Jin Shim sedang beristirahat sehabis perform. Ia hendak duduk di bar saat ia menyadari bahwa ada Gong Yoo sedang menikmati minumannya sendirian.
"annyeong Gong Yoo-ssi", sapa Jin Shim.
Sementara sang bartender sudah mengerti minuman apa yang Jin Shim mau, Jin Shim melongok ke arah Gong Yoo yang tidak mengacuhkannya.
"aku tahu kau tidak bisa mabuk jadi jangan pura-pura mabuk".
Gong Yoo menatapnya, "iya, aku hanya tidak selera untuk bicara", Ia meminum lagi minumannya. Wajahnya memerah namun duduknya tetap saja tegap.
Jin Shim menerima minumannya dan meminumnya sedikit-sedikit. Ia tidak terlalu suka alkohol walaupun sudah dicampur tapi ia membutuhkannya saat bekerja.
"kapan kau akan membuka tokomu? apa kau tidak tahu bahwa Seul Gi kecelakaan?".
Gong Yoo terkejut mendengar kabar itu, "aku tidak tahu. dia tidak mengabarkanku", ia melihat jamnya namun sudah terlalu malam.
Jin Shim memperhatikan bagaimana Gong Yoo panik mendengar kabar itu, ia merasa ada yang aneh dalam dirinya, "kau sepertinya sangat khawatir ya".
Gong Yoo tertawa sendiri mengingat ia memiliki 3 orang karyawan di toko minimarket itu, "haha aku hanya terlalu peduli dengan karyawanku. Bukan hanya pada Seul Gi tapi aku tidak tahu harus bagaimana saat sepertinya aku mengalami kerugian seperti sekarang", ceritanya keluar begitu saja dan ia yakin itu karena alkohol yang bersarang pada tubuhnya.
Jin Shim membenarkan posisi duduknya, "aku turut prihatin sebelumnya tapi kau harus mendiskusikan hal itu. Karyawanmu adalah pelajar semua bukan?".
Gong Yoo mengangguk, "dan mereka membutuhkan pekerjaan ini", Gong Yoo sangat sedih hingga ia tidak tahu harus melakukan apa, "Sudahlah. Maaf aku jadi bercerita padamu".
"tidak apa. Adik angkatku bekerja denganmu, mana mungkin aku tidak peduli", Jin Shim mengusap pundak Gong Yoo.
Gong Yoo langsung menghindar, ia tidak ingin salah faham dengan Jin Shim. Perempuan itu terlihat langsung salah tingkah namun itu lebih baik. Gong Yoo sudah terlalu lama sendiri dan menyukai Jin Shim. Walaupun perempuan itu baik, ia sangat tahu bahwa Jin Shim sama sekali tidak tertarik padanya.
____
Eomma baru saja menyelesaikan pengobatan hari ini. Ia kembali dengan suster dan Seul Gi. Diruangan sudah ada Jimin dan So Hyun yang baru pulang sekolah. Seul Gi terkejut melihat Jimin sudah berada disana sedang menemani So Hyun makan.
"apa yang kau lakukan disini?", tanya Seul Gi saat Jimin menyapa ibu Seul Gi.
Eomma langsung memukul pundak Seul Gi, "temanmu datang malah kau tanya seperti itu", Eomma tersenyum pada Jimin, "maafkan ya, anak ini memang suka lupa diri. Apa kau sudah makan? Kenapa So Hyun makan sendiri nak?".
So Hyun tersenyum, "tadi oppa membelikan makanan saat kita bertemu dilobby", So Hyun menunjuk beberapa kantung makanan yang sama dengannya.
Seul Gi sedikit curiga dengan kebaikan Jimin.
Eomma berterima kasih pada Jimin. Lalu Seul Gi menuntunnya untuk kembali ke atas tempat tidur.
Tidak lama kemudian suara ketukan pintu terdengar. Oh Jin Shim dan Gong yoo masuk kedalam kamar dan menyapa dengan ramah. Seul Gi tersenyum gembira melihat kedatangan mereka berdua. Jimin memperhatikan senyum Seul Gi yang tidak ia lihat saat ia datang tadi. Jimin kembali duduk disamping So Hyun dengan wajah yang tidak riang.
So Hyun tidak mengerti mengapa Jimin yang tadi sangat ceria berubah menjadi murung.
"hai, kita bertemu lagi", sapa Jin Shim saat melihat Jimin.
Jimin berdiri dan menyapa Jin Shim tapi hanya melihat Gong Yoo sesaat dan tidak tersenyum sama sekali saat Gong Yoo menyapanya.
Mereka duduk bersama dan harus berbagi sofa. So Hyun masih sibuk dengan makanannya, disampingnya ada Jimin yang memainkan hpnya walaupun sebenarnya ia hanya memencet-mencet dengan asal dan ia harus berbagi tempat dengan Seul Gi. Mereka duduk sangat dekat. Tangan Jimin yang pegal akhirnya menjulur dibelakang bahu Seul Gi.
Oh Jin Shim diam-diam menikmati moment itu. Jimin terlihat seperti merangkul Seul Gi sembari memainkan hpnya. Sementara dia duduk dilengan sofa, dekat dengan Gong Yoo. Tapi semenjak melihat Seul Gi, Gong Yoo tidak terlihat murung lagi. Mereka mengobrol dengan seru.
"Seul Gi, bisakah kita berbicara diluar berdua?", tanya Gong Yoo.
Seul Gi mengangguk dan mereka keluar dari ruangan. Mereka duduk dikursi didepan ruangan.
"apa yang ingin kau bicarakan?", tanya Seul Gi.
"untuk sementara, kurasa kita tidak bisa bekerja sama lagi. Aku mengalami kerugian yang sangat besar. Sehingga aku harus menjual tokoku ke seseorang dan orang itu tidak ingin membayar orang hingga 3. Ia hanya ingin mempekerjakan dua orang dan ia memilih dua seniormu karena mereka ada yang sudah kuliah dan juga yang satu memang pengangguran dan hanya fokus pada toko", Gong Yoo menjelaskan dengsn hati-hati, ini adalah hal yng dibenci Gong Yoo. Memutuskan hubungan apapun itu adalah hal yang menyedihkan untuknya.
Seul Gi tidak terkejut, justru dia senang karena Ahjussi berbicara dengan gentle, "tidak apa Ahjussi tapi kita tetap bertemankan?".
"pasti", mereka berdua bersalaman, "maafkan aku".
Didalam rungan Jin Shim mencoba mencairkan suasana dengan Jimin saat mereka ditinggal.
"Bagaimana dengan hubungan kalian?", tanya Jin Shim sangat penasaran. Ia tidak menyangka Seul Gi bisa sangat beruntung memiliki sosok lelaki yang sangat sempurna seperti Jimin.
"Temanmu sangat sulit untuk dibujuk".
Jin Shim melotot, anak ini sangat frontal, "apa kau sudah melakukan berbagai cara?", Jin Shim pindah ke sebelah Jimin. Ia sangat tertarik dengan pembahasan ini.
Jimin mengangguk, "aku tahu ini bukan kali pertamanya tapi ia sangat sulit untuk ku bujuk. Apa noona bisa membantuku?".
Jin Shim terkekeh mendengar pertanyaan Jimin "mana mungkin. Apa kau sangat putus asa?".
"tidak juga tapi aku sangat penasaran dan ingin melakukan ini bersamanya".
"baiklah aku akan coba membantu".
Seul Gi dan Gong Yoo kembali ke ruangan. Seul Gi sedikit merasa aneh ketika melihat Jimin dan Jin Shim mengobrol berdua. Walaupun Jin Shim lebih tua tapi mereka terlihat tidak begitu jauh. Jin Shim sangat cantik duduk disebelah Jimin. Seul Gi buru-buru mengusir pikiran aneh dikepalanya.
Gong Yoo berpamitan kepada ibu Seul Gi yang berterima kasih karena ia menyempatkan waktu untuk menjenguknya. Jin Shim pun segera berpamitan juga. Mereka pulang bersama.
Seul Gi telah selesai membantu ibunya untuk mandi saat sore hari. Ia sedikit bersyukur bahwa Jimin berada disini. Ia membantu untuk menghibur ibunya, So Hyun dan juga Do Hyon.
"apa? kau pernah mengikuti audisi?", tanya Do Hyon sangat antusias saat Jimin bercerita.
"tidak heran karena kau begitu tampan nak Jimin", puji Ibu Seul Gi yang ikut mendengar cerita Jimin.
"terima kasih ahjumma. Seandainya ayahku berfikiran sama. Mungkin sekarang aku sudah menjadi salah satu member dari boyband di Korea".
Do Hyon memasang wajah sedih, "memangnya ada apa hyung?".
Seul Gi terkejut melihat Do Hyon dengan mudahnya memanggil Jimin dengan sebutan Hyung. Dia anak laki-laki yang tidak mudah untuk didekati. Tapi ia sangat ramah dengan Jimin beberapa kali mereka bertemu.
"Ayahku tidak menyukainya dan ingin aku meneruskan bisnisnya. Sehingga aku dijauhkan dari hal-hal seni dan harus pindah sekolah ditempat Seul Gi".
Seul Gi yang sedang melipat baju menatap Jimin, ia turut sedih. Dipaksa menjauhi hobby dan cita-cita adalah hal yang kejam.
Eomma pun memasang wajah sedih, "Sabarlah nak. Semua orang tua memang berbeda. Kau pasti akan sukses dengan cara yang berbeda asal kau tidak mudah menyerah".
Jimin baru pertama kali mendapatkan support dari orang yang lebih tua. Ia ingat bagaimana ibunya selalu berharap Jimin bisa akur dengan ayahnya dengan menuruti perkataan Ayahnya. Walaupun Ibunya sangat menyayanginya tapi ia takut dengan kenyataan bahwa Jimin akan ditendang jika melawan Ayahnya. Jimin mengerti bahwa Ibunya tidak memiliki pilihan lagi.
Seul Gi merasa bersalah telah menolak permintaan Jimin tempo hari tapi laki-laki itu tidak memaksanya atau marah padanya. Mereka sama-sama memiliki cerita yang membuat mereka harus berhenti menari. Tapi Jimin berbeda dengannya, ia tetap bertahan dan berusaha sendiri ditengah-tengah ketidak mungkinan. Ia menciptakan ruang latihannya disaat ekskul sekolah mereka sudah mati. Ia menjadi lilin untuk dirinya sendiri.
Seul Gi hanya selalu bisa pasrah, ia tidak memperjuangkan apa yang ia sukai atau membuat dirinya nyaman. Seperti saat dikeluarkan dari club, ia hanya menahannya sendiri padahal ia kecewa. Ia telah merelakan dirinya dipandang sebelah mata tapi apa ia harus berhenti melangkah setelah keluar dari club. Seul Gi sadar, ia harusnya melakukan apapun untuk menunjukkan bahwa ia melakukan itu hanya karena ia menyukai menari, bukan hanya karena uang.
"Hyung, pasti aku akan mengikuti audisi untuk menjadi rapper".
Eomma tertawa, "ya kau boleh ikut audisi tapi perbaikilah dirimu dahulu baru kau berfikir untuk menjadi idol".
Seul Gi mengacak rambut Do Hyon. Ia sangat imut untuk ukuran anak laki-laki yang tidak mau diatur. Jimin tersenyum melihat Seul Gi dan Do Hyon yang sangat dekat.
Hari sudah malam, Jimin pun berpamitan untuk pulang. Do Hyon dan So Hyun mengantarnya hingga sampai lift. Mereka berharap Jimin bisa mengunjungi mereka lagi. Jimin sangat senang berada disekitar mereka. Keluarga mereka sangatlah hangat.
"Kapan ayahmu akan pulang? Aku belum pernah melihatnya".
Seul Gi tertawa hambar, "Ia sudah tidak bersama kami. Ia pergi entah kemana".
Jimin terdiam, ternyata ia salah. Dirinya berfikir kehangatan yang ia rasakan dikeluarga Seul Gi karena mereka keluarga yang normal ternyata ia salah sangka.
"Maaf. Aku tidak tahu".
Seul Gi berusaha merubah raut wajahnya, "tidak apa. Aku senang bahwa kau mau tahu tentangnya. Tidak banyak orang yang mau tahu mengenai kami".
Mereka berdua keluar dari lift. Seul Gi menghentikan langkahnya saat mereka akan keluar pintu untuk ke parkiran.
"Apa tawaranmu masih berlaku?", tanya Seul Gi.
Jimin menoleh dan melihat bahwa Seul Gi menatapnya, ia mengangguk pelan.
"Baiklah, kurasa kita harus memenangkannya bersama".
Jimin tersenyum. Akhirnya usahanya membuahkan hasil. Tempo hari Jimin menawarkan Seul Gi untuk bergabung dengannya membuat dance cover dan ikut sebuah lomba. Lomba itu bukan lomba sembarangan. Juri dan juga hadiahnya sangatlah hebat. Sehingga mereka harus bersungguh-sungguh. Ini kesempatan mereka untuk menambah pengalaman. Jimin sudah tahu apa yang mereka akan cover. Jimin sangat senang mengetahui jawaban Seul Gi.
❤❤❤