"Ha...!! Jadi lo nyerahin keperawanan lo ama dia? lo seius? Lo ga lagi ngigo kan?"
"Ga, ra... gw serius, gw terlalu terhanyut malam itu, ya udah lah terus mau gimana lagi coba?"
"Ya Lo minta dia tanggung jawab lah, May.."
"Tapi gw... gw...."
"Ya ampun Mayang, ga pakai tapi-tapian, pokoknya lo harus bilang sama Firman, lo harus ngaku ke Firman kalo dia udah ambil ke virginan lo."
"Iya, tapi..."
"Ya Allah May, kalo lo ga jujur sama Firman, gimana kalo lo hamil?"
"Tapi kita cuma lakuin itu sekali, masa langsung hamil sih.."
"Ya siapa yang tahu May, tapi kalo kamu bener-bener hamil gimana coba?"
"Ya deh, ra.. nanti aku akan jujur sama Firman."
"Nah gitu dong, itu baru sahabat gw, udah dulu ya.. gw dipanggil abang gw."
"Ya udah, salam ya buat abang lo."
"Oke deh nanti gw sampein.. bye Mayang"
"Bye Maura."
Mayang menarik nafas panjang, obrolan yang panjang dengan sahabat satu-satunya yang ia miliki, memunculkan kelegaan pada dirinya, memantabkan hati untuk kembali menerima Firman di hatinya. Memang kadang kita membutuhkan seseorang untuk mendukung langkah kita, bukan?
Dip Dip Dip
Mayang menatap ponselnya yang tergeletak disisi ranjang, meraih benda pipih itu dan menggeser tombol berwarna hijau.
"Hallo, May... sudah tidur?"
"Belu, kenapa?"
"Kangen sama kamu.."
"Halah, gombal.."
"Serius, coba sekarang kamu buka pintu apartemen kamu."
"Ada apa memang?"
"Ada rindu yang sedang menanti?"
"Lebay."
"Makanya buka."
Tanpa menjawab, Mayang keluar dari kamar dan membuka pintu apartemennya, alangkah terkejutnya ketika melihat sosok Firman yang sudah berdiri dengan kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celana pendeknya.
"Ngapain kamu malam-malam kesini?"
"Aku mau istirahat, besok aku harus berangkat kerja pagi-pagi kalau telat bisa kena SP aku."
"Kamu lupa kalau aku bossnya?" Kata Firman sambil nylonong masuk ke dalam apartemen Mayang.
"Ga sopan, aku kan ga nyuruh kamu masuk."
"Biarin," jawab Firman cuek sambil melangkah ke arah sofa dan mendaratkan tubuhnya disana.
"Ih.. nyebekin." Ucap Mayang sambil menutup pintu apartemen dan melangkah mengikuti Firman, duduk di sofa single menatap ke arah Firman yang sudah merebahkan tubuhnya disana sambil menutup matanya menggunakan lengan.
"Mau ngapain sih kesini, belum ada dua jam kamu pulang sekarang datang lagi."
Firman menurunkan lengannya, matanya menatap ke arah wanita cantik dihadapannya.
"Udah bilang kangen, aku ingin tidur disisni."
"Kamu udah punya apartemen sendiri, ngapain kamu nginep disini?"
"Mau nemenin calon istri, dan calon jabang bayi di perut kamu."
"Ih... apaan sih Firman, dah ah.. terserah kamu, aku mau tidur, ngantuk, badanku capek." Ucap Mayang sambil beranjak dari sofa hendak pergi ke kamarnya.
"May.." Mendengar namanya dipanggil, Mayang menghentikan langkahnya, merasakan lagi dekapan hangat Firman. Mayang memejamkan matanya meredam gejolak yang ada di hatinya.
"May, aku cinta sama kamu, aku sayang sama kamu, dari dulu sampai sekarang, kita mulai dari awal ya, Please May, aku ga bisa kalau harus kehilangan kamu lagi.
Mayang terdiam, dia masih mengingat obrolan dia dengan Maura, Apa ini saatnya dia menerima Firman? Melupakan sakit hatinya dahulu, menghilangkan dendam di hatinya?
"May, jawab... jangan diem aja."
"Ya, aku udah maafkan kamu."
"Kita mulai dari awal ya, May."
"Hm.."
Mendengar jawaban yang diluar dugaannya, bak mendapatkan angin surga yang semilir menyejukkan hati dan jiwa Firman, kedua sudut bibirnya terangkat dan tertawa gembira, Firman mengangkat tubuh Mayang dari belakang dan berputar-putar karena saking bahagianya.
"Firman, berhenti... kamu buat kepalaku jadi pusing."
"Oke.. Oke.. Maaf sayang... aku sangat bahagia, aku tak pernah merasakan sebahagia ini sebelumnya, terimakasih Mayang karena sudah mau menerimaku, i love you... i love you... Mayang." Ucap Mayang sambil berulang kali mengecup pipi Mayang dari belakang. Kemudian Firman membalikkan tubuh Mayang supaya menghadap ke arahnya, menyatukan kening mereka, dan kedua tangan Firman menangkup kedua pipi lembut Mayang.
"Jangan pergi lagi, May... aku bisa gila jika harus berpisah lagi darimu."
"Aku ga akan pergi, kecuali kamu sudah tak mengharapkan aku lagi, Fir.."
"Itu ga akan terjadi, aku selalu berharap kamu selalu ada bersamaku, menemani hari-hariku, aku ingin membahagiakanmu, May.."
"Ya, aku percaya sama kamu."
"Jawab pertanyaan aku May, malam itu kita melakukannya kan May? Jujur May.."
Mayang mengangguk perlahan, dan air matanya menetes tanpa dapat ia tahan.
"Maafkan aku May, aku akan bertangung jawab, kita akan menikah secepatnya, oke?"
Kembali Mayang hanya mengangguk sebagai jawaban, wajahnya ia benamkan di dada bidang milik Firman, ciuman dipucuk kepalanya membuat ia sedikit tenang dan menghentikan isakannya.
"Maafkan aku Fir, kemarin aku sempat ga jujur sama kamu."
"Ga apa-apa, aku paham yang kamu rasakan, tapi kenapa ga jujur kalau kamu Mayang sigendut dan culun, tapi sayangnya membuat aku jatuh cinta."
Mayang menarik Firman supaya duduk lagi di atas sofa, namun justru Firman yang menarik mayang supaya duduk di pangkuannya.
"Beginikan lebih enak... sekarang ceritakan kenapa kamu ga jujur kalo kamu Mayang Larasati?"
"Sebenarnya aku ga tahu kalau bos aku itu kamu, nama Firman banyak ga cuma satu orang, tapi ternyata Firman yang jadi bos aku adalah Firman yang dulu pernah menolak aku."
"Terkejut pada awalnya, antara benci dan..."
"Dan apa?"
"Dan sayang.." Firman tersenyum mendengar kata terakhir yang Mayang ucapkan.
"Terakhir kali kita ketemu disekolah, aku sengaja mengatakan cinta sama kamu, aku hanya ingin kamu tahu kalau selama ini aku suka sama kamu, aku sudah bersiap-siap menerima jawaban dari kamu, tapi keadaannya jadi berubah saat itu."
"Dan hari itu sebenarnya hari terakhir aku sekolah disana, karena aku harus ikut orang tuaku pindah sesuai daerah tempat tugas ayahku."
"Dan mulai hari itu juga, aku berusaha mati-matian untuk berubah dan menurunkan berat badanku, dengan alasan dapat mendapat laki-laki yang lebih baik dari dirimu, dan membalas dendam sakit hati karena penolakan mu."
Firman tersenyum kecut, dia sungguh tak menyangka jika dia telah menyakiti gadisnya itu terlalu dalam, tapi dia bersyukur allah masih berkenan mempertemukan dia kembali dengan Mayang, jadi dapat menebus kesalahannya dan meluruskan kesalahpahaman yang terjadi antara mereka.
"Asal kamu tahu, May... aku menunggumu sepanjang hari itu tapi kamu ga muncul lagi di kelas, dan sepulang sekolah aku mencarimu kerumah, tapi rumahmu telah kosong, dan tetanggamu tak ada satupun yang tahu kemana kamu pindah." Firman menarik nafas panjang dan menghembuskan perlahan.
"Kamu tahu May, aku mencarimu seperti orang gila hingga kita lulus sekolah, bahkan sampai di tempat kuliahpun aku berharap bisa bertemu denganmu, namun itupu tak terjadi, tapi takdir berbaik hati padaku, membawamu kembali dihadapanku, dan aku takkan melepasmu lagi May... jadi jangan coba-coba lari dariku."
Mayang menatap kedua mata Firman, dan mencium pipinya sekilas.
"Aku ga akan lari lagi."
"Janji..."
"Aku janji..."
Firman mencium bibir Mayang dengan lembut, perlahan Mayang membalas ciuman dari Firman dengan kedua tangannya mengalung pada leher Firman. setelah beberapa menit mereka sama-sama melepaskan tautan bibir mereka.
Firman membelai perut rata Mayang seraya tersenyum.
"Semoga kau cepat tumbuh disana ya, agar bunda kamu benar-benar ga bisa pergi dari ayah." Mayang mencubit gemas hidung Firman.
"Aduh, sakit bunda..."
"Apaan coba, belum tentu juga aku hamil."
"Tapi aku berharap kamu hamil, dan aku akan menjadi orang yang sangat bahagia di dunia ini."
"I love you Mayang."
"I love you more... Firman."