webnovel

Swords Of Resistance: Endless War [Indonesia]

Sebuah kisah fantasi di Alam Semesta paralel tentang pertarungan politik dari para Raja dan Penguasa. Dimulai dari peperangan, intrik politik, hingga drama kehidupan. Cerita ini hanya fiksi belaka. Kesamaan nama tokoh, tempat, kejadian, dan sebagainya hanyalah kebetulan dan atau terinspirasi dari hal-hal tersebut.

VLADSYARIF · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
99 Chs

Bab 95, Kau Yang Memulai dan Kau Yang Merasakannya

Orang-orang beragama Kristen Katolik di beberapa Kota. Berdemo menyatakan solidaritas terhadap Bangsa Polandia yang tengah memerangi Prussia.

"Seluruh Umat Katolik adalah saudara. Kalau salah satu saudara kita tersakiti dan terdzalimi. Maka kita harus membantunya," kata salah seorang Uskup Katolik di Kota Milan.

Sementara itu di Paris, Perancis.

"Apa yang terjadi di Polandia itu adalah perang suci. Mereka berperang untuk membebaskan saudara-saudaranya dari penindasan dan kekejaman yang dilakukan oleh Prussia terhadap Kristen Katolik." Sang Uskup menyampaikan pidato yang berapi-api, meskipun orang-orang sibuk berlalu lalang menghiraukan sang Uskup.

Beberapa orang Ceko turun ke jalan. Sambil membawa kardus dengan bendera Polandia yang bermotif putih-merah. Mereka menghampiri para pejalan kaki dan para pengendara kendaraan bermotor di lampu merah.

"Kami mohon minta sumbangannya untuk membantu saudara-saudara kita di Polandia."

Orang-orang memasukkan uang mereka ke dalam kotak kardus tersebut.

"Terima kasih atas sumbangannya, Tuan."

.

.

Intensitas konflik masih terjadi secara kecil-kecilan. Meskipun kemarin Angkatan Udara Prussia melakukan serangan yang cukup besar terhadap Kota Lublin dan Krakow.

Beberapa pengamat militer masih menantikan aksi Prussia dalam mengerahkan squadron TSF-nya. Mengingat Polandia telah mengerahkan squadron TSF-nya, meskipun Prussia berhasil mempecundanginya.

Letnan Jenderal Valdemar Wilhelm Peter Ludwig von Mecklenburg-Schwerin selaku Panglima Perang Prussia dalam memerangi Polandia tengah berdiskusi dengan beberapa bawahannya.

"Kita akan menunggu waktu yang tepat untuk menggunakan TSF," ujar Letnan Jenderal Peter.

"Bagaimana jika kita menginvasi Polandia?" tanya Kolonel Przemysław Florian Osiński.

"Tidak," jawab Letnan Jenderal Peter singkat.

"Kenapa, Letnan Jenderal Peter?" tanya Kolonel Kay Ludwig Hengstler.

"Untuk saat ini biarkan mereka bergerak terus maju. Ketika ada waktu yang tepat. Kita akan segera menyerang secepat kilat dan memberikan sebuah serangan yang berat," jawab Letnan Jenderal Peter.

.

.

Sepuluh orang Tentara Polandia tengah berfoto di depan kendaraan tempur BMP-1. Mereka terlihat begitu gagah dengan perlengkapan tempur mereka yang komplit.

"Kita akan bergerak maju dan memberikan kejutan kepada para penjajah Prussia," ujar Sersan Leszek Kokot.

Para Tentaranya menyaut kata-kata yang dilontarkan oleh Sersan Leszek Kolot.

BMP-1 itu melaju di tengah hutan menuju yang memisahkan antara Prussia dan Polandia. Para Tentara Polandia di dalam kendaraan tersebut bernyanyi dengan riang gembira.

Sementara itu, dari dalam semak-semak. Antonia tengah menyiapkan sebuah rudal anti-tank. Dia duduk di belakang perangkat misil anti-tank tersebut dan segera menekan tombol menembak. Sebuah rudal meluncur dengan cepat melewati pepohonan dan semak-semak.

Rudal itu segera menghantam mobil BMP-1 tersebut dan menghancurkannya serta membunuh seluruh Tentara Polandia yang ada di dalamnya. Nyanyian yang mereka nyanyikan itu merupakan lagu terakhir mereka sebelum dihantam oleh rudal yang ditembakkan oleh Antonia.

"Syukurlah. Akhirnya target telah dibersihkan," ungkap Antonia penuh rasa syukur.

Sebuah portal muncul secara tiba-tiba. Dari dalam portal tersebut, keluarlah seekor naga tipe drake berwarna hitam legam. Kemunculan naga tersebut membuat Antonia begitu kaget.

"Sepertinya mereka sengaja ditumbalkan untuk memanggil monster ular itu," ujar Antonia sambil mengisi senjata anti-tank miliknya.

Antonia mengarahkan rudal anti-tank miliknya tepat ke arah leher ular tersebut. Leher telah dibidik, rudal ditembakkan, dan mengenai leher ular tersebut. Serangan rudal tersebut memisahkan leher dan kepala ular.

Antonia terlihat senang akan serangan kedua yang dia lancarkan. Akan tetapi dari bekas luka leher tersebut tumbuhlah sepasang kepala ular.

"Sialan, aku tidak tahu lagi jika berhadapan dengan hydra."

Antonia segera berlari meninggalkan satu set perangkat rudal anti-tank tipe kornet. Hydra itu segera mengejar Antonia yang berlari dengan cepat. Daun-daun berguguran akibat nafas beracun yang dikeluarkan oleh hydra.

Antonia hanya bisa berlari sambil dikejar oleh hydra. Dia tidak menyangka bahwa serangan kejutan itu justru memberikan kejutan balik bagi dirinya. Daun-daun langsung berguguran setiap kali hydra lewat.

Sebuah kilatan petir segera menyambar kedua kepala hydra tersebut dan memisahkan kepala dan leher. Tanpa pikir panjang, Antonia segera mengambil kedua granat miliknya, dan melempar kedua granat tersebut ke arah luka pada kedua leher hydra yang tengah mengejarnya. Ketika kepala hydra itu tengah tumbuh. Granat itu langsung meledak dan menghancurkan hydra tersebut.

Antonia terbatuk-batuk dan mengalami sesak nafas akibat menghirup gas beracun akibat matinya hydra tersebut. Matthias segera datang menyelamatkannya dan menggendongnya.

Antonia terlihat sudah lemas dan tidak berdaya akibat efek ledakan gas beracun dari hydra. Sementara Matthias masih terlihat baik-baik saja mengingat dia itu vampire dan memiliki tubuh yang kebal terhadap gas beracun.

Matthias sampai di pos perbatasan. Dia segera membawa Antonia ke mobil rumah sakit.

"Tolong Antonia. Dia keracunan gas akibat ledakan hydra!"

Para Petugas Medis segera memberikan perawatan pertama kepada Antonia yang terlihat tidak sadarkan diri.

"Yang jelas dia masih hidup. Meskipun sedang tidak berdaya. Percayalah, bahwa keajaiban pasti akan selalu ada, dan aku yakin dia pasti hidup, dan kembali ke keluarga kecilnya," ujar Matthias. "Aku mohon jika ada yang bertanya kabarnya. Kabarkan bahwa Antonia baik-baik saja. Aku hanya ingin keluarganya tenang dan baik-baik saja akan kabarnya."

.

.

Suasana malam hari ini terasa begitu sepi dan hening. Malam yang tak berbintang dan tiada rembulan. Serta tidak ada suara serangga ataupun binatang malam. Justru di suasana malam yang begitu hening dan sepi seperti ini yang membuat nuansa semakin terasa begitu mencekam.

Matthias Albert Hackenholt selalu waspada. Mengingat dia merasakan kehadiran musuh dari jarak dua kilometer. Jumlah mereka memang tidak begitu banyak, hanya sekitar satu pleton berkekuatan lima puluh dua orang.

"Mereka semua manusia. Tak ada vampire, dwarf, hobbit, apalagi werewolf," pikir Matthias.

Para Tentara Polandia itu tengah memasang mortar mereka. Setelah selesai memasang mortar. Mereka mulai menembakkan mortar-mortar mereka menuju ke Pos pertahanan Prussia.

Sebuah mortar menghantam pos militer Prussia di sana. Serangan mortar itu menghancurkan pos militer Prussia dan beberapa titik di sekitarnya. Matthias begitu terkejut akan suara ledakan tersebut. Beruntungnya serangan mortar itu tidak mengenai mobil rumah sakit yang tengah merawat Antonia dan tidak mengenai dirinya yang tengah.

Matthias menatap ke arah angkasa. Mortar-mortar yang ditembakkan oleh Tentara Polandia tengah meluncur ke arah Prussia. Dengan sigap, Matthias segera menembakkan kilatan petirnya yang langsung menyambar mortar-mortar tersebut, dan menghancurkannya.

Di langit terjadi ledakan mortar yang cukup keras ketika Matthias telah menghancurkan mortar-mortar tersebut dengan kekuatan elemen petirnya.

"Sepertinya kita harus mundur untuk sementara," kata salah seorang Perwira Polandia yang bernama Mieszko Jandura kepada seroang bawahannya.

Tentara Polandia segera mengemas perlengkapan mortar mereka dan segera pergi meninggalkan posisinya.

"Letnan, kenapa kita harus meninggalkan posisi kita?" tanya

"Misi kita dalah menghancurkan pos militer Prussia di sana. Mengingat perintah dari atas adalah untuk melancarkan taktik serangan dan kabur."

.

.

"Kita akan segera meninggalkan tempat ini," ujar Letnan Piotr Rostkowski.

"Siap, Letnan Piotr."

"Tapi sebelum benar-benar pergi. Kita akan memberikan mereka sebuah kejutan," ujar Letnan Piotr Rostkowski.

Tentara Prussia segera bahu-membahu dan bergerak dengan cepat untuk memasang jebakan di pos tersebut. Setelah satu jam. Mereka segera bergerak dengan cepat meninggalkan pos tersebut.

Matthias tengah berjalan sambil menggendong Antonia yang masih terlihat lemas.

Sesuai dengan apa yang dipikirkan Letnan Piotr Rostkowski. Para Tentara Polandia itu datang di Pos tersebut. Jumlah mereka ada sekitar dua puluh lima orang. Dari kamera tersembunyi yang ada di pos tersebut. Sang operator segera menyalakan tombol peledak ketika Tentara Polandia telah menyebar dalam keadaan berkumpul.

Di pos itu terjadi sebuah ledakan yang cukup keras. Para Tentara Polandia kejang-kejang dan mengalami sesak nafas akibat gas beracun dari bahan peledak tersebut. Ledakan gas beracun tersebut membunuh Tentara Polandia secara perlahan dan memberikan mereka penyiksaan yang begitu menyakitkan.

Akibat ledakan tersebut Tentara Polandia mengalami perih mata yang luar biasa, nafas yang begitu menyesakkan, merusak pita suara sehingga tidak bisa membuat orang yang terpaparnya bersuara sama sekali, dan juga kulit yang gatal-gatal, dan panas. Senjata kimia ini buatan Inggris dan didapatkan oleh Prussia melalui black market. Mengingat Prussia telah membuang semua stok senjata kimia berbahaya milik mereka.

"Rasakanlah itu, Polandia sialan. Kau yang memulai dan kau yang akan menerima hukuman yang begitu berat!" seru Letnan Piotr Rostkowski.