webnovel

Part 21

" Kamu mau pergi lagi?" tanya Fatma saat pagi-pagi Zabran mengantar Yasmin ke rumahnya.

" Iya, Ummi!" jawab Zabran.

" Baru seminggu yang lalu kamu pergi 3 hari, kok, udah pergi lagi?" tanya Fatma yang kurang suka jika Zab terlalu sering meninggalkan Yasmin.

" Kali ini Zab perginya agak lama, Ummi! Ada sedikit masalah di perusahaan Zab yang di Aussie. Zab pikir waktu kesana kemarin sudah beres, ternyata masih belum!" kata Zabran.

" Apa nggak bisa diwakilkan?" tanya Zab.

Sebenarnya selama ini semua pekerjaan di luar kota ato negara bisa dia wakilkan pada Adrian, tapi dia hanya ingin menjaga jarak dengan Yasmin saja.

" Nggak bisa, Ummi! Ini penting sekali! Bisa-bisa malah seminggu lebih!" jelas Zabran.

Fatma menatap menantunya yang sedang tersenyum padanya.

" Maafin suami kamu ya, nak!" ucap Fatma mengusap tangan Yasmin.

" Ummi! Kak Zab bekerja kan demi masa depan Yasmin juga!" kata Yasmin bijaksana.

" Kamu memang istri yang baik! Ummi do'akan semoga kalian segera mendapatkan keturunan!" ucap Fatma.

" Aamiin!" jawab Yasmin pelan.

Sementara Zabran hanya terdiam, pura-pura tidak mendengar dan serius dengan dokumennya. Fatma hanya menatap putranya sedih. Apa kalian masih saja jalan di tempat? Apa yang harus Ummi lakukan agar kalian benar-benar bahagia bersama? batin Fatma.

" Assalamu'alaikum!"

" Wa'alaikumsalam!" balas Fiza yang saat itu sedang membantu umminya mencatat pembukuan.

" Abaaaaa!" teriak Fiza saat dilihatnya pria tengah baya berjambang dan jenggot yang panjang tersenyum di pintu ruang kerja abanya.

Fiza berlari setelah meletakkan bukunya dan memeluk Harun dengan erat.

" Ahhh!" teriak Harun pelan saat tubuh Fiza menabrak tubuhnya.

" Aba jahat! Lama banget perginya!" ucap Fiza dengan airmata yang sudah membasahi pipinya.

" Maaf! Aba baru bisa pulang karena disana sedang ada masalah!" jawab Harun mencium rambut putrinya.

Tatap matanya tidak lepas dari wajah seorang wanita yang beberapa hari ini selalu muncul di dalam mimpi dan do'anya. Kedua mata Fatma telah berkaca-kaca saat melihat belahan jiwanya berada di hadapannya.

" Apa boleh Aba ke ummi sebentar?" tanya Harun pada Fiza.

" Maaf!" ucap Fiza baru sadar jika dia menahan abanya.

Fiza melepaskan pelukannya dan meninggalkan kedua orang tuanya sendiri setelah menutup pintu ruangan itu.

" Masya Allah! Aba sangat merindukan istri Aba yang cantiknya seperti bidadari surga!" ucap Harun yang sudah duduk di dekat Fatma.

" Ummi lebih merindukan aba!" sahut Fatma lembut.

Harun memeluk dan mencium wajah Fatma dengan penuh kasih sayang dan kelembutan. Keduanya begitu saling merindukan selama sebulan lebih berpisah.

" Aba sangat merindukan semua yang ada pada ummi!" bisik Harun.

" Ummi juga!" sahut Fatma.

Sementara diruang tengah, Fiza terkejut melihat seorang pria yang duduk dengan mata terpejam.

" Kak Zib?" panggil Fiza.

Mata Zibran terbuka dan melihat adik bungsunya.

" Apa kamu nggak kangen sama kakak?" tanya Zibran membentangkan kedua tangannya.

Dengan cepat Fiza berlari dan menubruk tubuh kakaknya yang sudah berdiri.

" Tentu saja Fiza kangen!" ucap Fiza.

" Kakak juga kangen sama kamu!" balas Zibran membalas pelukan Fiza dengan erat.

Harun kembali ke Indonesia bersama dengan Zibran, karena Harun meminta Zibran untuk membantunya mengurus perusahaan dan yayasan. Awalnya Zibran marah dan merasa dibohongi oleh abanya dan menganggap kedua orang tuanya lebih menyayangi kakaknya. Tapi dengan penuh kesabaran, Harun menasehati dan juga mengajak diskusi putra sambungnya itu dari hati-ke hati, hingga Zibran sadar dan memahami semua tindakan yang dilakukan orang tuanya.

" Ummi mau kalian berdua menyelesaikan semuanya dengan kepala dingin!" kata Fatma pada Yasmin dan Zibran saat mereka selesai makan malam.

Mereka semua duduk di teras belakang, dengan Fatma dan Harun di ayunan dekat kolam renang, sementara Ezzah dan Fiza di kursi taman. Sedangkan Yasmin dan Zibran duduk di sofa teras rumah.

" Apa kabar?" tanya Zibran.

" Alhamdulillah sehat! Kamu?" tanya Yasmin tanpa melihat adik iparnya.

" Alhamdulillah sehat juga!" balas Zibran.

Ponsel milik Fiza bergetar, nama Kak Zab tertera di ponselnya.

" Assalamu'alaikum, Kak!" sapa Fiza.

" Wa'alaikumsalam! Lagi dimana?" tanya Zabran.

" Lagi di dekat kolam!" jawab Fiza.

" Ohhh! Apa Ummi sudah tidur?" tanya Zab.

" Nggak! Ummi lagi disini sama Aba!" jawab Fiza.

Tiba-tiba suara Zab menghilang. Fiza melihat ponselnya, ternyata Zab merubah panggilannya menjadi VC.

" Mana Aba?" tanya Zab.

" Tuh!" Fiza menekan gambar kamera dan kamera depan ponselnya menjadi kamera belakang.

" Za!" panggil Zab.

" Ya?" jawab Fiza setelah merubah kembali posisi kameranya.

" Apa...Aba pulang sendiri?" tanya Zab datar.

" Nggak! Kak Zib juga ikutan, tuh!" Fiza kembali memutar kameranya.

Deg! Mereka sedang apa berduaan begitu? tanya hati Zab. Tangannya mengepal sempurna melihat adik dan istrinya. Tiba-tiba Zab mematikan panggilannya.

" Lho, Kok..."

" Kenapa, dek?" tanya Ezzah.

" Mati!" ucap Fiza menunjukkan ponselnya.

" Low bat kalee!" kata Ezzah.

Fiza mencoba menghubungi ponsel Zab, terlihat berdering, tapi tidak diangkat. Sekali lagi dia menghubungi ponsel Zab, terdengar nada panggil tapi tetap tidak diangkat.

" Maafkan atas semua yang terjadi!" kata Zibran.

" Iya! Saya juga bersalah dalam hal ini!" kata Yasmin.

" Saya harap ke depannya kita bisa menjadi saudara!" kata Zibran.

" Iya! Mudah-mudahan!" jawab Yasmin dengan ragu, karena dia tahu jika Zab memiliki rencananya sendiri.

Malam itu semua tidur sedikit larut, karena Harun dan Zibran banyak bercerita tentang kehidupan mereka selama berada di sana. Kadang mereka tertawa karena ada beberapa kejadian lucu, kadang juga geram karena marah.

Keesokan harinya mereka kembali pada rutinitas sehari-hari, bangun untuk shalat tahajud kemudian mengaji bersama dan lanjut shalat subuh dan dhuha kemudian sarapan pagi.

" Aba mau langsung ke kantor?" tanya Fatma saat mereka selesai sarapan.

" Mungkin lusa, Ummi! Aba masih ingin istirahat sebentar, biar Zib yang kesana, Aba minta dia ambil beberapa dokumen yang perlu tanda tangan Aba!" kata Harun.

" Iya, Ummi! Semalam Aba minta Zib buat ke kantor!" kata Zib yang duduk di dekat Abanya.

" Kak Yas katanya mau ke kantor?" tanya Fiza.

" Kak Zab tidak bisa dihubungi!" kata Yasmin dengan menunjukkan ponselnya.

" Disana sudah jam 11 malam, mungkin sudah tidur!" kata Fatma.

" Kamu nggak sekolah?" tanya Zib pada Fiza.

" Lagi ada repat, Kak! Fiza mau nemenin Aba sama Ummi ke rumah Om Daffa!" kata Fiza.

" Ada acara, Ba?" tanya Zib.

" Nggak ada! Cuma kemarin Om kamu ada pesen sesuatu sama Aba!" kata Harun menjelaskan.

" Jam berapa mau kesana, Ba?" tanya Zib lagi.

" Kira-kira jam 10an aja!" jawab Harun.

" Zib mau pergi sekarang ambil dokumen, nanti biar Zib antar ke rumah Om Daffa!" kata Zibran lagi.

" Kalo gitu biar Yasmin pergi sama kamu dan Fiza! Antar dia ke kantornya untuk mengambil dokumen!" kata Fatma.

" Apa nggak merepotkan, Ummi?" tanya Yasmin tidak enak.

" Tentu saja tidak!" sahut Zibran cepat.

Yasmin menghela nafasnya, perasaannya tidak enak dari tadi, entah akan ada kejadian apa yang menantinya.

" Baiklah!" jawab Yasmin yang berdiri dan naik ke kamarnya.