webnovel

SWEET TRAP AND REVENGE

Bercerita tentang seorang gadis bernama Aretha Zayba Namira Rahman yang akan membalas kematian kakak laki-lakinya yang merupakan seorang artis yang selalu dikucilkan oleh rekan-rekan seprofesinya dan produser hanya karena dia tidak berasal dari keluarga seorang artis seperti rekan-rekan seprofesinya yang merupakan anak dari artis senior. Polisi mengatakan kalau sang kakak melakukan bunuh diri yang disebabkan karena karirnya yang hancur setelah Asia production dan yang lainnya membatalkan kontrak kerjasamanya secara sepihak. Tapi dia sama sekali tidak percaya kalau kakaknya bunuh diri dan dia curiga kakaknya sengaja dibunuh oleh seorang produser terkenal. Saat Aretha melancarkan balas dendamnya, dia malah jatuh cinta dengan Bian- kekasih dari putri produser yang ternyata merupakan pemilik perusahaan ternama di Asia. Dan Aretha tahu, kalau dia telah masuk ke dalam jebakan Bian dan apa yang akan terjadi kalau ternyata Bian- pria yang dicintainya adalah sang manipulator genius?

ida_flicka · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
250 Chs

BAB 3 BERHENTI BEKERJA

Senyuman penuh kepuasan masih terlihat jelas pada wajah Tina, saat ia membayangkan semua harta Akhtar akan jatuh kepadanya tanpa menyisakan sedikit pun untuk keluarganya. Tina tidak sabar untuk menikmatinya.

"Kamu memang laki-laki bodoh, Akthar! Sangat mudah membuatmu bertekuk lutut kepadaku dan sekarang semua hartamu akan jatuh ke tanganku. Tentu saja, dengan bukti surat ini," ucap Tina dengan tersenyum menyeringai.

Selain akan mendapatkan semua harta sang kekasih, apa yang diimpi-impikan olehnya akan segera tercapai, yaitu menjadi pemeran utama dibeberapa judul film besar.

"Aku beruntung bisa membantu Pak Doni untuk menyingkirkan Akthar. Salah dia sendiri sih! Pakai acara menolak tawaran pak Doni untuk menjadi pemeran utama. Munafik banget jadi orang, jadi begini kan akibatnya," ucap Tina.

Setelah itu, Tina pun mulai memasukkan kartu-kartu dan surat berharga milik Akthar ke dalam tasnya.

"Lebih baik, aku tidur sekarang. Biar besok aku bisa bangun pagi untuk ke Asia production," ucap Tina seraya berbaring di atas tempat tidurnya.

***

Saat pagi menjelang, Aretha terlihat sudah berada di dapur untuk menyiapkan sarapan untuk sang ayah tercinta. Setelah Aretha selesai memasak, ia pun menata semua makanan yang di masaknya di atas meja, dan dengan segera Aretha melangkahkan kakinya menuju kamar sang Ayah.

Ketika Aretha sudah berada di depan pintu kamar sang Ayah, ia pun segera masuk untuk membangunkan Ayahnya yang mungkin saja masih tertidur pulas.

"Sepertinya Ayah masih tertidur pulas," gumam Aretha seraya berjalan menghampiri tempat tidur sang Ayah yang terlihat masih tertidur pulas.

"Ayah, ayo bangun! Sudah waktunya untuk sarapan dan minum obat," ucap Aretha yang membangunkan sang Ayah.

Alfandy yang mendengar suara sang putri pun menggeliat dan membuka kedua matanya.

"Sudah pagi ya Tha?" ucap Alfandy saat melihat sang putri yang berada di pinggir tempat tidurnya.

"Iya yah! Dan sarapannya juga sudah Aretha siapkan di meja makan, begitu pun dengan obatnya." Aretha terlihat tersenyum pada sang ayah.

"Kalau begitu, ayo kita ke ruang makan," ujar Alfandy seraya beranjak dari tempat tidurnya.

Aretha yang melihat sang Ayah bangkit dari tempat tidurnya pun segera membantu Ayahnya untuk duduk di kursi rodanya.

"Terimakasih, Tha!" ucap Alfandy dengan tersenyum.

"Sama-sama Ayah," balas Aretha seraya mendorong kursi roda ayahnya ke ruang makan.

Saat Aretha dan Ayahnya sudah berada di ruang makan, Aretha pun mengambilkan nasi dan lauk untuk Ayahnya.

"Ini makanan untuk ayah Aretha tercinta." Aretha meletakkan piring yang birisikan makanan di depan sang Ayah.

Alfandy tersenyum mendengar ucapan sang putri. Setelah Aretha mengambilkannya makanan, Alfandy pun mulai menyantap sarapannya. Begitu pun dengan Aretha yang duduk di samping sang ayah.

***

Di kediaman Atmajaya, terlihat seorang gadis yang usianya tidak jauh dari Aretha, tengah berjalan menghampiri kedua orangtuanya yang sudah berada di meja makan.

"Pagi, Pa, Ma!" ucap gadis itu, yang tidak lain adalah putri semata wayang dari Doni dan Aliya Atmajaya.

"Pagi Naila sayang," balas Aliya pada sang putri yang tengah berjalan menghampirnya.

"Wah! Sepertinya sarapan pagi ini terlihat sangat menggugah selera," ucap Naila seraya duduk di samping sang Mama.

"Iya dong! Siapa dulu yang masak, Mama gitu loh," ucap Aliya yang menyombongkan dirinya.

"Iya deh, masakan Mama paling enak," timpal Naila seraya mengambil nasi dan lauk.

Setelah mengambil nasi dan lauknya, Naila pun mulai menyantap sarapannya. Aliya dan Doni pun tersenyum saat melihat sang putri yang menyantap sarapannya dengan lahap.

"Pelan-pelan makannya sayang, nanti kamu bisa tersedak loh," tegur Aliya pada Naila.

"Hehehe, habisnya makanan Mama enak sih dan Naila takut keburu Ma," ucap Naila seraya menatap sang Mama.

"Loh, memangnya kamu mau kemana? Bukannya hari ini kamu tidak ada syuting atau pun pemotretan?" ucap Doni seraya menatap Naila dengan tatapan penuh selidik.

"Iya, Pa! Hari ini, Naila memang tidak ada jadwal apa pun. Mangkaknya, Naila janji mau menemani Bian untuk meeting Pa," ucap Naila pada sang Papa yang masih menatapnya.

Yah! Bian adalah kekasih Naila, lebih tepatnya Bian Jayantara Bahuwirya. Dia adalah owner dari perusahaan Bahuwirya grup yang merupakan perusahaan fashion yang memproduksi pakaian dengan brand-brand terkenal yang ada di Asia. Di samping itu, Bian juga menggeluti bisnis jasa seperti Hotel dan Restaurant.

Doni terlihat mengangguk mengerti saat ia mendengar jawaban yang diberikan oleh sang putri.

"Kapan-kapan, ajak dong Bian ke rumah sayang," ucap Aliya seraya menatap sang putri.

"Nanti deh Ma, kalau Bian sedang tidak sibuk. Mama kan tahu sendiri bagaimana sibuknya Bian," balas Naila pada sang Mama setelah menyelesaikan sarapannya.

"Naila pamit dulu ya Pa, Ma."

Naila pun segera beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri kedua orangtuanya.

"Hati-hati ya sayang," ucap Aliya saat sang putri mengecup pipinya.

"Apa Bian tidak menjemputmu sayang?" tanya Doni pada sang putri.

"Tidak Pa, Naila ke kantornya Bian naik taxi soalnya ada dokumen yang harus ia selesaikan sebelum meeting," jawab Naila seraya menatap Doni dan Aliya bergantian.

"Kamu pakai sopir saja sayang," ucap Doni pada sang putri.

"Tidak usah Pa, lagi pula kantor Bian kan tidak jauh-jauh banget dari sini," tolak Naila mencoba meyakinkan sang Papa.

Doni hanya bisa menghela nafas saat sang putri tetap kekeh untuk menggunakan taxi ke kantor Bian.

Naila yang mengerti arti dari helaan nafas dari sang papa, ia pun memeluk Papanya sembari berkata, "Papa jangan khawatir ya. Naila pasti akan selamat sampai ke kantor Bian tanpa mengalami lecet sama sekali." Naila kembali meyakinkan sang Papa.

"Baiklah! Papa percaya. Sekarang kamu berangkat gih, kasihan Bian kalau harus menunggumu lama dan supaya kamu tidak terjebak macet," ucap Doni pada sang putri dengan tersenyum.

"Okay, Pa!" ucap Naila seraya mengurai pelukannya pada sang Papa.

Setelah mengurai pelukannya pada sang Papa, Naila pun melenggang pergi meninggalkan sang Papa dan Mama yang menatapnya melangkahkan kakinya keluar dari kediamannya.

"Sepertinya Papa harus menegur Bian Ma, karena dia membiarkan Naila harus naik taxi sendirian," ucap Doni seraya menatap Aliya, setelah Naila benar-benar pergi.

"Papa jangan terlalu ikut campur dalam hubungan mereka deh. Lagi pula kan, Naila sendiri yang kekeh mau menggunakan taxi. Papa lihat sendiri kan?" ucap Aliya yang membalas tatapan Doni.

"Dan bagaimana kalau Bian mulai merasa jengah dengan apa yang Papa lakukan. Jangan kira kalau Mama tidak tahu kalau Papa sering menegur Bian karena hal-hal yang tidak terlalu penting," tambah Aliya yang masih menatap sang suami.

"Papa melakukannya, karena Papa ingin yang terbaik untuk putri kita dan Papa juga tidak suka kalau Bian terlalu sibuk dengan pekerjaannya, sampai-sampai dia mengabaikan Naila, putri kita," timpal Doni seraya menatap sang istri dengan tatapan serius.

"Terserah Papa saja deh! Tapi awas saja kalau Bian sampai meninggalkan Naila karena tidak tahan dengan Papa yang selalu ikut campur dengan hubungan mereka," peringat Aliya seraya beranjak dari tempat duduknya dan berlalu meninggalkan Doni, supaya suaminya itu bisa mencerna kata-katanya.

Doni terlihat menghela nafas panjang menatap punggung sang istri yang berjalan menjauh meninggalkannya sendiri di ruang makan.

"Hhhh, tidak ada salahnya kan? Kalau aku mau Bian selalu memperhatikan Naila. Bukannya malah sibuk dengan pekerjaannya itu. Aku tahu kalau dia punya kesibukkan yang selalu menyita waktunya. Tapi bisakah dia meluangkan waktunya sedikit lebih banyak untuk Naila?" ucap Doni yang terlihat kesal.

"Ah! Lebih baik aku berangkat ke Kantor sekarang saja, sebelum jalanan macet total."

Doni beranjak dari tempat duduknya dan ia pun melangkahkan kakinya untuk keluar dari kediamannya menuju ke Kantor.

***

Sementara itu, di sebuah rumah yang sangat sederhana, terlihat kedua penghuni rumah tengah berbicara satu sama lain.

"Sayang, kamu tidak pergi bekerja?" tanya Alfandi pada sang putri yang tengah menuangkannya air putih untuknya.

"Aretha berhenti kerja Yah."

TO BE CONTINUE

Happy reading readers, jangan lupa collection, vote dan reviewnya ya, dan jangan juga follow ig author ya @idaflicka untuk melihat spoiler-spoilernya. Semoga kalian suka chapter hari ini yah.