webnovel

Secret In Love

Ada cinta dan kesakitan saat kita harus memilih hidup dengan seorang pria yang tidak kita cintai, Itu yang Reista rasakan.. Merelakan masa mudanya dengan menikahi Duda Tampan kaya Raya dari keluarga Ettrama. Seorang pria yang memiliki kekayaan di atas rata-rata... Mungkin terdengar menyenangkan bukan?. Tapi bagaimana jika ternyata hidup tidak melulu membahas kebahagiaan? Reista harus merasakan hidupnya berantakan karena masa lalu dari suaminya hadir kembali! Kegilaan yang diciptakan oleh mantan istri Ramelson Ettrama, membuat keluarga Ettrama hancur berantakan. Penculikan, kekerasan, pembunuhan!.. berkumpul jadi satu dan membuat banyak kesakitan kepada Jiwa-jiwa suci yang tidak mengerti apa apa.. Hidup Reista bahkan harus berselisih dengan Racun yang menggerogoti tubuhnya dan membuat kedua bola matanya lepas!! Apakah kesakitan akan selalu menghantui Hidup Reista? apakah cinta akan membuat Reista bertahan bersama Ramelson Ettrama? semua akan dibahas dalam Bab-Bab selanjutnya.. Jangan lupa tinggalkan Komentar positif, Berikan koin di setiap bab terkunci. hal ini akan membuat penulis menjadi lebih bersemangat lagi... [Sequel berjudul, Secret In Love: Ahli Waris] Selamat membaca dan semoga hari kalian menyenangkan!!

silvaaresta · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
430 Chs

Author pov

Ramelson merasa jantungnya seolah berhenti saat salah satu maid mengatakan bahwa istrinya pingsan dan darah mengalir dari hidungnya.

langkah kakinya dipercepat untuk menuju ruang tamu, Reista masih disana, saat terakhir kali mereka berdua bertengkar tadi.

Bedanya saat ini Reista terbaring lemah dan disampingnya sudah ada Renandra yang menangis histeris. Ramel dengan cepat mengangkat tubuh istrinya dan keluar dari mansion. supir sudah siap untuk mengantarkan mereka kerumah sakit.

Tanpa banyak bicara dan bertanya, Ramel hanya diam sembari memangku istrinya dengan tenang. tidak ada yang bisa menggambarkan bagaimana raut wajah Ramel saat ini. tersembunyi ketakutan besar dalam hatinya, ada secuil rasa bersalah karena sudah memaki istrinya dengan kasar.

Ramel hilang kendali atas dirinya sendiri, kehadiran Andine dikantornya tadi siang benar-benar mampu menghancurkan seluruh pertahanan dirinya. tidak bermaksud menyakiti hati istrinya, tidak bermaksud membuat istrinya pingsan dan hidunya mengeluarkan darah sebanyak ini.

Renandra berada disampingnya dan terus menggenggam tangan Reista.

suara tangis dari anaknya tidak membuat Ramel berusaha untuk menenangkan, hatinya juga kalut. melihat Reista yang berulang kali pingsan tak berdaya seperti ini. Ramel tidak bisa menjanjikan kebahagiaan, Ramel tidak bisa menjadi seseorang yang bisa dijadikan pundak untuk bersandar. karena dirinya pun butuh pundak untuk menguatkan hari-harinya.

Mereka sudah sampai dirumah sakit terdekat, Ramel merasa Reista butuh pertolongan dengan cepat. membuang-buang waktu jika mereka harus pergi kerumah sakit milik keluarga ettrama.

para suster keluar dengan cepat, menaruh Reista diatas brankar rumah sakit. masuk kedalam ruang UGD dan menjalankan banyak macam pertolongan pertama.

Ramel hanya diam didepan pintu ruangan dengan pandangan kosong, genggaman tangan Renandra tidak dirasakan Ramel. anaknya itu sudah duduk dengan tenang menghadap pintu ruangan saat Reista masuk tadi.

Terdengar banyak suara kaki yang datang menuju kearah mereka, disana ada Nyonya Gornio dan Tuan Gornio. penjaga dirumah Ramel sudah menghubungi mereka sejak tadi.

Tangis Nyonya gornio terdengar terisak, memeluk cucunya yang diam namun tanganya tak berhenti bergetar.

"Mommy.... Mommy gak kenapa napa kan Oma? tadi Mommy memang terlihat lelah, Renandra cuma tinggalin sebentar untuk panggil Bibi Irene, tapi pas Renand balik. mommy pingsan, hidungnya banyak darah, Renand takut Oma". isakan Renandra membuat siapapun yang mendengarnya pasti merasakan pilu yang mendera. anak sekecil itu sudah harus merasakan banyak kesakitan.

"Mommy pasti baik baik saja, percaya sama Oma. oke?" Renandra hanya mengangguk. nyonya gornio mendesah kasar saat memandang wajah anaknya Ramelson. nyonya gornio sudah tau kenapa Reista bisa jatuh pingsan. Maid dirumah mereka sudah menceritakan melalui telepon bahwa Ramel dan Reista sempat bertengkar dan makian dari Ramel membuat hati nyonya gornio tersayat. ia tidak pernah merasa membesarkan anak yang jahat seperti Ramel. ia tidak seperti anaknya dulu, Ramel yang dulu tidak pernah sampai hati memaki orang lain.

Dokter yang menangani Reista keluar dari ruangan, membuka masker dan tersenyum kearah keluarga ettrama.

"bagaimana anak perempuan saya Dok?" Tuan Gornio yang lebih dulu bertanya, raut wajahnya yang tenang namun tingkat kekhawatiran tak berhenti mendera hatinya.

"nyonya Reista baik-baik saja, tapi memang sepertinya dia mengalami tekanan yang sangat tidak baik. tubuhnya semakin lemah, saya sarankan jika memang ada masalah keluarga atau lainya oleh nyonya Reista tolong dibantu, karena itu bisa mempengaruhi pertumbuhan janin yang ada didalam kandungannya. stress yang berlebihan bisa memicu keterlambatan dalam tumbuh kembang janin". ucapan Dokter tadi memberikan rasa lega sekaligus rasa terkejut bagi keluarga Ettrama.

"menantu saya hamil dok?" nyonya gornio memastikan sekali lagi bahwa perkataan dokter tadi adalah kebenaran.

"iya, selamat untuk tuan Ettrama".

"syukurlah, terimakasih dok".

"nyonya Reista akan kami pindahkan ke ruang perawatan. pihak keluarga bisa mengurus administrasi untuk biaya perawatan".

"baik kalau begitu, tolong pindahkan menantu saya di ruangan yang terbaik". dokter itu mengangguk dan masuk kembali keruangan UGD.

Nyonya Gornio dengan cepat membawa Renandra untuk mengurus administrasi menantunya.

sedangkan Ramel dengan nafas yang terdengar lega mengacak rambutnya perlahan. entah apa yang ada didalam pikirannya saat ini. dia hanya butuh udara segar.

"kita keluar sebentar, Daddy ingin bicara denganmu". ucapan tuan Gornio yang rendah namun terdengar begitu tegas tak ingin dibantah. Ramel hanya mengikutinya dengan perlahan.

Mereka ada ditaman belakang Rumah sakit, pencahayaan yang bagus dan udara malam yang dingin membuat Ramel seakan bisa bernafas dengan tenang.

"kamu sudah dengar perkataan dokter tadi, istri kamu hamil dan tidak boleh merasakan stress yang berlebihan. Daddy tau apa yang terjadi dikantor tadi siang dan pertengkaran kalian berdua. Daddy tidak ingin ikut campur urusan keluarga kalian, namun jika terus Daddy biarkan sifatmu yang tak terkendali ini, dan membuat calon cucu Daddy kenapa-kenapa, maka Sudah jadi tanggung jawab Daddy untuk menuntaskan semuanya. Semua tergantung dirimu, bersikaplah dengan baik didepan Reista. dan buat istrimu nyaman tanpa beban pikiran, karena kau tau sendiri bagaimana Mommy kamu jika sudah bertindak, dipastikan perempuan yang mirip dengan andine itu akan dihancurkan dalam sekejap mata oleh kekejaman ibumu sendiri". Tuan Gornio menatap anak semata wayangnya dengan pandangan sayang. anaknya sedang salah arah saat ini, raganya terombang ambing dimasa lalu.

Reista hampir masuk kehati Ramel, namun kedatangan perempuan yang mirip dengan andine mampu menghancurkan itu semua. Tuan Gornio yakin ada rencana besar dari perempuan itu. anaknya ini memang pintar, namun jika bicara soal cinta maka kepintarannya seperti hilang. harus ada yang membantu Ramel untuk pulang kerumahnya sendiri, rumah yang sudah ada istri dan anaknya. bukan kepada perempuan itu.

"ya, Ramel akan coba dad". Tuan Gornio mengangguk dan berjalan kembali untuk melihat Reista. membiarkan Ramel menenangkan pikirannya yang sedang kacau.

mau bagaimanapun Ramelson tetaplah anaknya, sudah seharusnya seorang ayah menuntun anaknya kejalan yang benar.