webnovel

Swords Of Resistance: Endless War [Indonesia]

Sebuah kisah fantasi di Alam Semesta paralel tentang pertarungan politik dari para Raja dan Penguasa. Dimulai dari peperangan, intrik politik, hingga drama kehidupan. Cerita ini hanya fiksi belaka. Kesamaan nama tokoh, tempat, kejadian, dan sebagainya hanyalah kebetulan dan atau terinspirasi dari hal-hal tersebut.

VLADSYARIF · Fantasy
Not enough ratings
96 Chs

Bab 94, Serangan Udara Yang Mutlak

Meskipun Pemerintah Polandia tengah membangun parit dengan mengerahkan mesin-mesin, para wizard, maupun para ahli alkimia. Mereka tetap melakukan infiltrasi dan melakukan serangan-serangan berskala kecil. Pemerintah Prussia juga tidak tinggal diam dan mereka telah mengantisipasi hal tersebut.

Meskipun pertempuran yang cukup besar telah berakhir. Akan tetapi pertempuran-pertempuran berskala kecil tengah terjadi.

Dengan basoka yang dia miliki. Antonia mengarahkan basoka tersebut ke arah sekelompok Tentara Polandia yang tengah berjalan memasuki wilayah Prussia. Rudal itu meluncur di tengah kegelapan malam dan meledak di atas gerombolan Tentara Polandia tersebut.

Rudal tersebut bukan sembarang rudal walaupun ukurannya kecil. Mengingat rudal tersebut merupakan rudal fosfor putih, di mana fosfor-fosfor putih itu jatuh menyala-nyala di udara, dan membakar para Tentara Polandia yang berlari berpencar.

"Bingo," ujar Antonia.

Para Tentara Polandia itu berteriak kesakitan dengan tubuh mereka yang mengalami luka bakar. Sementara beberapa Tentara Polandia yang tidak terkena serangan rudal tersebut segera kabur. Namun nasib mereka yang kabur berakhir tragis, di mana peluru-peluru para Tentara Prussia berhasil mencabut nyawa mereka dari badannya.

Para Tentara Prussia itu menangkap para Tentara Polandia yang telah dilumpuhkan dengan rudal fosfor putih yang ditembakkan oleh Antonia.

"Rudal yang kau tembakkan selalu tepat sasaran, Antonia," puji Matthias. "Sekarang kita dapat tangkapan yang lumayan."

"Kita akan mengamankan kesepuluh orang ini dan merawatnya," ujar Antonia. "Dan untuk kelima rekan mereka yang telah mati. Taruh saja di dekat patok garis perbatasan agar diambil oleh rekan-rekannya. Kita akan menahan dan merawat mereka."

Milisi Huszar itu berhasil mengamankan sekitar sepuluh orang Tentara Polandia. Mereka semua mendapatkan perawatan atas luka-luka yang mereka peroleh. Sementara jasad kelima rekan mereka yang telah ditembak oleh para Sniper Prussia ditaruh di garis perbatasan.

"Aku merasa bersyukur bisa kembali bertugas kembali dan mengenakan seragam yang keren ini. Meskipun gajinya tidak sebesar di Burgmann Groups," ujar Antonia.

"Kamu kan anak Bangsawan dan juga keponakan jauh dari Stadtholder," ujar Tobiasz Waldemar Stasiowski.

"Aku sama seperti kalian yang Rakyat biasa!" tegas Antonia. "Hanya saja untuk saat ini aku bisa mendapatkan kehormatanku kembali sebagai seorang Tentara. Walaupun sebenarnya aku ingin sekali menjadi Polisi."

"Kamu memang aneh-aneh saja. Menjadi lulusan terbaik di Polisi. Malahan harus berakhir di jeruji. Walaupun kau hanya ingin menegakkan keadilan. Mentang-mentang kau itu Bangsawan. Kau hanya dipenjara lalu menjadi anggota Burgmann Groups dan sekarang menjadi Milisi," ujar Adrian Fleck yang merupakan teman Antonia waktu masih gymnasium. "Untungnya istrimu yang sedang hamil baik-baik saja."

"Setidaknya menjadi Milisi jauh lebih baik daripada menjadi Tentara Bayaran. Dengan begini, aku berperang untuk membela tanah air. Bukan untuk membela yang membayarku," balas Antonia.

.

.

Menteri Pertahanan Florian Ludwig Hagelstein tengah mengunjungi medan pertempuran Prussia-Polandia dan bertemu dengan Panglima Wilayah Militer Negara Bagian Warsaw, Letnan Jenderal Budzisław Olgierd Rynkiewicz.

"Memasukkan seluruh anggota Brugmann Groups ke dalam Milisi Huszar merupakan keputusan yang bijak, Letnan Jenderal Budzisław Olgierd Rynkiewicz," puji Menteri Pertahanan Florian Ludwig Hagelstein.

"Akan sangat merepotkan jika sesama orang Polandia saling berperang satu sama lain. Mengingat kita memiliki populasi Polandia yang cukup banyak. Jadi, aku meminta kepada Stadtholder Nikolaus dan juga Pangeran Vladimir untuk memasukkan seluruh anggota Burgmann Groups ke dalam Milisi Huszar," balas Letnan Jenderal Olgierd.

"Apakah mengalami proses yang susah?" tanya Menteri Pertahanan Florian Hagaelstein.

"Aku rasa tidak. Bahkan Pangeran Vladimir merasa senang hati. Mengingat dia bisa menghemat banyak uang," jawab Letnan Jenderal Olgierd. "Selain itu. Aku butuh Tentara kontra gerilya seperti anggota Burgmann Groups."

.

.

Para tawanan Polandia itu dibiarkan kembali oleh Tentara Prussia. Mereka kembali dalam keadaan tangan kosong ke tanah airnya sambil membawa mayat kelima rekannya yang mati dibunuh oleh Tentara Prussia. Mengingat seluruh persenjataan dan perlengkapan militernya telah disita oleh Tentara Prussia.

Para Tentara Prussia itu hanya mengamati dari jauh pergerakan Tentara Polandia dari jarak jauh Para Tentara Polandia itu berjalan menghampiri rekan-rekan mereka yang tengah berjaga di perbatasan.

"Infiltrasi kami digagalkan oleh Prussia. Kelima rekan kami telah mati dan kami terluka akibat serangan fosfor putih berskala kecil yang mereka lakukan," ujar Lazarus Schechter.

"Lantas kenapa kalian kembali?" tanya salah seorang Tentara perempuan yang bernama Tamara Skokan.

"Kami adalah bagian dari pertukaran tahanan. Di mana Lublin telah membebaskan seorang anggota Stasi," jawab Lazarus Schechter.

Letnan Satu Benedykt Markiewicz segera mengambil pistolnya dan menembak kepala Lazarus Schechter. Sontak aksinya membuat kaget orang-orang yang ada.

"Bunuh mereka semua," perintah Letnan Satu Benedykt Markiewicz.

Kesembilan Tentara Polandia yang baru dibebaskan oleh Prussia itu terlihat panik.

"Jangan, jangan. Kami masih setia dengan Polandia," ujar Denis Kosmatka.

Para Tentara Penjaga Perbatasan Polandia itu segera mengarahkan senapan AK-47 mereka dan membantai rekan-rekan mereka sendiri. Berondongan peluru itu menjatuhkan tubuh kesembilan rekan-rekannya. Mereka membantai rekan-rekan mereka sendiri tanpa adanya rasa bersalah.

"Para pecundang seperti mereka tidak pantas dimaafkan!" seru Letnan Satu Benedykt Markiewicz.

Para Tentara Prussia yang mengamati dari jauh hanya bisa terdiam melihat mereka dibantai oleh teman-teman mereka sendiri.

"Orang-orang Polandia itu memang gila!" teriak Tentara perempuan Prussia dari etnis Polandia yang bernama Amelia Julita Piórkowska.

"Apakah kamu lupa bahwa kamu itu juga orang Polandia?" tanya rekannya yang bernama Laura Therese Heffelfinger.

Seorang lelaki yang bernama Mateusz Kwiecień hanya tertawa akan kemarahan Julita dan pertanyaan konyol yang dilontarkan oleh Laura.

"Kita sudah merasa enak dan nyaman menjadi Prussia sampai kita lupa bahwa kita adalah Polandia. Walaupun kita tidak sebodoh mereka," kata Mateusz Kwiecień.

"Bagaimanapun juga aku adalah Warga Negara dan Tentara Prussia. Seperti kalian!" seru Julita Piórkowska.

"Maaf aku hanya bercanda, Julita. Tidak ada maksud tertentu," kata Therese Heffelfinger.

Berondongan peluru dari para Tentara Polandia menghujani tempat persembunyian para Tentara Prussia. Mereka sadar bahwa mereka tengah diamati oleh Tentara Prussia dan mereka tidak ingin kejahatan itu diketahui oleh siapapun.

Tentara Polandia masih menembaki posisi Tentara Prussia berada. Sementara itu Tentara Prussia tengah bersantai di balik pepohonan dan bebatuan. Walaupun mereka tengah ditembaki oleh musuh.

"Mereka terlalu gegabah dalam menembak," ujar Mateusz Kwiecień terkekeh melihat kelakuan Tentara Polandia yang tengah membuang-buang peluru.

Setelah mereka selesai menembak. Kini giliran Tentara Polandia yang tengah ditembaki oleh para Sniper Prussia. Dari balik bebatuan dan pepohonan. Para Sniper Prussia berhasil menjatuhkan seluruh musuh mereka. Di mana peluru-peluru yang mereka tembakkan menembus kepala dan leher para musuh dalam keadaan hening.

Jasad-jasad Tentara Polandia bergelimpangan di tanah dengan kepala yang tertembus peluru dan leher yang mengalami rusak parah.

"Akhirnya kita berhasil membersihkan mereka semuanya," ujar Therese Heffelfinger.

"Mereka membunuh rekan-rekan mereka sendiri dan sudah sepantasnya mereka mendapatkan karmanya dengan cepat," kata Julita Piórkowska.

Tanpa mereka sadari. Pesawat tempur Polandia menembakkan bom fosfor putih ke arah mereka. Suara ledakan itu membuyarkan konsentrasi mereka. Dari angkasa, nyala api itu turun, dan membakar beberapa Tentara Prussia yang ada di sana. Meskipun mereka berusaha untuk kabur. Tapi itu semua percuma, mengingat fosfor putih itu membakar, berdaya jangkau yang cukup luas, dan akhirnya mengenai mereka.

Para Tentara Prussia yang ada di sana berteriak kesakitan menderita luka bakar yang begitu menyakitkan. Ada beberapa di antara mereka yang mati terbakar dan ada yang masih hidup mengalami rasa sakit yang luar biasa perihnya.

Rudal pertahanan udara S-300 Prussia telah diluncurkan ketika mendeteksi mendekatnya pesawat tempur Polandia ke wilayah perbatasannya.

"Semoga rudal itu mampu mengejar dan mengenai pesawat F-16 Polandia." Kolonel Dariusz Surowiec berdo'a dalam hati sambil memegang salib.

Rudal itu meluncur dengan cepat dan mengejar sebuah pesawat F-16 Angkatan Udara Polandia yang akan mendarat kembali ke hangarnya yang terletak di Lublin.

Pihak Polandia begitu kaget akan kemunculan sebuah rudal S-300 yang meluncur dengan cepat dan jauh memasuki wilayah Lublin. Rudal itu menghantam pesawat F-16 tersebut. Sang Pilot dan pesawat itu hancur berkeping-keping dalam sebuah serangan S-300.

Serangan S-300 tersebut merupakan peluncuran tersukses dengan jarak yang cukup jauh yang pernah dilakukan oleh Tentara Prussia.

Para Kru Pertahanan Udara Prussia mengucapkan segala macam puji syukur kehadapan Tuhan atas keberhasilannya dalam melakukan serangan yang cukup jauh di wilayah musuh. Mengingat setiap aksi selebrasi sangatlah dilarang dalam Militer Prussia untuk menjauhkan para Tentara dari segala macam jenis kesombongan yang ada.

.

.

Puluhan drone Prussia terbang memasuki wilayah Polandia. Masuknya drone-drone Prussia dalam jumlah yang besar membuat sistem pertahanan udara Polandia mendeteksi adanya sebuah ancaman secara otomatis. Para Operator pertahanan segera bertindak dengan cepat dan menembakkan rudal-rudalnya untuk menangkis serangan drone-drone Prussia.

Di saat drone-drone Prussia memasuki wilayah udara Polandia. Di saat itu pesawat-pesawat tempur Prussia tengah bersiap-siap untuk melancarkan sebuah serangan udara secara besar-besaran ke Kota Lublin yang merupakan Ibu Kota dari Polandia.

Drone-drone Prussia itu tengah ditangkis oleh rudal-rudal pertahanan Polandia. Bahkan ada sebuah drone bunuh diri milik Prussia yang terus bergerak dengan cepat dan menghantam satu unit sistem pertahanan udara S-300 milik Polandia.

Serangan puluhan drone tersebut berjalan dengan sukses sehingga membuat sistem pertahanan udara Polandia mengalami kekosongan. Di saat kosong seperti itu. Pesawat-pesawat tempur Prussia terbang memasuki langit Polandia menuju ke Kota Lublin.

Beberapa rudal telah ditembakkan oleh pesawat tempur MiG-35 yang dipiloti oleh Charlemagne. Rudal-rudal tersebut menghantam sebuah stasiun pembangkit listrik sehingga akibat serangan tersebut membuat listrik di Kota Lublin dan sekitarnya mendadak padam. Sementara pesawat tempur tipe MiG-35 maupun Su-35 yang tengah menyerang Kota Lublin dan sekitarnya menembakkan rudal-rudalnya ke arah landasan pacu sebuah bandara, gudang senjata, dan depo bahan bakar minyak.

Serangan Prussia ke Kota Lublin ini benar-benar memberikan pukulan yang telak kepada Pemerintah Polandia. Apalagi negara-negara anggota NAA yang lainnya berdiam diri ketika Polandia tengah diserang oleh Prussia.

Hanya Amerika Utara, Lithuania, Latvia, Estonia, Finlandia, Inggris, dan Turki yang mengutuk keras dan mengecam serangan Prussia terhadap Kota Lublin, Polandia.

Kerugian dalam serangan udara Lublin ini jauh lebih besar jika dibandingkan dengan yang terjadi di Krakow. Orang-orang di Kota Lublin tengah dilanda kepanikan akibat mati listrik dan bahan bakar minyak yang mendadak langka.

.

.

"Aku tidak menyangka bahwa Charlemagne ikut dalam misi serangan udara ke Lublin," ujar Stadtholder Nikolaus.

"Dia diperintahkan oleh atasannya untuk terlibat misi tersebut dan Charlemagne sangat antusias juga untuk terlibat. Selain itu juga, dia belum mengikuti misi perdana untuk membela tanah airnya. Akan sangat memalukan jika anak-anakku tidak ikut bertempur di saat anak-anak seusianya melakukan hal yang sama," balas Kanselir Leopold.

"Beatrix sedang ditempatkan di New Holland. Sementara Maximilian sedang bertugas di Mecklenburg. Mengingat sebelumnya mereka telah terlibat perang di Belarussia Soviet, Distrik Federal Transoxiana, dan Afghanistan."

"Charlemagne merasa tidak puas di Afghanistan. Keterlibatannya dalam pembersihan teroris di Turkiye dan melumpuhkan dark young shub-niggurath membuatnya ingin terlibat lebih banyak misi penerbangan."

"Untungnya saja anak laki-lakimu itu tidak menjadi Tentara Belanda," kata Stadtholder Nikolaus sedikit terkekeh.

"Beruntungnya dia gagal dalam seleksi administrasi karena usianya yang terlalu muda. Kalau dia diterima sebagai Tentara Belanda. Maka itu akan menjadi skandal terbesar yang menimpaku."