webnovel

Part 22

Selama perjalanan hanya Fiza yang banyak bicara, sementara Zibran dan Yasmin hanya sebagai pendengar walau sesekali ikutan bicara. Fiza tahu kisah kakaknya dan kakak iparnya, karena itu dia berinisiatif berbicara agar suasana tidak kaku.

Zibran mengantar Yasmin pergi ke kantornya untuk mengambil beberapa dokumen, tapi dia tidak ikut masuk, hanya Fiza yang ikutan masuk ke kantor Yasmin. Beberapa lama kemudian mereka lanjut ke perusahaan Harun untuk mengambil dokumen juga. Dan disini juga Yasmin tidak ikutan masuk, hanya Zibran saja yang masuk.

" Kak! Bisa mampir dulu sebentar beli kue di toko langganan ummi?" tanya Fiza.

" Ok!" sahut Zibran..

Saat itu beberapa meter di depan mobil mereka akan mendekati perempatan lampu merah. Zibran menyalakan lampu sein sebelah kanan dan berhenti menunggu lampu berwarna hijau.

" Kak Yas mau?" tanya Fiza memecah kesunyian.

" Boleh! Kakak nanti ikut masuk saja!" jawab Yasmin.

" Ok!" jawab Fiza.

Setelah lampu lalu lintas berubah menjadi hijau, Zib perlahan menjalankan mobilnya mengikuti laju mobil di depannya, kemudian dia membelokkan mobilnya ke arah kanan. Kira-kira 200 m dia membelokkan mobilnya ke kiri, ke arah parkiran ruko dimana toko kue itu berada.

" Kakak turunin kamu di depan toko aja, ya! Nanti kak Zib jemput lagi ato kamu cari Kakak!" kata Zibran yang menjalankan mobilnya perlahan.

" Apa nggak lebih baik kita parkir dulu aja, Kak? Sepertinya lagi rame!" kata Fiza.

" Kelamaan nyari parkiran nanti Ummi sama Aba keburu lama nunggunya!" kata Zibran.

" Ok, deh!" jawab Fiza.

Zibran melajukan mobilnya dan berhenti di depan toko kue tersebut yang letaknya di dekat tikungan.

" Kakak cari parkiran ato kalo nggak muter-muter aja!" kata Zib.

" Iya, deh! Kayaknya masih sepi!" jawab Fiza.

Yasmin dan Fiza keluar dari mobil, tiba-tiba sebuah sepeda motor lewat dan menyambar tas yang dibawa Yasmin sambil mendorongnya sehingga wanita itu menabrak pintu mobil dan terjatuh karena kerasnya dorongan itu.

" Masya Allah!" teriak Yasmin karena terkejut.

Penjahat itu melajukan motornya dengan kencang. Zib yang mendengar teriakan Yasmin dan sempat melihat ke arah spion, segera turun dan berlari mengejar penjahat itu. Beruntung pintu keluar ruko tertutup, karena untuk membukanya harus membayar dulu. Mereka sepertinya bingung mau lewat mana, dengan nekat mereka akan menerobos palang pintu. Zibran mempercepat larinya dan ternyata salah satu dari mereka turun untuk merusak palang pintu tersebut. Zibran yang khawatir mereka kabur, melihat ada tong sampah di sekitar situ, dengan cepat diraihnya tong tersebut dan dilemparkannya ke arah si pengendara.

Brukkk! Tong tersebut mengenai punggung si pengendara yang membuat dia terjatuh karena menabrak palang pintu akibat tangannya dengan reflek menaikkan gas motornya. Temannya yang melihat segera menolong dan melihat Zibran yang mendekat. Saat Zibran sudah di depan mereka, penjahat yang tidak terjatuh mencoba memukul Zibran tapi bisa ditangkis olehnya. Merekapun terlibat perkelahian. Zibran tidak menyadari jika yang satu lagi masih bisa berdiri dan menusuknya dengan sebilah pisau.

" Awasssss!" teriak seseorang.

Zibran terkejut mendengar teriakan seseorang, dia segera memutar tubuhnya dan melihat pisau di tangan penjahat itu yang sudah mengarah ke perutnya.

Cressss! Pisau berhasil menggores perut Zibran tapi tidak sampai menancap karena Zibran menghindar. Darah membasahi kemeja pria itu. Dengan amarah yang menumpuk, Zibran menghantam wajah penjahat itu dengan sangat keras dan membuat penjahat itu langsung terkapar.

" Woewwww!" teriak beberapa orang termasuk security yang mendekati area perkelahian.

Melihat banyak yang datang, teman penjahat itu langsung kabur meninggalkan tempat itu. Sementara yang satu lagi di bawa ke kantor security untuk dibawa ke kantor polisi.

" Anda berdarah!" ucap seseorang.

" Trima kasih atas bantuannya!" ucap Zibran sambil melihat ke arah perutnya dan merabanya, Masya Allah, sakit juga ternyata! batin Zibran yang melihat kemejanya sudah basah karena darah.

" Bisa anda duduk? Saya akan melihat luka anda!" kata orang itu lagi.

Zibran menatap orang tersebut. Deg! Deg! Cantik! Astaughfirullah! batin Zibran menundukkan kepalanya. Zibran hanya diam dan akan pergi meninggalkan gadis itu, tapi tiba-tiba tangannya di pegang oleh gadis itu.

" Saya dokter!" kata gadis itu.

" Astaughfirullah!" ucap Zibran yang melepaskan tangan dokter itu dengan pelan.

" Maaf! Kita bukan muhrim!" kata Zibran sambil memegangi perutnya.

Deg! Jantung dokter itu berdetak kencang. Dia merasa kagum dengan pria di depannya itu. Seketika hatinya berbunga-bunga dan jantungnya berdebar-debar.

" Saya akan memakai surgical gloves!" kata dokter itu lagi.

Tapi diluar ekspektasinya, Zibran hanya terdiam sambil berlari meninggalkan dokter itu sendiri. Dokter itu hanya terpaku di tempatnya.

" Pak! Kemana 2 orang..."

" Mereka dibawa ke klinik ruko ini, Mas! Karena yang satu pingsan dengan kepala berdarah!" kata seorang security yang menunggui mobil Zibran.

" Astaughfirullah! Yang pakai baju warna apa?" tanya Zibran terkejut.

" Yang pake baju warna hijau!" jawab orang itu.

" Masya Allah, Yasmin!" ucap Zibran pelan.

" Bisa antar saya kesana, Pak?" tanya Zibran.

" Bisa, Mas!" jawab orang itu lagi.

Zibran menaiki mobilnya bersama orang tersebut, sebelumnya dia mengambil kaos dalam di dashboard mobilnya dan mengikatkannya ke perutnya, agar darah yang keluar bisa sedikit berkurang.

" Mas terluka?" tanya orang itu.

" Sedikit!" kata Zibran sambil mengikuti petunjuk orang itu dimana klinik itu berada.

" Itu, Mas!" kata orang itu menunjuk sebuah klinik disebelah kanan.

Zibran melihat ada tempat parkir kosong tepat di depan klinik tersebut. Dia mematikan mesin mobilnya dan keluar dari mobilnya.

" Trima kasih, Pak!" kata Zibran.

" Sama-sama!" jawab security itu.

Zibran berlari menuju pintu klinik dan langsung menuju ke meja informasi.

" Selamat Pagi! Ada pasien pingsan yang baru saja masuk? Namanya Yasmin Zhafirah Kabir!" tanya Zibran.

" Sebentar ya, Pak!" kata petugas itu sambil mengetikkan ke komputernya.

" Masih di UGD! Silahkan bapak ke arah sana!" kata petugas itu menujuk sebuah pintu kaca bertuliskan IGD yang berada di sebelah kanannya.

" Trima kasih!" kata Zibran meninggalkan petugas itu dan bergegas ke IGD klinik.

DIbukanya pintu kaca itu dan dilihatnya Fiza sedang menundukkan kepalanya sambil menangis.

" Fiza!" panggil Zibran.

" Kakkkk!" sahut Fiza yang berdiri dan berlari menubruk tubuh kakaknya.

" Kak Yas!" ucap Fiza dengan bahu naik turun karena tangisnya.

" Kita berdo'a saja, semoga Yasmin baik-baik saja!" kata Zibran.

" Aamiin! Iya, Kak!" sahut Fiza.

Kemudian mereka duduk di ruang tunggu klinik. Zibran meraih ponselnya dan membuka link tentang klinik tersebut. Sebenarnya kalo disebut klinik, tempat ini terlalu mewah, karena bangunannya yang berlantai 5 yang merupakan gabungan dari 3 ruko. Dan klinik ini memiliki tempat rawat inap dengan dokter-dokter spesialis yang sangat terkenal dan ahli di bidangnya. Setelah membaca hal itu, Zibran tidak khawatir, karena Yasmin akan ditangani oleh orang yang ahli di bidangnya.

Seorang dokter keluar dari sebuah ruang di dalam IGD tersebut.

" Keluarga Nyonya Yasmin!" panggil dokter itu.

" Ya, Dok! Saya adik iparnya!" jawab Zibran yang langsung mendekati dokter itu.

" Kakak ipar anda terluka di dahi dan kakinya! Dahinya terbentur dan kakinya sepertinya terserempet sehingga terluka!" jelas dokter itu.

" Apakah dia harus rawat inap?" tanya Zibran khawatir.

" Jika kakak anda tidak merasa pusing, dia bisa langsung pulang, hanya saja untuk beberapa hari kakinya belum bisa digunakan untuk berjalan dengan baik!" kata dokter itu lagi.