"Akhirnya ini berakhir juga. Acara seperti itu sungguh membuatku capek," gumam Yura lega. Dia mengusap wajahnya yang lelah karena harus terus tersenyum di depan para wartawan, Ketika hendak meminta sopirnya untuk segera memacu mobil, sesosok wanita dengan tubuh kurus menghampirinya.
"Siapa itu? Apa Anda mengenalinya, nona?" Sarah langsung bertanya karena merasa takut. Dia berpikir mungkin saja itu penggemar fanatik Yura.
Wanita bertubuh kurus itu perlahan mendongak. Dia tersenyum lebar ke arah Yura. Kulitnya putih dan tampak halus. Ternyata dia adalah Farah yang tadi baru saja berdiri di atas panggung bersama dengan Yura.
"Yura..." Farah menatap Yura dengan tatapan sedih.
"Untuk apa kamu menemuiku? Bukankah kita baru saja bertemu tadi saat konferensi pers
?" tanya Yura sedikit ketus.
"Yura, aku di sini untuk mengakui kesalahanku," jawab Farah dengan ragu.
"Kesalahan apa? Kamu tidak melakukan kesalahan apa pun," kata Yura berusaha mengakhiri pembicaraan ini. Nada suaranya dingin, dan setelah berbicara, dia berbalik untuk segera pergi.
Farah sedikit kesal dengan sikap Yura. Dia hampir saja meluapkan emosinya, ketika tiba-tiba teringat dengan perintah Marissa. Farah menundukkan kepalanya mencoba menahan amarahnya dan memohon sambil memegang tangan Yura, "Yura, aku mohon beri aku kesempatan untuk berubah. Aku benar-benar datang ke sini untuk mengakui kesalahanku kepadamu. Aku tahu aku sudah melakukan kesalahan yang sangat fatal sebelumnya, dan aku tidak ingin... Yura, kamu tahu aku tidak punya apa pun. Tara memaksaku untuk melakukan beberapa hal, jadi aku harus patuh padanya. Aku tidak benar-benar ingin melakukannya. Jadi..." jelas Farah dengan kalimat menggantung.
Yura mencibir. Dia telah melihat wajah asli Farah di kehidupannya enam tahun kemudian, jadi dia tidak peduli dengan apa pun yang dikatakan oleh gadis ini.
"Yura, maafkan aku. Kamu adalah idolaku. Aku dapat mencapai titik ini berkat saran dan semua bantuan darimu. Terima kasih banyak, Yura" ucap Farah berusaha mengambil hati Yura.
Ketika Farah pertama kali memasuki industri hiburan, dia hanyalah pendatang baru yang tidak mendapatkan banyak perhatian dari masyarakat. Mengetahui hal itu, Yura akhirnya membantunya untuk bernyanyi dengan lebih baik dan membawanya selangkah demi selangkah untuk menuju ke puncak. Dia bahkan menulis lagu untuknya. Tapi pada akhirnya, itu hanya membuat Yura merasa bodoh karena semua pengkhianatan yang dilakukan oleh Farah. Tapi hari ini, melihat Farah memohon-mohon padanya seperti ini, dia pasti punya rencana.
"Berhentilah bicara, aku tahu itu juga tidak mudah bagimu. Mulai hari ini, kita bisa lupakan masa lalu dan tetap menjadi teman seperti sebelumnya. Kamu tidak perlu terlalu memikirkan tentang hal itu lagi," jawab Yura yang seolah bisa membaca tipu muslihat Farah.
Yura meraih tangannya dan menepuknya dengan lembut. Tidak peduli apa yang dia rencanakan, dia tidak akan pernah kalah lagi!
___
Vila Keluarga Gunawan.
Setelah berdiri selama sehari, Yura merasakan sakit di pinggang dan punggungnya. Kakinya pun tak kalah nyeri karena harus menggunakan sepatu berhak tinggi seharian. Begitu dia membuka pintu, dia melihat Reza menyapanya.
"Nona Yura, Anda sudah pulang. Selamat datang," senyuman Reza sedikit kaku, dan jelas bahwa dia masih tidak bisa menerima Yura.
Yura mengangguk menjawab sapaannya. Karena merasa sedikit aneh, jadi dia bertanya, "Di mana Dion? Aku tidak melihatnya."
"Tuan muda sudah berangkat ke Eropa, dan dewan direksi telah membuat keputusan sementara, jadi dia tidak sempat mengucapkan selamat tinggal kepada Anda. Tapi, Anda tidak perlu khawatir, tuan muda secara khusus meminta saya agar tinggal di sini dan menjaga keselamatan Anda selama dia pergi kek Eropa," jelas Reza kepada Yura.
Mata Yura tiba-tiba gelap. Dia seolah tertelan ke dalam lubang hitam tak berujung. Entah kenapa, saat mendengar kabar kepergian Dion, dia merasa ada bagian yang hilang di hatinya. Tapi, Yura tidak terlalu memikirkannya. Setelah konferensi pers dan upacara pembukaan selesai, syuting drama "The Beauty" secara resmi akan dimulai.
Lokasi pengambilan gambar akan jauh dari kota dan vila Keluarga Gunawan. Ferro memilih daerah pegunungan yang sepi untuk mendapatkan pemandangan yang sesuai dengan latar tempat drama itu. Dia mengatakan bahwa mungkin tidak ada sinyal di sana.
Ada empat puluh episode dalam keseluruhan drama itu. Melihat naskah tebal di tangannya, Yura menghela nafas berat. Yura merasa sedikit gugup memikirkan untuk memulai kelas akting besok dengan guru yang telah diminta oleh Dion untuk melatihnya. Dia mendengar bahwa guru yang akan mengajarnya berasal dari Institut Seni Indonesia, dan dia terkenal galak.
Saat Yura sedang serius memikirkannya, tiba-tiba telepon berdering.
"Nona Yura! Apa yang harus saya lakukan? Sesuatu yang besar baru saja terjadi!" teriak seseorang di telepon dengan suara tergesa-gesa. Itu adalah suara Sarah, asisten Yura.
"Ada apa? Tenangkan dirimu, bicaralah pelan-pelan," ucap Yura.
"Uang di studio kita habis! Pak Tara kabur dengan membawa semua uangnya!" jelas Sarah.
Tiba-tiba Yura berdiri. Meskipun dia tahu bahwa uang studionya saat ini ada di tangan Tara, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Yura terlalu sibuk akhir-akhir ini untuk mengurusnya. Tapi, dia benar-benar tidak menyangka orang ini bisa begitu berani! Melarikan diri dengan membawa uang perusahaan adalah tindakan kriminal.
Pada titik ini, Yura tahu bahwa tindakan gegabahnya tidak akan berguna dan justru akan merugikannya di kemudian hari, jadi dia menghibur Sarah dan menyuruhnya pulang. Bagaimanapun, studionya saat ini berafiliasi dengan keluarga Marissa. Jika dia ingin berurusan dengan Marissa, dia harus mempersiapkan diri. Hanya saja, Yura memiliki hal-hal lain sekarang. Dia harus berangkat untuk syuting besok Dia tidak tahu jebakan mengerikan seperti apa yang akan Farah lakukan padanya di lokasi syuting nanti.
Sarah tidak mengetahui alasan mengapa Tara membawa kabur uang dari studio. Dia menangis lama karena takut kejadian ini akan mempengaruhi kondisi perusahaan Yura.
Setelah menutup telepon, Yura berbaring di tempat tidur dan menghela nafas lega. Keesokan paginya, Yura keluar dengan membawa koper, tetapi tiba-tiba menemukan sosok berbaju hitam berdiri di pintu. Itu Reza.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Yura memastikan.
"Tuan muda sudah memberi perintah. Kemana pun nona muda pergi, saya akan mendampingi Anda," kata Reza tampak serius.
"Bukankah aku sudah memberitahumu untuk tidak memanggilku seperti itu?" Yura merasa sedikit malu, "Tapi aku akan pergi ke lokasi syuting untuk membuat film. Butuh beberapa bulan untuk menyelesaikan pengambilan gambar di sana, kamu tetap akan ikut denganku?"
"Seperti yang dikatakan tuan muda, saya akan selalu mendampingi Anda," jawab Reza masih dengan ekspresi yang sama.
Reza bersikeras untuk mengikutinya, dan Yura bergerak gelisah. Dia menemui jalan buntu.
"Oke, kamu boleh ikut asalkan kamu tidak menimbulkan masalah di sana," ucap Yura menyetujui maksud Reza.
Karena lokasi lokasi syuting jauh dari vila Keluarga Gunawan, mereka terpaksa naik bus. Yura berhasil memesan tempat duduk untuk Reza. Saat sudah berada di dalam bus, Yura menutup matanya. Reza diam-diam menatapnya dari samping.
Itu adalah perintah Dion untuk melindungi Yura, tetapi dia sebenarnya memiliki tujuannya sendiri. Reza adalah anak angkat dari sepupu Bu Renata, ibu Dion. Meskipun tidak memiliki hubungan darah, ibu Dion sangat baik padanya. Dia mengikuti Yura kali ini untuk melaksanakan perintah dari ibu Dion. Begitu dia melihat bahwa Yura tampak mencurigakan, dia harus memberitahu ibu Dion sesegera mungkin.