Suho akhirnya bertemu dengan Park Jimin. Ia langsung saja menepuk pundak lelaki itu dengan semangat.
Jimin menoleh dan tersenyum. Hanya Suho satu-satunya yang berbicara nyambung dengannya.
"wae?", tanya Jimin.
Suho mengeluarkan sebuah kartu dari kantung seragamnya, "datanglah. Ulang tahunnya Sung Kyu. Kita belum pernah ke pesta bersama-sama bukan?".
Jimin mendengus mendengar nama perempuan aneh itu yang keluar dari mulut Suho, "tidak selera", jawabnya tanpa menaruh perhatian pada kartu tersebut.
"ayolahh... Kau sudah lumayan lama bersekolah disini. Jangan terlalu angkuh, kau harus mengenal teman-teman kita".
Jimin menggaruk telinganya, pertanda bahwa ia sangat tidak tertarik.
"Aku mengharapkan kehadiranmu. Kalau perlu kita dapat berangkat bersama", Suho memepetkan tubuhnya demi membujuk Jimin yang sudah mulah merasa risih.
"nee, neee. Aku akan mengabaramu nanti!", Jawab Jimin dan menggeser tubuh Suho menjauh darinya.
Suho tersenyum lebar, "apa kau sudah makan?".
Jimin melirik sebuah bungkus makanan yang sudah ia habisi dua puluh menit yang lalu.
"baiklah. Aku mau pergi dulu. Kantta!", Suho menepuk pundak Jimin dan membawa tubuhnya menjauh dari Jimin.
Kartu kecil ditangannya membuat Jimin merasa ia sangat tidak bersemangat apalagi saat harusnya ia merayu Seul Gi pada weekend. Tapi ia juga bukan orang sombong seperti yang Suho katakan secara tidak langsung.
Jimin bertekad datang hanya untuk menghargai Suho dan akan lekas pergi lalu menemui Seul Gi dan bermain dengan Do Hyon dan Si Hyun.
Membayangkan berada ditengah-tengah diantara mereka membuat Jimin tersenyum. Ia tidak sabar.
-
-
-
-
Oh Jin Shim kali ini harus mencari kostum yang cocok untuk dirinya, Seul Gi dan juga yang lain untuk menari jumat ini. Kaki langsingnya menendang kerikil kecil, ia berdecak bahwa dirinya hari ini sial karena kalah suit dengan Sunny sehingga harus dia yang hunting.
Ia harus memiliki beberapa foto dan esok lusa mereka semua akan belanja bersama. Nanti malam, foto hasilnya harus ia bagikan saat mereka latihan agar mereka dengan cepat dapat memutuskan baju apa yang ingin mereka gunakan.
Cuaca kali ini mulai terasa dingin karena akan memasuki musim dingin. Jin Shim selalu rindu akan hari pertama turun salju. Biasanya ia dan Seul Gi akan menghabiskan waktu bersama. Mereka berdua senang akan hari pertama turun salju. Itu membawa mereka ke dalam suka cita yang tidak dapat dijelaskan oleh kata-kata.
Salju yang turun memenuhi udara terlihat begitu indah, apalagi kalau saat malam hari. Jin Shim akan berfikir bahwa sangat asyik jika ia memiliki pasangan dan tidak perlu bersusah payah mencari uang. Sedangkan Seul Gi akan memikirkan kalau ia tidak sibuk mencari uang, ia pasti sedang menikmati itu dengan duduk bersama keluarganya dan tertawa karena kelakuan Do Hyon yang mengocok perut.
Namun itu hanya harapan-harapan mereka berdua. Jin Shim hanya membiarkan dirinya berkhayal saat pergantian cuaca. Setelahnya ia akan menjadi sosok terkeras sepanjang masa mengenai pilihan hidupnya.
Sekarang Jin Shim sedang berdiri untuk memesan kopi. Ia sudah selesai dengan rencananya hari ini dan akan pergi ke tempat latihan untuk bertemu dengan yang lain.
Setelah mengatakan apa yang ia inginkan dan membayarnya ,ia mengedarkan pandangan ke penjuru kedai kopi dan maniknya menatap bahu dari sosok yang ia kenali dan sudah lama tidak bersua semenjak tawaran yang membingungkan dirinya.
Namun Lee Gong Yoo sepertinya tidak sendiri karena ia sedang menatap seorang wanita dengan rambut pendek berwarna hitam. Wajahnya cantik dan tersenyum ramah. Ia memakai setelan seperti wanita karir dengan tas jinjing yang ia taruh dipangkuannya dengan elegan.
Jin Shim merasa tidak nyaman saat ini. Hingga sang pelayan harus memanggilnya dua kali untuk membuatnya membalikkan badan.
"kamsahamnida", Jin Shim buru-buru meninggalkan kedai itu.
Ia berjalan melalu arah dimana ia bisa melihat Gong Yoo dari jendela yang luas. Wajah itu tersenyum melihat perempuan dihadapannya. Jin Shim menghentikan langkahnya. Ia merasa panas.
"setelah merayuku, dia lalu tersenyum pada wanita itu ha!!! bisa-bisanya dia mempermainkanku".
Tubuhnya langsung berbalik saat Jin Shim mengira Gong Yoo melihat kearahnya. Jin Shim buru-buru melangkah karena ia tidak ingin tertangkap bahwa dirinya menatap lelaki itu.
.
.
BRAKK!!!
"Omo", Seul Gi dan Sunny terkejut secara bersamaan karena Jin Shim membuka pintu dengan kasar. Mereka menatap wajah yang mengeluarkan ekspresi kesal itu. Ia melepas mantelnya dan duduk dengan menghentakkan kakinya terlebih dahulu.
"waeee? kau membuat kita kaget tahu!", Sunny mengernyitkan hidungnya.
"Bisa-bisanya lelaki itu melakukan ini padaku. Seperti ular!".
Seul Gi dan Sunny hanya bermain tatap karena tidak mengerti faktor apa yang membuat Jin Shim mengomel seperti ini.
"Lelaki mana sih yang membuatmu berhasil marah seperti ini? eoh?", Sunny memastikan dengan penuh perhatian.
"apa maksudmu?".
"Eonnie... kau tidak pernah terganggu dengan lelaki manapun bahkan ketika lelaki itu menduakanmu, kau tidak pernah seperti ini", tutur Seul Gi sama perhatiannya.
"masa?", Jin Shim memutar matanya dan ia baru sadar bahwa benar apa kata kedua temannya ini dan ia menyalahi dirinya sendiri yang bisa merasakan marah yang aneh.
Kepala itu tertunduk dan ia menceritakan semuanya pada Sunnya yang belum mengetahui apapun seperti Seul Gi.
"Kurasa kau akhirnya mulai tertarik padanya", komentar Sunny dengan ekspresi yang tidak dapat dibaca.
Seul Gi hanya mengangguk-angguk saja. Jangankan menyadari hal itu untuk Jin Shim, untuk dirinya saja ia tidak tahu apapun.
"Mana mungkin! Tidak perlu melantur Sunny!".
Sunny mendesah, "terserahmu kalau kau tidak percaya padaku tapi itu kesempatanmu Jin-ah. Mau sampai kapan kau berada disini?".
Jin Shim melotot kearah Sunny, "bagaimana denganmu?!".
Sunny terkekeh, "kau lupa siapa orang tua ku? jika aku sudah bosan, aku bisa bekerja diperusahaan orang tua ku", tuturnya dengan congkak namun Sunny menatap Jin Shim lagi, "pikirkanlah. Siapa tau wanita tadi adalah cadanganmu".
Jin Shim menekuk lututnya dan menopang dagunya dengan lututnya, "Apakah aku bisa hidup dengan bekerja diluar jam malam? Aku takut".
Seul Gi mendekat dan merangkul Jin Shim, "Eonnie.. kau sudah cukup bersenang-senang. Kau juga sudah cukup kelelahan. Tidak ada salahnya mencoba seperti yang Sunny Eonnie bilang. Kalaupun kau tidak cocok, kau bisa kembali ke club. mana mungkin kau ditolak".
Sunny mendekat juga, "kau bukanlah orang yang plin plan Jin. Kau harus mencobanya jika kau memang mau".
Jin Shim merasa bersyukur memiliki dua teman yang selalu mendukungnya. Ia hanya menatap mereka dengan tatapan penuh rasa bersyukur sebelum mereka meeting dan berlatih hingga malam hari.
***
Lee Sung Kyu berdiri sedang mencoba dress berwarna merah yang ia buat dari designer langganan keluarganya.
Ye Ri sedari tadi sibuk memujinya dan ia sebenarnya muak dengan wanita seperti Ye Ri yang selalu kesenangan jika bersamanya. Namun Ye Ri sangat hebat untuk bertukar fikiran untuk mengerjai seseorang yang ia benci.
Ia merasa bahwa ulang tahun kali ini pasti sangat seru dan tidak terlupakan. Walaupun ia harus mengundang hampir satu angkatan di sekolahnya Lee Sung Kyu benar-benar menunggu hari esok.
Ia menatap dirinya dicermin. Tatapan penuh rasa iri dan marah membuatnya tampil sempurna dengan gaun merah yang membalut tubuhnya yang langsing.
'tidak ada yang bisa mengabaikanku', batinnya.
***