Lee Sung Kyu berdiri didepan kelas Park Ji Min. Hari masih pagi dan ia belum melihat lelaki itu berkeliaran di sekolah dan itu berarti dia belum datang. Beberapa orang melihat ke arah Sung Kyu karena mereka tahu bagaimana Sung Kyu itu sangat sombong. Ia hanya mau bergaul dengan beberapa orang termasuk Suho sehingga dia bersedia menjadi sekretaris di kelasnya.
Tidak lama kemudian Park Ji Min muncul dengan menyampirkan ranselnya pada sebelah bahunya. Ia tidak menyadari keberadaan Sung Kyu dan hanya melewatinya saja.
"Park Ji Min", panggilnya dan lelaki itu berbalik. Tatapannya seperti mereka tidak saling kenal.
"Apa kau lupa denganku? Aku dari kelas Suho".
Jimin buruk dalam mengingat orang.
"ada apa?".
"apa kau membuka club tari disekolah ini?".
"belum resmi dan aku tidak tahu bagaimana menjalankannya".
Sung Kyu tersenyum dengan percaya diri, "aku bersedia membantu dan aku ingin bergabung denganmu".
Jimin mengangguk melihat antusias Sung Kyu, "baiklah. Nanti sehabis makan siang kita bisa membicarakannya".
Bel sekolah pun berbunyi dan Jimin masuk kedalam kelas. Lee Sung Kyu tersenyum tapi senyumnya buyar saat melihat Kang Seul Gi berlari dari koridor dan masuk kedalam kelasnya. Ia tidak menyukai perempuan malam itu.
Jimin tersenyum saat melihat Seul Gi yang berantakan sudah masuk ke kelas setelah satu minggu lebih ia izin sekolah.
Kim Nam Joon menghampiri meja Seul Gi.
"Bagaimana keadaan ibumu? apakah baik-baik saja?", tanya Nam Joon dengan nada hati-hati.
Seul Gi tersenyum, "sudah membaik. terima kasih".
Nam Joon mengangguk, setidaknya Seul Gi tidak membentaknya kali ini.
Istirahat pun dimulai. Jimin dan Seul Gi sudah mengantri untuk makan siang.
"Apa ibumu sudah pulang kerumah?".
"sudah".
"siapa yang akan merawatnya selama kau sekolah?".
"tidak perlu khawatir. Aku sudah mempersiapkan semuanya dan dia adalah wanita yang kuat".
"Baiklah".
Setelah mendapatkan makanan masing-masing mereka duduk bersama disalah satu meja. Lee Sung Kyu datang menghampiri meja mereka berdua.
"apa aku boleh bergabung?", tanyanya dengan ramah. Seul Gi mengangguk mengiyakan.
Suho yang melihat Sung Kyu duduk bersama merekapun ia bergabung juga. Meja tersebut jadi terisi oleh anak-anak yang tidak pernah Seul Gi kenal. Suho juga berkenalan dengan Seul Gi akhirnya.
"Park Ji Min akan membuat club tari. Benarkan?", ujar Sung Kyu dengan semangat.
Seul Gi menatap Jimin, ia sedikit terkejut dengan kabar itu yang ia tidak tahu.
Suho tersenyum dan menepuk pundak Jimin untuk menyemangati sebagai Ketua OSIS di sekolah ini, "aku akan mendukung kalian. Sudah sangat lama sekolah kita tidak aktif dan itu sangat membosankan".
Jimin hanya tersenyum. Sebenarnya ia juga tidak mengerti dengan club tari yang dimaksud oleh Sung Kyu karena ia belum pernah mendirikan apapun itu. Ia menari hanya karena itulah yang membuatnya merasa bahagia.
Setelah selesai makan Seul Gi berjalan bersama Jimin. Sudah sejak lama setelah Seul Gi selalu sendirian di sekolah. Walaupun sebenarnya Kim Nam Joon selalu mengekor tapi ia sama sekali tidak nyaman dengan hal itu.
"Apa kalian dekat?", tanya Seul Gi memecah keheningan.
"siapa?".
"Kau dan anak perempuan tadi. Aku tidak ingat namanya".
"sama. Aku juga tidak ingat namanya".
Seul Gi berhenti, "lalu? Bagaimana ia mengetahui tentangmu ingin menari?".
Jimin menggaruk kepala belakangnya, "Aku juga tidak tahu. Tadi pagi ia berkata ingin bergabung dan kubilang kita akan membicarakannya nanti tapi aku tidak berfikir saat makan siang tadi".
"Park Ji Min!", panggil seseorang yaitu Sung Kyu yang berlari ke arah Jimin, "Hai Kang Seul Gi", ia menyapa Seul Gi juga.
Seul Gi membalas sapanya, "aku kekelas duluan ya", ia pergi meninggalkan mereka.
Jimin duduk disalah satu kursi dan diikuti oleh Sung Kyu.
"jadi bagaimana?".
Jimin menggedikkan bahunya, "aku tidak tahu apa maksudmu mengenai club tari. Aku tidak berencana membuatnya tapi kalau kau ingin menari diruangan itu aku mengizinkannya asal kau ikut menjaga ruangan itu".
Sung Kyu terlihat merubah raut wajahnya, "ku fikir kau akan menjadi leader atau semacamnya".
Jimin menggeleng, "Aku akan sering berlatih disana. Kau bisa bergabung kapan saja dan mungkin semua berjalan sesuai arus saja. Maaf. Aku tidak bisa menjanjikan apapun".
Sung Kyu mengangguk dan tersenyum, "baiklah. Aku akan sering bergabung denganmu. Ku harap kita dapat menjadi partner".
Belum sempat Jimin merespon Sung Kyu sudah pergi meninggalkannya. Jimin merasa ada sesuatu yang salah dengan perempuan itu.
___
Jimin harus ikut Ayahnya untuk memenuhi sebuah undangan pesta. Ia terpaksa untuk menuruti permintaan Ibunya yang memohon agar dia ikut. Jimin tampil sempurna dengan setelan jasnya yang bernuansa hitam dan silver. Sangat cocok dengan warna rambutnya. Ia menuruni ketampanan Ayah dan kecantikkan Ibunya sekaligus.
"Anakku sangat tampan", Puji Eomma. Ayahnya juga mengakui hal itu namun ia bukanlah orang yang dapat mengekspresikan apapun.
Mobil mewah yang keluarga mereka gunakan akhirnya sampai disebuah rumah yang sangat mewah. Jimin tidak pernah suka dengan acara seperti ini. Ia tidak suka tersenyum pada orang-orang yang tidak ia kenal. Ditambah lagi ia tahu bagaimana orang-orang ini memiliki wajah yang sangat berupa-rupa.
Setelah menyapa pemilik rumah, Jimin meminta untuk mencari makanan. Ayahnya tidak masalah karena yang penting ia sudah memperkenalkannya pada tuan rumah.
Jimin menikmati segelas minuman dengan tenang. Ia menjauh dari keramaian. Ia tidak menyangka bahwa seorang wanita menghampirinya dan dia adalah Lee Sung Kyu.
"wow aku tidak sangka kita bertemu disini", ujar Sung Kyu dengan nada sangat senang.
Jimin tersenyum, ia juga heran dan seketika paham bahwa keluarga Lee Sung Kyu pasti bukan keluarga sembarangan namun menagapa Sung Kyu bersekolah ditempat mereka.
"Bolehkah aku bersamamu? aku lelah dengan teman-teman Ayah dan Ibuku".
"Silahkan".
Sung Kyu memutar otak untuk mencari pembahasan karena Jimin selalu memancarkan sikap yang dingin didepannya. Seperti saat ini, ia hanya menyesap minumannya. Tidak memperhatikannya sama sekali.
"Kau sangat pendiam", ucap Sung Kyu, "Aku bingung bagaimana harus bersikap didepanmu".
"terserah kau saja".
"Kau tahu? aku tidak banyak bergaul di sekolah dan kurasa kau juga seperti itu. Aku tidak melihatmu banyak bergaul dengan anak-anak di sekolah".
"Itu karena mereka tidak menyukaiku sepertinya".
Sung Kyu tertawa, "mana mungkin. Kau seperti berlian di sekolah sehingga mereka tidak berani mendekatimu karena kau dan aku berbeda".
Jimin menatap Sung Kyu, "maksudmu?".
"lihatlah pesta ini. Kita dari kalangan berbeda. Orang tua kita berbeda dengan mereka semua bahkan Suho saja keluarganya hanya dari kalangan menengah".
Jimin hampir tersedak dengan ucapan Sung Kyu. Seketika ia mengerti bagaimana tabiat perempuan ini. Tipe perempuan sombong seperti inilah yang Jimin dulu selalu temui di sekolahnya yang lama. Jimin tidak banyak bicara setelah itu.
"kurasa aku ingin menyendiri. Dan kita sudah terlalu banyak mengobrol", Jimin mengangguk sekilas dan meninggalkan Sung Kyu.
Lee Sung Kyu mendengus, "mengobrol apanya. Itukan hanya aku saja yang berbicara", gumamnya. Ia merasa kesal namun apa yang ia duga ternyata benar. Jimin memiliki level yang sama dengan dirinya.
Sung Kyu tidak akan mudah menyerah begitu saja.
___
Seul Gi telah selesai memasak untuk hari ini. Setelah selesai menyiapkan sarapan, ia bergegas untuk berangkat ke sekolah. Do Hyon bangun pagi juga dan itu membuat Seul Gi bingung. Biasanya anak lelaki iti akan bangun sangat mepet dengan waktu sekolahnya tapi sejarang ia sudah rapih san akan memakan sarapan buatan Seul Gi.
"ada angin apa kau bangun sepagi ini?", tanya Seul Gi dari dalam kamar dengan suara kencang.
"bukan urusan noona".
Seul Gi selesai memakai seragamnya, ia keluar dari kamar dan menghampiri Do Hyon untuk memukul pundaknya.
"ada apa? apa kau membuat ulah lagi disekolah? atau kau mau membolos?".
Eomma keluar dari kamar mandi, "Seul Gi, ada apa sih? pagi-pagi sudah marah-marah".
"awas ya sampai kau membuat masalah, Noona yang akan turun tangan".
Do Hyon hanya menjulurkan lidahnya. Ia tahu kakaknya memang galak karena dirinya sering sekali nakal di sekolah tapi setelah kecelakaan yang menimpa ibunya dan ditambah ia tahu bagaimana Kakaknya berjuang sendirian. Ia merasa malu untuk bermalas-malasan seperti biasa.
Sebelum berangkat ke sekolahnya, Do Hyon berkata akan mengantar So Hyun ke sekolah. Seul Gi semakin bingung dibuatnya.
"Eomma, ada apa dengannya?", bisik Seul Gi saat melihat Do Hyon sibuk membantu So Hyun memakai sepatu.
Eomma mengedikkan bahu dan tersenyum melihat pemandangan itu.
Suasana hati Seul Gi berubah jadi baik karena melihat tingkah laku Do Hyon yang berbeda dari biasanya. Seul Gi juga sekarang sedang tidak memiliki pekerjaan sehingga ia akan datang tepat waktu. Ibunya berkata untuk tidak khawatir karena ia masih memiliki tabungan untuk hidup sebulan ke depan. Seul Gi akan mencari pekerjaan lagi tapi ia akan memberitahu Ibunya terlebih dahulu tentang Club.
Saat ia sampai dikelas yang masih sepi. Ia melihat ke arah jendela. Ia tidak pernah melihat pemandangan sekolahnya selama 2 tahun kurang ia bersekolah disini. Ia tidak pernah memperdulikan sekolah maupun orang-orang didalamnya.
"kau sudah datang", ujar Nam Joon pada Seul Gi.
"Iya. Apa itu aneh?".
Nam Joon menggeleng.
"oh ya... aku baru tahu kau bisa dance".
Nam Joon tersenyum, ia tidak pernah mengobrol dengan Seul Gi sebelumnya.
"sedikit".
Seul Gi berfikir mengenai club tari Jimin. Walaupun ia belum mengetahui rencananya.
"apa kau ingin bergabung jika Club tari Jimin berjalan?".
"haruskah?".
"terserah kau saja. Aku hanya menawarkan".
Beberapa anak-anak sudah mulai mengisi ruangan kelas. Mereka mengobrol satu sama lain. Menyapa satu sama lain tapi tidak ada yang menyapa Seul Gi sama sekali. Baru kali ini Seul Gi merasa begini rasanya tidak disapa. Ia biasanya datang tepat saat kelas dimulai jadi ia tidak pernah mempedulikan bagaimana acuhnya teman-teman sekelasnya.
Jimin datang dan banyak yang menyapanya terutama perempuan dikelas. Ia hanya mengangguk seadanya. Jimin mendapati Seul Gi sedang membaca buku pelajaran dimejanya. Ia menghampirinya dan menengok sampul buku Seul Gi.
"ah kau mengagetkanku".
"aku yang kaget dengan keberadaanmu dan kau membaca buku pelajaran".
Diam-diam banyak yang iri melihat Seul Gi dihampiri oleh Jimin yang sekarang duduk dimeja Seul Gi dan bercanda dengannya. Jimin mengusap kepala Seul Gi dan membuatnya tertawa.
Lee Sung Kyu yang lewat kelas mereka dengan sengaja melihat pemandangan itu. Ia merasa kesal mengingat bagaimana Jimin bersikap dingin padanya saat di pesta.
Ye Ri keluar dari kelas dan menggosip bersama teman-temannya mengenai Seul Gi dan Jimin. Sung Kyu ikut bergabung dengannya dan itu membuat Ye Ri merasa takjub.
"apa kau mengenal Jimin dari kelas kami?", tanya Ye Ri dengan matanya yang berbinar melihat Lee Sung Kyu mau berbicara dengannya.
"tentu saja. ada apa dengannya?", tanya Sung Kyu ingin tahu.
"biasalah. Kang Seul Gi selalu menempel padanya. Kurasa ia tidak memiliki malu".
"mungkin kalian yang terlalu lembut padanya sehingga dia tidak menghargai kalian sebagai teman sekelasnya".
Ye Ri mengangguk. Ia terfikirkan sebuah ide untuk memberi pelajaran pada Kang Seul Gi.
"Lee Sung Kyu, apa kau ingin membantu kami?".
"tergantung".
_____