|POV ELISABETH ANTSLEY|
Ini sudah 7 Bulan semenjak william dilahirkan. Betapa menggemaskan nya dia saat tergeletak kelelahan di pangkuanku. Wajahnya yang mungil dengan pipi nya yang kemerahan membuatku gemas. Warna rambutnya sedikit berbeda dengan ku ataupun Jackson yang lebih kuning. Apakah willy akan tertarik dengan sihir sepertiku? Atau berpedang seperti ayahnya? aku ingin mengajari nya sihir agar dia dapat beradaptasi dengan sekelilingnya.
"Jack, kemarilah sebentar!" ucapku kepada jack dengan nada keras.
Segera ia menoleh dan memberhentikan gerakan nya dan menyuruh muridnya latihan satu sama lain.
"kalian coba sparing dengan berpasanagan 2 orang. Jangan terlalu serius menghadapi lawan mu ya!. Terutama kau James dan Keanu" ujar Jackson kepada murid-murid nya.
"Baiklah Guru" ucap Murid Jackson tanda mengerti.
Jackson berlari kearah kami dengan cepat.
"Ada apa Liz? Oh.. apa Willy sedang tidur?" tanya jack sambil mencubit pipi William.
"Hei! Jangan cubit pipi nya, nanti dia bangun" ucapku sambil menepuk tangan Jack.
"Hehehe, maaf. Ngomong-ngomong kenapa kau memanggilku?" tanya dia dengan mimik heran.
"Bisakah kau mengajarkan Willy menggunakan pedang saat dia cukup umur?"
"Tentu saja aku akan mengajari willy berpe.... tunggu, kau bilang mengajari Willy menggunakan pedang? Apa kau bercanda, Liz? Dia terkejut.
"Sesuai yang kubilang tadi, kau akan mengajari nya menggunakan pedang, lalu aku akan mengajarinya menggunakan sihir"
Aku coba membujuknya agar willy dapat menguasai keahlian dari orangtua nya ini.
"Begini ya Liz sayang.., meskipun ia dapat berjalan sebelum waktunya, tapi saat ini belum saat nya dia memikul beban yang besar itu" jawabnya dengan wajah remeh.
"Kau tidak mendengarku ya tadi?, aku bilang kita akan mengajarinya saat cukup umur, dasar Jack bodoh" jawabku sambil menarik telinga nya.
Dengan sikap nya itu sih sudah biasa jika dia membercandakan pertanyaanku, tetapi dia pasti paham maksud dan tujuannya itu. Aku ingin willy berbakat dalam menggunakan pedang dan juga dalam melakukan sihir. Apa itu terasa berlebihan untuk willy? Bagaimana jika dia menolak salah satunya? Bagaimana jika dia menolak keduanya itu?. Aku juga tak bisa memaksakan kehendaknya menjadi seperti ku maupun Jackson. Aku mengharapkan yang terbaik darinya.
"Bagaimana kalau kita diskusikan ini saat kita kembali ke rumah? Disini bukan tempat yang tepat untuk membicarakannya" jawabnya dengan senyum tipis.
"Baiklah kalau begitu, kita bicarakan ini dirumah" jawabku sambil menghela nafas.
Lega rasanya jika ia mengerti bagaimana harus bertanggap. Tidak sepenuhnya dia itu bodoh maupun idiot, namun dia juga memiliki karakteristik layaknya seorang ayah.
|POV JACKSON ANTSLEY|
Liz terlihat cukup serius menanggapi anak kami yang dibilang tidak biasa untuk diajarkan kemampuan sihir sekaligus berpedang. Aku bukannya tidak setuju dengan keinginan nya, namun nampak nya anak kami ini butuh waktu bermain untuk anak seusianya. Jika Liz bersih keras ingin aku agar mengajarkan dia menggunakan pedang, pastinya aku akan mengalah kepada istriku ini. Aku juga ingin anak kami ini tumbuh kuat dan mungkin bisa melebihi kami berdua ini. Entah apa yang ada dipikiran nya saat ini, aku mau tidak mau harus menyetujuinya.
Saat aku masih berada di balkon, aku merasakan kekuatan dari arah murid murid ku. Dan ternyata saat dilihat dari jauh, kelihatannya james dan keanu terlalu serius dalam melakukan sparing. Angin merhembus ke penjuru arah termasuk ke arah sini. James dan Keanu memang seperti rival saat latihan. Keduanya tidak mau mengalah dalam hal kekuatan. Jikapun Keanu sudah membuat james jatuh atau tidak berdaya, maka pada saat itu pula James terpacu adrenalin nya dan mempunyai sifat orang yang tidak mau kalah.
"Hei, apa-apaan tekanan angin ini!? ini pasti ulah James dan Keanu" kataku dengan rasa menahan dorongan angin yang kuat.
"Sayang, sepertinya salah satu muridmu berulah!" kata istriku sambil menunjuk ke arah tempat latihan.
Dengan gelisah aku pun bergegas kembali ke tempat latihan untuk mencegah james melakukan kerusakan. Semakin ku mendekat, semakin besar tekanan yang ku rasakan. James memiliki tingkat Mana yang terbilang tinggi di usianya yang genap 12 tahun. Semakin dekat... dan semakin dekat.
Sabina, salah satu dari 3 murid berbakatku ini juga ingin menghentikan james menyerang. Ia pun berlari kearah James yang ingin melakukan ayunan pedang kayu terhadap Keanu. Dengan mengeluarkan tekanan Mana, Sabina melakukan counter block dengan mengayunkan pedang kayu nya dari pinggang ke atas. Kedua pedang membentur satu sama lain dan hasilnya pedang Sabina berhasil membuat pedang James terpental lepas dari genggamannya. Sesaat setelah sabina berhasil menghentikan ayunan James, aku pun baru tiba di tempat pelatihan.
"Ukh, apa yang kau lakukan!??" James meneriaki Sabina.
Aku pun menyelutuk untuk menyelesaikan sparing ini.
"Baiklah sudah cukup James, latihan untuk hari ini selesai"
"Aku tidak terima, guru. Seharusnya aku dapat menyelesaikan serangan ini tetapi Sabina menghentikanku" ucap James memprotes ku.
Hadeh, terkadang aku merasa heran dengan muridku yang satu ini. dia pantang menyerah pastinya, namun hal itulah yang dapat menyebabkan tempat sekelilingnya jadi rusak. Dia sangat tidak terima akan kekalahannya, oleh karena itu kekuatannya itulah bisa berbahaya bagi orang yang berhadapan dengannya.
"Kau ini ya..., jika kau melanjutkan ayunanmu, itu dapat membahayakan Keanu dan lainnya" jawabku sambil menarik telinga James.
"tch, dasar bodoh" kata Keanu dengan nada kecil.
Berbanding terbalik dengan James, Keanu keanu memiliki sifat pendiam dan jarang bersosialisasi dengan yang lainnya. Keanu terbilang sedikit lebih kuat dibangingkan dengan James. Mungkin sebab itulah yang membuat James harus menggunakan sebagian besar kekuatan untuk mengalahkan Keanu.
"James, sebaiknya kau juga lebih mengerti tentang Keanu. Jika kau sudah kalah, maka jangan luapkan kekesalan akan kekalahanmu itu kepada Keanu"
"Ugh..., maafkan aku Sabina. Tetapi dia itu orang yang brengsek" ujar James merasa kesal.
Sabina pun memukul kepala James agar berhenti mengoceh. Ia tahu apa yang harus dilakukan untuk menghentikan pertikaian Keanu dan James, Sabina ibarat penengah bagi keduanya.
"Oke sudah cukup. Latihan hari ini sampai disini saja oke. Kita lanjutkan lain waktu" ucapku kepada murid muridku.
"Dimengerti guru!"
Memang berat rasanya menjadi seorang pengajar, apalagi jika memiliki murid seperti James maupun Keanu. Sore hari kami sudahi saja latihan untuk hari ini dan melanjutkannya untuk hari berikutnya. Mereka pun mengemasi perlengkapan mereka lalu pulang kerumah masing masing. Begitu juga denganku, aku pun mengajak Liz dan Willy pulang.
"Bagaimana keadaannya, sayang?" tanya Liz sambil memeluk Willy.
"Aku sudah membubarkan latihan untuk hari ini. James seperti biasa tidak ingin kalah melawan Keanu, jadi dia mengeluarkan sebagian besar kekuatannya untuk mengalahkan Keanu. Kemudian Sabina menghentikan serangan nya" jawabku.
"Apa ada yang terluka, Jack?"
"Semua baik-baik saja, Liz. Mereka sudah pulang, sebaiknya kita juga pulang Liz"
Terlihat kecemasan pada wajahnya sambil memeluk erat willy dengan satu tangan menutup wajah willy. dia takut terjadi sesuatu dari serangan tadi yang mengancam dia dan willy yang sedang tertidur itu.
Dengan aku yang membawa kantong belanjaan dan Liz menggendong Willy, kami pun pulang kerumah sore itu juga. Dan sesampainya dirumah Liz langsung menanyakan pendapatku tentang perdebatan sebelumnya di balkon. Aku pun akhirnya menyetujuinya dengan syarat willy akan ku latih dengan cara yang berbeda dari muridku yang lain. Setelah mendengar itu, Liz pun tersenyum dan meletakkan Willy kecil di tempat tidur.
Huft, hari ini cukup melelahkan. Aku merasa terkantuk dan memilih beristirahat di kursi ruang tamu.
Saya mencoba membuat cerita pertama ini dengan beberapa referensi luar yang sudah terkenal tentunya
Berikan kritik dan saranmu tentang ceritaku ini seperti contoh soal penulisan dan kata kata yang kugunakan.
Punya ide tentang ceritaku? Beri komentar dan beri tahu saya.