netta menyala, ada sebuah pesan masuk.

@ Malam, Net

Netta membaca pesan dari...Max

@ Malam, Max

balas Netta

@ Maaf atas kejadian tadi pagi

pesan dari Max

@ Lupakan! Anggap saja semua tidak pernah terjadi

balas Netta dengan mata berkaca-kaca.

@ Maaf

balas Max

@ Iya! Sorry, gue mau tidur dulu, gue capek!

tulis Netta

@ Ok!

Netta mematikan ponselnya lalu menangis diatas bantalnya.

Keesokan harinya Max tidak menemui Netta ataupun mengirimnya pesan, karena dia ingin gadis itu merasakan kecewa dulu. Netta menatap ponselnya berkali-kali, dia tidak bisa berkonsentrasi dalam pekerjaannya.

" Kamu kenapa Net?" tanya Liam.

" Gue agak nggak enak badan, Liam!" jawab Netta.

" Kamu'kan bisa meminta diundur dulu, Net!" kata Liam.

" Tapi dateline kita sudah dekat, Liam!" kata Netta.

" Terus bagaimana? Ini hari terakhir, Net! Kita harus lembur, atau mereka akan mencari perusahaan lain dan kita harus membayar pinalti pada mereka!" kata Liam.

" Kita pasti bisa, Liam! Jika kita kerjakan sekarang, Aku yakin, nanti malam saat peluncuran semua pasti selesai!" kata Netta.

" Untung saja kamu bisa meyakinkan mereka!" kata Liam.

" Karena mereka melihat papa gue!" kata Netta.

" Apa?" kata Liam kaget.

" Makanya kita harus berhasil, kalau nggak reputasi papaku yang dipertaruhkan!" kata Netta.

" Gila kamu, Net! Kalo papa kamu tahu gimana?" tanya Liam.

" Sudahlah! Aku yakin kita akan berhasil!" kata Netta.

" Ok! Kalo gitu kita harus melakukannya sekarang!" kata Liam. Gue harus fokus! Lupakan Max! Dia memang bukan buat gue! batin Netta. Netta dan krunya mengerjakan proyek mereka untuk dibawa nanti malam.

" Bagaimana?" tanya Desi.

" Kita ulang lagi presentasinya untuk nanti sore!" kata Netta.

" Apa? Tapi waktunya..."

" Jika kita bersama-sama, semua akan bisa!" kata Netta memberikan semangat pada krunya.

" Ok! Kita akan mendukung Mbak Netta!" kata Mandy.

" Ayo!" jawab Netta. Kemudian mereka mengerjakan pekerjaannya masing-masing.

" Bagaimana ini? Si Dante belum juga datang!" kata Liam saat waktu telah menunjukkan angka 3 sore.