Hal itu membuat Halua semakin salah tingkah dan lebih sering membatin, berkutat dengan pergejolakan dirinya sendiri.
"Apa … udah, yuk! Masuk!" Halua langsung menarik tangan mungil nan pucat itu, seraya membuka pintu rumah yang sudah tidak terkunci.
Esya hanya menatap lelaki itu. Dia memang sangat tampan, walaupun raut wajahnya sangat tampan. Dan lagi, entah menapa Esya merasa Halua mirip dengan seseorang. Namun dia lupa karena sepertinya kejadiannya sudah begitu lama.
"Hey, coba jelaskan apa hubungannya saat kamu mencium saya dan hubungan kamu bisa masuk rumah ini?" tanyanya seraya menatap tegas manik mata elang itu.
Sekarang mata Halua bergerak-gerak seolah sedang berpikir tentang suatu hal.
"Kenapa? Apa susah jelasin, sih? Saya cuma mau tau kok."
Esya semakin mendesaknya untuk segera menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Apa yang sebenarnya Esya tidak tahu. Karena kodratnya wanita itu sangat agresif jika sudah penasaran.
Halua menelan salivanya.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com