webnovel

Star Chronicles of Origin

Ren Kaito, seorang anak yatim piatu akibat perang saudara. Satu dari sedikit anak-anak yang selamat dari tragedi malam darah dimana genosida terjadi. Sepuluh tahun berlalu pasca kejadian itu, perangpun telah berakhir. Dia yang saat ini menyandang gelar Raja Naga Pertama karena prestasinya yang gemilang semasa perang saudara juga kemampuannya yang ditakuti oleh sekutu maupun musuh harus memulai hidup barunya. Sang Jenderal, ayah angkatnya memberikan dia misi untuk pergi ke Jepang tapi apa yang sebenarnya terjadi adalah.....Sang Jenderal hanya ingin anak angkatnya itu hidup normal seperti remaja seusianya sebisa mungkin.

Neezuria · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
30 Chs

Dia yang selamat dari tragedi

Keesokan harinya, Ren terbangun jauh sebelum matahari terbit, mungkin hal ini disebabkan karena kebiasaannya selama di militer sedari kecil yang selalu diajarkan disiplin.

Setelah bangun, dia melihat ke arah jam weker. Terlihat jelas jam weker tersebut menunjukkan "04:00".

"Jam empat pagi kah? Bangun seperti biasa ya," gumamnya sambil menguap.

Dia lalu berjalan ke kamar mandi dan mencuci mukanya sebentar. Setelah itu dia mulai latihan di halaman, tentu saja latihan mengayunkan pedang. Ini merupakan rutinitas paginya.

Beberapa jam berlalu. Setelah Ren selesai mengayunkan pedangnya, dia mulai bersiap-siap untuk ke sekolah barunya. Sesuai kebiasaannya, dia hanya perlu beberapa menit dari latihan hingga selesai memakai seragamnya, tentu saja beberapa menit itu termasuk mandi.

Waktu saat ini menunjukkan tepat jam delapan. Sesuai ingatannya, Gilbert memberitahunya bahwa jam masuk sekolah di Jepang pada umumnya antara jam 08.00 hingga 08.30, bervariasi tergantung kebijakan sekolah masing-masing.

Setelah selesai mamakai seragam dan sepatunya, dia berjalan ke arah sekolahnya yang tidak terlalu jauh dari rumah yang disediakan pemerintah.

Setelah berjalan beberapa menit akhirnya Ren tiba di depan gerbang sebuah SMA.

SMA Seirei, itulah nama sekolahnya. Menurut informasi yang Ren tahu, sekolah ini adalah sekolah elit berisi anak-anak dari orang-orang termuka di seluruh Jepang. Entah anak politisi, anak konglomerat, mantan bangsawan Jepang di masa lalu atau semacamnya.

"Cukup bagus," gumam Ren sambil melihat-lihat sekitarnya, lalu dia memasuki gedung utama.

Dia berjalan di sepanjang lorong yang sepi, sepertinya para murid telah masuk ke kelasnya masing-masing.

Dia berjalan di lorong tersebut selama beberapa saat hingga suara seseorang memanggilnya.

"Ren Kaito, benar?" tanyanya.

"Ya," jawab Ren singkat dan padat.

Ren tidak bertanya siapa dia karena Ren bisa menebaknya dengan jelas. Sebelumnya Gilbert pernah memberitahunya bahwa dia akan menemui kepala sekolah terlebih dahulu. Jadi, orang ini(gadis) pasti suruhan kepala sekolah.

Gadis itu lalu memandu Ren menuju depan pintu ruang kepala sekolah. Sementara mereka telah sampai di depan ruang tersebut, gadis itu mengetuk pintu.

"Permisi, saya sudah membawa Ren Kaito," katanya dengan sopan.

"Bagus, suruh dia masuk. Kamu bisa kembali ke kelasmu," jawab seseorang di dalam.

"Dimengerti," balas gadis itu.

Gadis itu lalu melirik Ren seakan-akan memberi isyarat untuk masuk ke ruangan. Ren yang mengerti ini lalu segera mengikuti instruksi dan memasuki ruangan kepala sekolah.

"Permisi, saya Ren Kaito," katanya setelah masuk dengan sopan.

Di hadapannya ada seorang wanita berusia sekitar awal 30 tahunan dengan wajah menyeringai aneh.

"Perkenalkan namaku Suzuki Lilia, aku kepala sekolah disini dan aku ucapkan selamat datang padamu di SMA Seirei, Ren Kaito," katanya sambil tersenyum lalu dia berkata lagi, "atau haruskah aku memanggilmu Alpha, Raja Naga Pertama?".

Ren yang mendengar ini tersentak beberapa saat lalu segera bergerak.

Matanya berubah, dia menggunakan "Star Eye" miliknya. Hanya dalam beberapa milidetik, wanita itu tidak bisa lagi bergerak sembarangan. Sebilah pedang telah tepat berada di depan tenggorokannya sementara beberapa pisau berbentuk es mengelilingi mereka.

"Siapa kamu?" tanya Ren dingin.

Tapi, walaupun Ren bertanya dengan dingin serta menatap dirinya dengan penuh kebencian dan hawa permusuhan, wanita itu hanya membalas dengan tertawa.

"Oh astaga, kamu masih seperti biasa kan? "Bocah Pembantai", "Malaikat Kematian dalam wujud manusia"," kata wanita itu sambil terus menyeringai setelah tawanya.

"Aku katakan sekali lagi, siapa kamu?"

Ren tidak menanggapi provokasi murahan seperti itu dan semakin mendekatkan kematian ke arah wanita itu. Pada akhirnya, wanita itu menyerah.

"Ok, ok. Bisakah kamu singkirkan benda berbahaya ini terlebih dulu? Sepertinya kamu salah paham," katanya.

"Apa? Apa maksudnya?" tanya Ren bingung dengan perkataan wanita itu.

"Aku memang tahu identitasmu sebagai Alpha, Ren. Tetapi kamu tidak tahu alasan kenapa aku tahu bukan?"

Ren yang mendengar itu hanya bisa terdiam.

"Hah, dasar. Apa kamu tidak diajarkan cara menahan diri sedikit sama Gilbert? Yah, baiklah aku akan jelaskan secara singkat saja," kata Wanita itu dengan tenang.

"Malam Gerhana Darah," lanjut wanita itu.

"Eh..?" Ren yang mendengar ini terkejut. Nama itu terasa tidak asing baginya..

"Aku adalah satu dari tiga orang yang selamat dari tragedi itu," lanjut wanita tersebut sekali lagi.

"Mustahil...," balas Ren, dia benar-benar terkejut.

Wajar saja dia terkejut karena dialah orang yang menyebabkan tragedi gila itu. Pada suatu malam lima tahun yang lalu, tragedi itu terjadi. Malam dimana dia akan dikenal sebagai bencana dalam wujud manusia yang dapat membahayakan keselamatan umat manusia.