webnovel

#7 Kesalahpahaman Selesai

"Aaaarrrgghh.... sebenarnya apa sih maunya laki - laki sialan itu!" teriak Soya dalam perjalanan keluarnya. Bastien hanya tersenyum memandangi Soya mengomel di dalam mobilnya. Adalah hal bagus menurut Bastien jika Soya mau mengeluarkan emosinya, terlihat lebih manusiawi.

"Kamu mau makan es krim?" tanya Bastien tiba - tiba.

"Boleh." jawab Soya tenang, suasana hatinya berubah. Bastien memang paling tahu kesukaan Soya.

"Hahahaha... Ayolah kalau begitu." Seru Bastien senang, ia memacu mobilnya dengan kecepatan penuh.

Soya duduk santai memegangi mangkuk es krimnya seolah takut itu akan direbut darinya. Bastien memandang geli tingkah Soya yang sangat bertolak belakang dengan sikapnya di depan umum.

"Gimana perasaanmu?" tanya Bastien memastikan.

"Sudah mendingan." kata Soya datar.

"Aku suka perubahan positif pada dirimu." kata Bastien berterus terang, membuat Soya merasa malu.

"Apakah terlihat?" tanya Soya gugup.

"Kadang - kadang." jawab Bastien sembari memakan wafflenya.

Akhir - akhir ini Soya memang merasakan perubahan pada dirinya. Perkataan Yura sedikit banyak mempengaruhi cara pandangnya. Soya yang kaku ingin lebih fleksibel seperti Yura yang ceria, meskipun tidak mudah, Soya berusaha bersikap lebih jujur mengungkapkan perasaannya, meskipun saat ini hanya pada Bastien.

"Bastien, menurutmu apa aku bisa mengembalikan keluargaku seperti dulu? Kakakku dulu adalah idolaku, dia yang terbaik, pendukungku nomor satu. Tapi lihatlah sekarang, kata - katanya begitu tajam padaku." keluh Soya murung, sepertinya sikap kakaknya membuat hatinya terpukul.

"Semua hal yang baik akan selalu mengalahkan keburukan. Akan sampai waktunya, semua hal buruk akan terlihat ke permukaan." kata Bastien menyemangati.

"Menurutmu aku mampu bertahan sampai saat itu?" tanya Soya lagi.

"Kau lebih dari mampu. Tapi, saat ini kamu harus lebih berhati - hati. Mungkin akan ada yang merasa menang dan akan datang mengganggu." kata Bastien memperingatkan Soya. Dan Bastien benar, perasaannya mengatakan begitu.

Soya merasa kaget saat kembali dan melihat Dave tengah duduk di teras kafe seperti menunggu seseorang.

"Dave!" seru Bastien ramah.

"Hai Bastien. Darimana kalian berdua?" tanya Dave sambil membalas hi five Bastien.

"Ada urusan dengannya. Aku kan babysitternya." canda Bastien sambil membuka pintu kafenya.

"Masuklah, kau mencariku atau Soya?" tanya Bastien menggoda. Dave hanya membalas dengan tawa, namun ia mengikuti Bastien masuk dan diikuti oleh Soya. Dave duduk di meja bar, di depan Bastien biasa meracik kopinya.

"Jadi ada yang bisa kubantu?" tanya Bastien sembari menyerahkan segelas kopi untuk Dave, dan menyeruput miliknya sembari duduk di samping Dave. Soya memperhatikan kedua lelaki itu dengan bingung. Darimana datangnya keakraban mereka itu.

"Kemarin aku melihat seorang laki-laki yang membuntuti Soya. Aku rasa karena dia kost disini kau harus tahu." kata Dave jujur.

"Ya, aku sudah tahu." kata Bastien tenang.

"Kami tadi memang pergi untuk mengurus itu, tapi masih harus berhati - hati lagi. Karena kami belum memiliki bukti, jadi kami tidak bisa berbuat banyak." tambah Bastien lagi.

"Menurutmu dia aman?" tanya Dave seperti agen mata - mata. Soya menyunggingkan senyumnya, entah mengapa melihat Dave peduli padanya membuat hatinya hangat.

"Aku akan aman, kalian tidak perlu khawatir." balas Soya dengan tenang. Dia merasa Stefan bukanlah ancaman yang menakutkan. Stefan tidak akan berbuat bodoh, kecuali dia ingin babak belur oleh Soya.

Sementara Dave dan Bastien sibuk memperdebatkan bagaimana mereka bisa menjaga Soya, sebuah mobil merah berhenti di depan kafe Bastien. Soya tahu itu adalah mobil keluarganya, tapi ia tidak bisa melihat siapa yang ada di belakang kemudi. Perhatian Dave dan Bastien pun beralih sepenuhnya pada mobil itu.

Dari dalam mobil, papa dan mama Soya turun dan melihat ke arah dalam. Ia mengetahui putrinya ada disana bersama dua orang laki - laki. Ia bisa mengenali salah satunya adalah Bastien.

Bastien yang tersadar bahwa tamu mereka adalah orang tua Soya langsung keluar untuk menyambut kedatangan mereka. Sedangkan Dave acuh tak acuh menanggapi kedatangan dua orang asing yang tidak ia kenal.

"Kamu baik - baik Soya? Apa kakak iparmu menguntitmu lagi?" tanya Dave mengalihkan perhatiannya pada Soya.

"Tidak, dia tidak menemuiku." kata Soya datar. Dave mengangguk pelan, tanda ia puas.

Sudah hampir dua jam orang tua Soya berkunjung. Soya mengajak ibunya ke kamarnya, saling bertukar cerita dan rasa rindu setelah banyak bercerita dengan ayahnya di kafe, sedang ayahnya tinggal di kafe untuk berbincang dengan Bastien dan Dave, serta memberi kesempatan istri dan anaknya untuk memiliki waktu bersama.

Dave memperkenalkan dirinya sebagai keponakan Bastien, Soya terkejut dengan fakta yang baru diketahuinya, tapi ia tidak memperlihatkan ekspresi yang berlebihan.

"Om, maaf Dave mau tanya." kata Dave ragu - ragu di sela percakapannya dengan ayah Soya, Rendra.

"Tentu saja, silahkan." kata Rendra mempersilahkan.

"Apa benar Stefan adalah menantu om?" tanya Dave ingin tahu.

"Iya, kamu kenal?" tanya Rendra penasaran.

"Oh tidak, hanya memastikan saja." kata Dave penuh arti. Ia mengerti mengapa Soya menyembunyikan kelancangan laki - laki itu dari kedua orangtuanya.

"Apakah ada masalah dengan Stefan?" tanya Rendra semakin penasaran.

"Sebaiknya lain kali om mengunjungi Soya sendiri, dia pasti akan merasa lebih senang." sahut Bastien berusaha mengalihkan perhatian papa Soya.

"Oh masalah itu. Sejujurnya om ingin, tapi saat itu masih ragu karena sepertinya Soya masih marah pada om. Tapi mulai sekarang, om rasa om bisa kesini sendiri." jawab Rendra bahagia. Ia terlihat sangat senang kesalah pahamannya dengan Soya terselesaikan dengan baik.

"Dave, Bastien, om titip tolong jaga Soya ya. Dia memang kuat dan cuek, tapi om tahu dia kesepian karena dia bukan anak yang pandai bergaul. Om yakin temannya disini tidak banyak. Tapi om tahu dia cukup dekat dengan kalian." pesan papa Soya sebelum pulang. Soya memeluk papanya erat, sepertinya ia memang sangat merindukan kehadiran kedua orangtuanya.

"Soya, jaga diri kamu baik - baik. Kalau ada waktu pulanglah." pesan mamanya sebelum ia naik ke mobilnya.