"Hari ini, aku pulang sama Rion" kata Rei di tengah-tengah obrolan mereka saat sarapan
"Apa?" Tanya Luo tidak suka. Bahkan Luo meletakkan garpu dan sendoknya secara bersamaan. Membuat Rei menatap Luo sejenak,
"Jangan salah paham" kata Rei membuat Luo semakin mengernyitkan dahinya.
"Jelaskan!" Pinta Luo,
"Begini, aku ingin meluruskan hubungan ku dengan Rion. Karena aku rasa, untuk sementara ini. Orang yang aku percaya, hanya kamu, meskipun sebenarnya aku terpaksa. Terlepas semua yang terjadi padaku sebelum kecelakaan. Jadi, aku minta. Maafkan aku. Aku akan memperbaiki sikap ku dan akan menjaga Rei sampai dia sembuh. Bagaimana jika begitu?" Kata Rei panjang lebar. Membuat Luo tidak yakin gadis di depannya baik-baik saja.
"Kamu gak sakit kan?" Tanya Luo meragukan niat baik Rei yang kini berada di dalam Agatha,
"Aish—, niat ku baik" kata Rei kesal dengan apa yang Luo tanyakan,
"Baiklah. Aku tidak akan membiarkan kamu hidup jika kamu menyakitinya." Putus Luo, berharap Rei tidak berulah
"Wah! Sekejam itu?" Tanya Rei,
"Tentu"jawab Luo tanpa menoleh ke arah Rei yang menatap gamang ke arah makanannya.
"Yah—, bagaimana bisa aku menyakiti diriku sendiri" gumam Rei, yang tertangkap pendengaran Luo.
"Maksud mu?" Tanya Luo mendengar apa yang Rei katakan,
"Ah—, maksud ku..... Kamu kan bagian dari hidup ku. Jadi gak mungkin aku lakukan hal itu. Kurang lebih seperti itu maksud ku" kilah Rei membuat Luo sedikit percaya,
"Aku pegang omongan mu!" tandas Luo,
"Terima kasih" sahut Rei sembari menghabiskan sarapan yang berada di depannya.
—
Rei, yang berada di dalam tubuh Agatha harus mengulang masa SMA-nya. Sejujurnya, Rei sangat menikmati hal ini. Karena masa SMA-nya tidak memiliki banyak kenangan indah. Rei segera turun dari mobil Luo, kemudian segera masuk ke dalam ruangan kelas-nya. Rei tidak tau, mengapa kelasnya sangat ramai. Rei hanya bisa berharap, dia dan Agatha segera bertukar tubuh.
"Gatha!!!!" Teriak Stevi membuat Rei menghentikan langkahnya,
"Hai" sapa Agatha,
"Kaku banget! Kamu kenapa kaku gitu sih Tha?" Tanya Stevi memprotes apa yang dilakukan sahabatnya itu.
"Aku? Kaku?" Tanya Rei pada dirinya sendiri.
"Iya. Kamu kaku bangt. Aku kira kamu itu orang lain." Jawab Stevi mengiyakan apa yang Agatha tanyakan kepada dirinya sendiri.
"Ma-maksud kamu?" Tanya Rei panik,
"Ya—, misal aku gak tau kamu amnesia. Aku pasti mikirnya kamu orang lain Tha" jelas Stevi dengan memamerkan rentetan gigi putihnya.
"Oh gitu—" sahut Rei mencoba tetap tenang di tengah-tengah kepanikannya,
"Tha—, ayo kita ke kelas bareng!" Ajak Stevi kepada sahabatnya. Membuat Rei sedikit tenang.
"Hmm-" sahut Rei sembari menyambut uluran tangan Stevi.
Meskipun Stevi sosok teman perempuan yang Agatha punya, selain dua orang yang Rei lupa namanya. Serumit dan sesulit itu hidup Rei saat ini.
"Tha—, lo masih tetep sama Rion? Sampai kapan lo mau jalan sama dia?" Tanya Stevi,
Rei menatap bahu Stevi yang tampak berjalan di depannya. Rei mengejar langkah Stevi dan berjalan berdampingan dengan Stevi.
"Aku—, eh maksudnya gue akan akhiri hubungan gue sama Rion. Gue gak mau menjalani hubungan sepihak yang kesannya buat Rion bertepuk sebelah tangan." Jawab Rei membuat Stevi tersenyum, Stevi menghentikan langkahnya. Menatap Rei yang berada di dalam tubuh Agatha. Menghela nafasnya lega.
"Tha, kamu bisa ngomong senyaman mungkin sama aku. Gak perlu terpaksa gitu. By the way, aku dukung kamu. Aku gak mau kamu terlalu lama bermain perasaan seperti itu" jelas Stevi,
Mereka berdua melanjutkan perjalanan ke kelas mereka. Tampak Abel sedang menunggu mereka berdua di depan kelas, melambaikan tangan ke pada dua sahabatnya yang tampak bergegas ke arahnya.
"Hei! Sejak kapan kalian main curang berangkat bareng!" protes Abel,
"Ih—, kepo! Kita ketemu di koridor. Jangan buat gosip yang dapat meretakkan hubungan persahabatan kita bertiga deh!" sanggah Stevi yang hanya mendapat senyuman dari Agatha alias Rei.
"Baperan banget sih!!!" kini Abel meledek Stevi yang tengah memutar kedua bola matanya,
Rei merangkul bahu kedua sahabatnya,"kita masuk aja ya! Udah bel!" kata Rei mendapatkan anggukan dari kedua sahabat barunya.
——
Waktu berjalan sangat cepat. Bel pulang sekolah berbunyi, Rei segera mengemasi semua perlengkapan sekolah dan menuju ke parkiran khusus siswa. Hari ini, ditutup dengan sebuah kejadian yang membuat kelas XII MIPA 1 gempar. Rei menggemparkan teman-teman satu kelas Agatha. Karena dia dapat menjawab pertanyaan guru mapel dengan sangat mudah. Rei mendapatkan nilai sempurna untuk mata pelajaran Matematika, Fisika dan Kimia, pelajaran yang sangat sulit dan penuh dengan rumus. Tapi, bagi seorang Aneisha Reishiana itu bukan hal yang sulit, karena dia sangat menyukai Matematika, Fisika dan Kimia. Saat SMA dulu, dia selalu mendapatkan nilai tertinggi di sekolahnya. Bahkan tidak jarang dia memborong juara untuk Olimpiade tiga mapel tersebut.
"Kamu sudah lama nunggu aku?" Tanya Rion,
Rei menggelengkan kepalanya,"aku baru aja datang. Mungkin lima menit yang lalu" jawab Rei dengan senyuman khasnya. Senyuman yang tidak pernah Agatha berikan pada Rion. Membuat Rion terpaku sesaat. Seolah-olah dunianya berhenti di saat itu. Saat dimana pujaan hatinya tersenyum ke padanya.
"Rion!" panggil Rei, melihat Rion yang tak kunjung merespon ketika Rei memanggilnya.
Rion terkesiap. Dia mengerjapkan kedua matanya. Bulu mata lentik milik Rion ikut bergerak sesuai gerakan kelopak mata Rion.
"Ah—, maaf. Aku barusan hilang fokus" aku Rion jujur, membuat Rei mengiyakan dan menganggukkan kepalanya.
Rion segera membukakan pintu mobilnya untuk Agatha, gadis pujaan nya.
"Terima kasih" kata Rei, membuat Rion menganggukkan kepala dan menutup pintu mobilnya. Ketika Rei yang berada di dalam tubuh Agatha di dalam mobil sport miliknya.
——
"Terima kasih" kata Rion.
Membuat Rei yang menikmati pemandangan pulang ke apartemen milik Luo beralih menatap Rion.
"Untuk apa?"tanya Rei, Rei bukan seorang gadis yang peka seperti Agatha.
"Kamu bersedia pulang bersama ku. Seharusnya hari ini, kamu pulang dengan Luo kan?" kata Rion tanpa memalingkan wajahnya, pandangan Rion tertuju ke arah jalan raya.
"Hmm—, sebenarnya ada yang mau aku bicarakan dengan kamu" jawab Rei.
"Apa perlu kita menepi? Atau ada tempat yang ingin kamu tuju?" Rion bertanya untuk mengurangi rasa canggung yang sepertinya dia tangkap dari gerak tubuh Agatha.
Rei menggelengkan kepalanya,"tidak. Lebih baik kita berbicara di sini" pinta Rei, karena mobil Rion tengah memasuki wilayah parkir apartemen Luo.
"Oh—, oke" sahut Rion sembari menepi di sebuah tempat teduh yang berada di pelataran gedung apartemen elit, yang notabene milik keluarga Fernandez.
Rei menggigit bibir bagian bawahnya. Dia mencoba merangkai kata-kata di dalam otaknya. Dia tidak ingin salah berbicara dan menyakiti hati Rion. Rei memang tidak peka dalam keadaan. Tapi, dia sangat menjaga perasaan orang lain.
"Agatha—" panggil Rion melihat Rei yang canggung dan cenderung ragu-ragu. Rei meneguk ludahnya kasar, menatap Rion yang kini menatap ke arahnya dengan tatapan penuh tanya.