webnovel

Retaknya Sayap Merpati

Kategori Dewasa. Untuk Bab 100 kebawah! Volume 2: Apa rasa Cinta? Ketika mendengar itu keluar dari bibir kecil Romeo. Itu seperti rasa manis dan asam buah strawberry, Dicecap pertama tidak terasa, lalu di gigit baru merasa.. Asam tak terkendali, manis menimpali berulang Kali.. Nia suka ketika senyum itu begitu tulus dan lembut. Seperti berada dalam selimut dingin yang berbulu.. "Nia kau tau? Ada Mata Coklat yang menatapku, Mata coklat itu milikmu. jika aku bisa berikrar hari ini, kurasa waktu akan malu dengan kecepatan niatku." Romeo mengambil Bross yang sudah Nia taruh di dalam keranjang, Romeo langsung menempatkan Bros tersebut di ujung kerudung yang terselip di pundak Nia. Ini tentang Cinta, tentang bagaimana sebagian hatiku patah berulang kali, namun aku tetap memasangnya kembali - Romeo *Ini hanya cerita novel yang di buat semenarik mungkin oleh Author, ada beberapa adegan dewasa yang di tambahkan. Bukan untuk menghina apapun, hanya sebagai penambah bumbu dalam cerita.*

silvaaresta · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
412 Chs

Penolakan.

"Rom sepertinya gue mau langsung balik aja, makanannya gue bungkus aja ya. Gue ngerasa gak enak badan". Aku dan romeo sudah selesai sholat, setelah kupikir-pikir lebih baik aku tak melanjutkan obrolan tadi dengannya. Ini terlalu terburu-buru, aku masih tak menyangka romeo akan mengatakan hal yang tak pernah kupikirkan.

"yaudah na, baiknya aja gimana. Gue minta buat dibungkus dulu ya, tapi harus lu makan sampe apartemen". Romeo berjalan duluan kearah kasir untuk membungkus makanan yang sudah kita pesan tadi. Sebenarnya aku tak sampai hati seperti ini, tapi mau bagaimana lagi, aku terlalu takut mengucapkan kata-kata yang akan menyakitinya.

"yuk, nih makanannya. Gue anterin lu nyebrang, abis itu gue langsung balik". Romeo memberikan bungkusan makanan itu kepadaku dengan tersenyum, aku menerimannya lalu kami berjalan keluar restoran dan menyeberang jalan.

"rom, hati-hati dijalan ya". Sampainya kami di ujung jalan, aku menengok kearah romeo, ia tersenyum dan mengangguk. Ia berbalik arah dan meninggalkanku tanpa kata apapun, aku tau ia kecewa, ia kecewa dengan kelakuanku yang terlalu egois. Punggungnya semakin menjauh, semakin jauh aku semakin merasakan sebuah kekosongan. Ada yang hilang? Tapi aku tak tau itu apa, semoga aku tak membuat kesalahan.

Romeo Pov

Aku menghempaskan tubuhku di atas sofa ruang tamu, pikiranku sangat kalut hari ini. Apa aku terlalu tergesa-gesa memberitahukan perasaanku ke nia, sampai dia pun enggak membahasnya lagi, aku hanya terlalu takut dia semakin jauh. Apa setelah ini dia akan seperti biasa lagi? Entahlah, aku sudah tidak bisa berfikir apa-apa kagi, mungkin sekarang Nia merasa jijik denganku.

"rom, kamu udah makan siang nak?". Ibuku keluar dari arah dapur dan dan mengelus puncak kepalaku pelan.

"belum mom". Jawabku singkat.

"ada apa nak, kamu lagi ada masalah". Aku tertidur di pangkuan ibuku itu, ia mengelus lembut rambutku, di saat-saat seperti ini aku butuh perlakuan hangatnya. Sangat nyaman.

"tadi romeo menyatakan perasaan ke nia mah". Aku menjawab dengan menutup mata, aku hanya ingin dimanja saat ini, biarlah seperti ini dulu.

"lalu, nia jawab apa?". Tanya ibuku penasaraan

"dia gak jawab apa-apa mom. Menurut mommy apa dia kesal dengan pengakuan romeo gak ya mom?".

"mungkin nia butuh waktu nak, perempuan itu punya hati yang lembut, saat memutuskan sebuah perasaan ia membutuhkan banyak waktu. Apalagi status kamu yang sudah menjadi sahabatnya selama ini, mommy yakin ia sedang memikirkannya saat ini".

"romeo dengar ia sedang menyukai seseorang mom, makannya romeo dengan cepat bertindak. Karena romeo takut ia benar-benar dimiliki orang lain".

"tumben, biasanya kamu tidak terlalu perduli saat nia menyukai orang lain. Apa ini saingan yang cukup berat?".

"iya yang ini cukup berat mom, karena nia sudah menjatuhkan hatinya". Kataku membuka mata, mommy melihatku terpaku.

"sungguh, siapa laki-laki itu. Jika kamu sudah berbicara seperti itu, mommy yakin dia memang orang yang cukup hebat".

"mas surya mom". Kataku

"surya?, mengapa ia bisa menyukai surya?". Tanya mommy penasaran.

"awalnya romeo juga tidak percaya jika nia bisa menjatuhkan hatinya dengan seseorang yang kehidupannya sangat nia benci, bahkan dia awal pertemuan mereka nia selalu mencemooh mas surya terang-terangan. Tapi 6 bulan yang lalu romeo melihat sendiri, nia menyatakan perasaanya ke mas surya. Tapi untungnya mas surya menolaknya mom".

"mommy baru tau nia dan surya dekat, mommy tidak tau apa yang membuat nia bisa menyukai surya, karena setau mommy pun nia adalah orang yang susah menjatuhkan hatinya. Itu kenapa mommy ingin kamu mendekatinnya secara perlahan, tapi jika sudah seperti ini kejadiannya. Mommy tidak bisa membela salah satu dari kalian, kalian dua laki-laki yang mommy sayangi, setelah orangtua surya meninggal dan surya tinggal disini. Mommy sudah menganggapnya sebagai anak mommy. Untuk saat ini bersikap lah seperti biasa ke Nia, jangan jauhkan dia dan jangan buat dia terganggu, jika nia tak mau bertemu denganmu jangan memaksanya. Biarkan nia bertindak atas keinginan nya sendiri". Aku bangkit dari tidurku dan menatap mata mommy, ia tersenyum dan mengecup keningku singkat.

"iya mom". Jawabku.

"Apapun hasilnya nanti, mommy yakin itu sudah menjadi jalan takdir. Dan jangan jadikan perasaan ini merusak tali persaudaraanmu dengan surya, selain itu katakan juga pada surya tentang perasaanmu ke Nia. Mommy tidak mau kalian merebutkan Nia dengan cara yang tak baik, bersaing lah secara sehat dengan surya. Ia kakak mu walaupun kalian tidak lahir dari Rahim yang sama, mommy tetap menyayangi kalian berdua". Mommy bangkit dari duduknya dan tersenyum. "ayo kita makan siang dulu". Lanjutnya lagi, aku mengikutinya dari belakang kearah meja makan, disana sudah ada ayahku yang sedang menyusun beberapa piring di meja.

"Dad". Kataku sembari duduk di salah satu bangku.

"bukanya tadi kamu ijin pergi bertemu Nia, kok kamu sudah pulang nak?". Tanya ayahku itu.

"iya Nia punya urusan mendadak tadi". Kataku seadannya. Suara langkah kaki terdengar di belakangku, mas surya berjalan dan duduk di bangku meja makan, tepat disampingku.

"mom, dad". Ucap Surya menegur kedua orangtuaku.

"mommy kira kamu tadi keluar nak". Ucap mommy ke surya.

"tadinnya aku mau mengambil berkas yang diperlukan daddy, tapi ternyata supir daddy sudah mengantarkannya".

"ohhh, yasudah kita makan siang bareng. Jarang-jarang kita bisa kumpul sama-sama gini". Kami mulai menikmati makan siang yang sudah disiapkan oleh mommy, aku tak menegur surya sama sekali. Begitupun ia, aku bingung harus bereaksi apa terhadapnya.

Setelah aku melihat secara langsung 6 bulan yang lalu nia menyatakan perasaanya dan surya menolaknya. Aku merasa sangat sakit hati, tapi aku tidak bisa membenci surya, karena aku tau surya bukan orang yang pantas untuk disalahkan. Untuk soal hati, tidak pernah ada yang salah. Hati bertindak tanpa ada yang bisa mengendalikan.

"romeo, kamu sudah mulai bimbingan atau belum. Daddy dengar harusnya kamu sudah bisa menyerahkan bab 1 bulan ini, dosen pembimbing kamu menghubungi daddy tadi malam". daddy bertanya padaku, tapi matanya tetap sibuk dengan sendok dan garpu ditangannya.

"romeo masih bingung dad mau mulainnya gimana, daddy tau sendiri romeo paling males urusan tulis menulis begitu". Kataku seadannya.

"kamu minta tolong sama surya kalau kamu bingung, setidaknnya kamu harus bisa menyelesaikan studimu dengan baik tahun ini".

"ya dad, mas surya mau bantu romeo memangnya?". Kataku mencoba berinteraksi dengannya.

"tentu bisa rom, nanti setelah makan kamu kirim judul dan konsep dari inti skripsi kamu. Biar mas surya baca dulu, setelah mas surya paham. Nanti kita bisa kerjakan sama-sama". Surya menegok kearahku dan tersenyum, aku berdehem singkat.

Kupikir ini bisa jadi permulaan untuk mengikuti saran mommy, karena selama ini hubunganku dengan surya tak terlalu dekat. Bukan berarti kami selalu bertengkar.

Hanya saja aku dan surya tak pernah berbincang bareng. Kami terlalu sibuk dengan urusan masing-masing, apalagi aku adalah orang yang tak terlalu mau sibuk dengan urusan orang lain dan surya orang yang tak terlalu banyak omong. Jika ia tak ditanya maka ia tak akan menjawab.