4 BAB 4 BUKA USAHA SENDIRI.

Alfandy mengerutkan keningnya, saat sang putri mengatakan kalau dia berhenti bekerja.

"Loh! Kenapa sayang?" ucap Alfandy seraya menatap sang putri dengan tatapan bingung. Sedangkan Aretha? Ia hanya tersenyum saat melihat raut wajah sang Ayah yang terlihat bingung.

"Kalau Aretha bekerja, lalu siapa yang akan menjaga Ayah?" ucap Aretha pada sang Ayah.

"Jadi, hanya karena Ayah, kamu sampai berhenti bekerja?" Alfandy menatap Aretha dengan tatapan bersalah.

"Aretha melakukannya karena Aretha sayang sama Ayah," ucap Aretha seraya menggenggam kedua sang Ayah, seakan mengatakan kalau ia berhenti bekerja bukan karena salah sang Ayah.

"Dan Ayah tidak perlu khawatir, karena Aretha kan bisa bekerja di rumah," tambah Aretha dengan tersenyum yang membuat sang Ayah mengernyitkan keningnya.

"Bekerja di rumah? Maksud kamu apa sayang?" ucap Alfandy mengernyitkan keningnya.

"Iya Ayah! Aretha kan bisa membuka laundry di rumah," ucap Aretha yang menimpali kata-kata sang Ayah.

"Tapi kan kita tidak punya mesin cuci. Jadi, bagaimana kita bisa membuka jasa laundry?" ucap Alfandy yang kembali bertanya pada sang putri.

"Kan bisa nyuci pakai tangan Yah! Aretha kuat kok. Kalau cuma masalah cuci mencuci pakaian mah, Aretha jagonya! Walaupun harus menggunakan tangan sekali pun," ucap Aretha dengan semangat.

"Sepertinya Ayah tidak bisa melarangmu untuk membuka jasa laundry. Tapi ingat! Kalau kamu merasa kecapean, kamu harus istirahat. Karena Ayah tidak mau kalau kamu sampai sakit," ucap Alfandy yang di anggukkan oleh Aretha.

"Kalau begitu, sekarang Aretha harus membuat spandul kecil dulu yang akan Aretha tempel di depan rumah," ucap Aretha yang terlihat begitu semangat.

"Ayah boleh bantu ya?'' ucap Alfandy.

"Tentu Yah!" balas Aretha yang membuat wajah sang Ayah berbinar.

Setelah sang Ayah mengizinkannya untuk membuka jasa laundry di rumah, Aretha pun segera menyiapkan bahan-bahan untuk membuat spanduk sesimple mungkin.

***

Sementara itu, di sebuah Restaurant, terlihat Naila tengah menemani Bian meeting dengan rekan kerjanya. Sedangkan Bian? Dia terlihat tengah berbincang-bincang dengan rekan kerjanya dan mereka berdua terlihat sesekali tertawa. Entah apa yang mereka tertawakan.

"Senang bekerjasama denganmu Bian," ucap rekan kerja Bian yang bernama Raka pramoediya dengan mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Bian.

"Begitu pun dengan aku, Raka. Semoga kerjasama kita ini, bisa sukses dan menguntungkan kita satu sama sekali," ucap Bian seraya menjabat tangan Raka.

"Kalau begitu aku harus pergi sekarang Bian," ucap Raka yang dianggukkan oleh Bian.

Setelah berpamitan dengan Bian, Raka pun melenggang pergi meninggalkan Bian dan Naila.

"Ah! Selesai juga meetingnya," ucap Bian yang terlihat lega karena meetingnya tidak ada kendala dan berjalan dengan lancar.

"Terimakasih ya sayang, karena kamu sudah mau menemaniku untuk meeting hari ini," ucap Bian seraya menatap Naila dengan tersenyum.

"Sama-sama sayang," balas Naila yang membalas senyuman sang kekasih.

"Oh ya sayang! Ada yang ingin aku katakan padamu," ucap Nalia seraya menatap Bian dengan tatapan serius.

"Mengenai apa sayang? Sepertinya apa yang mau kamu katakan itu adalah hal yang penting," tebak Bian yang menatap Naila dengan tatapan penasaran.

"Mamaku memintamu untuk ke rumah, itu pun kalau kamu ada waktu luang tentunya," ucap Naila seraya menatap Bian yang juga tengah menatapnya.

Bian terlihat berpikir saat ia mendengar kata-kata sang kekasih yang memintanya untuk sesekali berkunjung ke rumahnya, lebih tepatnya yang memintanya untuk berkunjung adalah mama sang kekasih.

"Aku usahakan ya sayang. Kan kamu tahu sendiri aku lagi sibuk-sibuknya untuk mempersiapkan brand-brand pakaian yang akan di launching dua bulan lagi dan kamu juga harus mempersiapkan diri dengan menjaga kesehatan supaya kamu tetap sehat saat launching nanti," ucap Bian pada sang kekasih.

"Maksud kamu, aku akan menjadi modelnya?"

Bian menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyan sang kekasaih.

"Loh! Kamu kan belum menanyakannya kepadaku sayang," ucap Naila seraya menatap Bian.

"Ini sekarang aku memberitahumu." Bian mengedipkan sebelah matanya.

"Lagi pula, aku belum tentu mengiyakannya kan?" Naila membalas kedipan Bian, untuk menggoda kekasihnya itu.

Bian terkekeh geli melihat tingkah kekasihnya itu.

"Mana mungkin kamu bisa mengatakan tidak kepadaku," ucap Bian yang kembali mengedipkan sebelah matanya untuk membalas godaan Naila.

"Siapa bilang aku tidak bisa mengatakan tidak kepadamu," balas Naila yang menantang Bian dan membuat kekasihnya itu memutar kedua bola matanya.

"Hahaha, baru begitu saja kamu sudah merasa kesal." Naila menatap Bian dengan tatapan mengejek.

"Ayolah sayang! Jangan begitu, kamu kan tahu sendiri, kalau cuma kamu yang pantas untuk menjadi model produk-produk perusahaanku." Bian menatap Naila dengan tatapan memelas.

"Iya deh iya, aku mau kok menjadi model produk-produk di perusahaanmu lagi sayang," ucap Naila pada Bian dengan tersenyum.

"Nah! Begitu dong sayang. itu baru namanya pujaan hatinya Bian Jayantaka Bahuwirya," ucap Bian seraya membawa Naila ke dalam pelukannya.

"Oh jadi, kalau aku menuruti kemauanmu saja, baru kamu menyebutku sebagai pujaan hatimu?" ucap Naila yang membuat Biar terkekeh geli saat mendengar nada suara sang kekasih yang terdengar kesal.

"Malah ketawa ih!" ucap Naila dengan nada suara yang masih terdengar kesal.

"Ih gitu aja ngambek! Aku tertawa karena nada suaramu terdengar lucu di telingaku," ucap Bian seraya mengusap rambut Naila.

Naila memutar kedua bola matanya saat mendengar kata-kata Bian.

"By the way! Kamu sudah sarapan belum sayang?" tanya Bian seraya mengurai pelukannya pada Naila.

"Sudah sayang! Kalau kamu?" jawab Naila seraya balik bertanya pada Bian.

"Sebenarnya sih, aku belum sarapan sayang. tapi sayangnya aku sama sekali belum lapar," ucap Bian pada Naila.

"Lah! Terus makanan yang sudah kamu pesan ini mau diapakan?" ucap Naila seraya menatap makanan yang sudah tersaji di atas meja.

"Aku kira kamu belum sarapan. Oleh karena itu, aku memesan makanan sedikit banyak," ucap Bian pada Naila.

"Kalau aku belum sarapan, Papa dan Mama pasti tidak akan membiarkanku menemanimu untuk meeting sebelum aku menghabiskan sarapanku," ucap Naila.

"Bagaimana kalau kita bungkus saja makanannya?" ucap Bian yang dianggukkan oleh Naila.

Setelah melihat anggukkan yang di berikan oleh Naila, Bian pun memanggil waitress untuk memintanya membungkus makanan yang sudah ia pesan.

"Pak ini makanannya," ucap Waitress itu setelah ia membungkus makanan pesanan Bian.

Setelah makanannya dibungkus, Bian dan Naila pun segera beranjak dari tempat duduknya.

"Ayo sayang, kita bayar makanannya dulu, baru kita balik ke kantor ya? Pokoknya hari ini, kamu harus menemaniku seharian di Kantor," ucap Biar dengan mengedipkan sebelah matanya pada Naila.

"Aishh, kamu ini apaan sih! Dari pada kamu menggombal terus lebih baik kita ke Kasir sekarang," ucap Naila seraya melangkahkan kakinya menuju kasir meninggalkan Bian.

"Sayang tunggu aku dong! Masa aku di tinggal," ucap Bian seraya melangkahkan kakinya untuk menyusul Naila ke kasir.

Saat Bian dan Naila sudah berada di depan kasir, Bian pun segera membayar tagihan makanan yang dia pesan. Setelah itu, mereka segera meninggalkan chasier desk.

"Ayo sayang, sebelum kita terjebak macet," ucap Bian seraya menggandeng tangan Naila yang tengah membawa tas plastik yang berisikan makanan yang di pesan oleh Bian menuju mobilnya.

***

Aretha terlihat baru saja selesai membuat spanduknya dengan bantuan sang Ayah. Ia terlihat tersenyum puas karena spanduk yang dibuatnya sesuai dengan apa yang diinginkannya.

"Alhamdulillah, selesai juga buat spanduknya Yah, walaupun ala kadarnya," ucap Aretha seraya menatap sang Ayah dengan tersenyum.

"Iya sayang, Alhamdulillah yah. Pokoknya Ayah doakan supaya hari ini kamu mendapatkan pelanggan pertama untuk jasa laundrymu," ucap Alfiandy yang membalas senyuman sang putri.

TO BE CONTINUE.

Happy reading readers, jangan lupa collection, vote beserta reviewnya ya, dan jangan juga follow ig author ya @idaflicka untuk melihat spoiler-spoilernya. Dan semoga kalian suka hari ini yah.

avataravatar
Next chapter