webnovel

Relung Renung

ahmadafandi · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
16 Chs

RikhaDhani

aku bergeming mendengar cerita itu, seolah aku ada disana dan merasakan apa yang ia rasakan kala itu. ibu sosok yang sangat tegar, dia bahkan tak meneteskan air mata sedikitpun menceritakan kisah itu padaku, aku yang hampir meneteskan airmata mendengarnya, hanya saja gengsi jika terlihat mengeluarkan air mata didepanya.

"ibu buatkan teh ya" kata ibu menyudahi ceritanya dan coba keluar dari gelombang kenangan kisah itu.

bagaimana dia bisa setenang ini menghadapi jalan hidupnya, ataukah ada perasaan yang dia tutupi dariku, dan tidak ingin menunjukannya padaku? entahlah.

hari hari berlalu, seiring umurku yang semakin dewasa semakin banyak pelajaran yang kini bisa kuambil dari pengalaman, juga dari kisah hidup dan cerita Ibuku, sekaligus menyadari bahwa Manusia adalah tempat salah dan khilaf, menyadarkan bahwa takdir mempertemukan, manusia yang membuat luka, waktu yang menyembuhkan, dan renungan untuk sebuah pelajaran.

malam itu ibu yang sedang sholat terdengar beberapa kali batuk, sampai akhirnya jatuh pingsan pas setelah mengakhiri gerakan sholatnya, aku kaget dan panik, dan segera melarikannya kerumah sakit terdekat. mungkin ibu kelelahan.

sesampai di rumah sakit dan diberi penanganan pertama dari perawat yang bertugas, akhirnya ibu sadar dengan bibir masih terlihat pucat, namun kata perawat bahwa ibu harus rawat inap disini, aku meng'iyakan demi kesehatan ibu, namun ibu tetap tak mau dirawat inap dengan dalih sudah merasa sehat, namun aku tetap meyakinkan ibu agar mau tetap disini untuk beberapa hari sampai betul betul pulih, lagi pula aku masih punya cukup uang untuk membayar rumah sakit.

"ada keluarga ibu Tenri Viany?" tanya seorang dokter dari depan pintu kamar

"saya dok, saya anaknya" kataku sigap

"mari ikut keruangan saya" kata dokter sambil berjalan ke arah ruangannya.

aku pun masuk ke ruangan dokter tersebut

"ibu hanya kelelahan kan dok?" tanyaku memastikan ibu baik baik saja.

Dokter lalu mengatakan padaku bahwa ibu mengalami gejala penyakit yang serius dan harus melakukan pemeriksaan secara rutin,

"ibu saya tidak apa ap kan dok? tanyaku sekali lagi

"iya ibumu akan segera sembuh" dokter coba menenangkanku sembari memberikan resep obat di secarik kertas.

kabar bahwa ibu sakit juga aku beri tahu kepada tante Rika, Tante Rika adalah adik kedua dari Ibu, yang sudah meninggalkan kota ikut bersama suaminya untuk kerja dan tinggal di pelosok negeri sejek belasan tahun lalu, ibu selalu menceritakan tentangnya.

menanggapi kabar tersebut tante Rika beserta suaminya berencana datang kota ini esok hari untuk menjenguk Ibu. Tante Rika juga adalah satu satunya keluarga yang Ibu miliki setelah ibu memutuskan untuk meninggalkan kota kakek nenekku demi ikut bersama ayahku dulu. namun saat itu ibu tidak mengetahui rencana Tante rika yang ingin menjenguknya dan datang jauh jauh dari pelosok negeri.

keesokan harinya,

"Assalamualaikum" terdengar suara seorang wanita dari luar pintu kamar rumah sakit tempat ibu dirawat.

suara lembut itu terdengar sangat mirip dengan suara ibuku.

"wa'alaikum salam" jawabku sambil segera membukakan pintu dan benar saja yang datang adalah Tante Rika beserta suaminya Om Dhani.

"wah Afdhan? sudah sangat dewasa sekarang, terakhir melihatmu kau masih kecil dan nakal" kata tante Rika langsung memelukku erat, disambut usapan Om Dhani di kepalaku.

aku segera mempersilahakan mereka masuk, dan melihat ibu yang sedang tertidur tante Rika langsung mendekap Ibuku sambil menangis, ibuku yang kaget karena melihat sosok adik perempuannya yang sudah bertahun ia tak berjumpa ibu langsung membalas dekapannya dan ikut larut dalam tangis adiknya itu.

"wajar saja mereka baru ketemu lagi" kata om Dhani sambil merangkulku.

aku dan om Dhani yang duduk agak jauh dari tempat tidur ibuku hanya bisa menyaksikan adegan haru itu tanpa mendengar perbincangan mereka.

dari sebelah sini,

"gimana bandmu? kami mendegar banyak hal tentangmu dari ibumu" kata om Dhani memulai perbicangan.

kami akhirnya bercerita banyak tentang kehidupanku disini, dan ia pun banyak bercerita tentang pekerjaannya sebagai Pemandu Lalu Lintas Udara di pelosok negeri yang jauh disana, tentang kebudayaan yang jauh berbeda dengan kota ini, dan banyak hal lainnya demi coba menghiburku, dari sudut kamar rumah sakit perbincangan dua orang lelaki yang terlihat akrab dan bercerita saling melintasi zaman.

aku cukup tertarik dengan cerita om Dhani termasuk pekerjaannya yang katanya seoarang "penjaga langit" pekerjaan yang sangat mulia bagiku karena bekerja di bidang keselamatan penerbangan, menuntun pesawat hingga tiba di tempat tujuan dengan selamat, sekaligus menjaga keamanan negara dari sisi udara. selain itu Tante Rika juga Adalah seorang kepala bandara di tempat Om dhani bekerja.

yang paling membuat aku terkesan adalah kehidupan religius mereka berdua, mendedikasikan hidup untuk negara, namun tetap memegang teguh ajaran ajaran Agama, bertanggung jawab bukan hanya untuk diri sendiri tapi bertanggung jawab terhadap keselamatan orang yang ingin berpergian menggunakan pesawat terbang sehingga mereka selamat dan bisa bertemu dengan keluarga dan atau orang yang disayangi.

dibalik pekerjaan mereka yang ternyata mempunyai resiko yang sangat tinggi ada sosok dua orang yang rendah hati nan bersahaja, yang masih mempedulikan orang lain disekitarnya, terbukti karena mereka juga mendirikan yayasan panti asuhan untuk anak yatim dan piatu disana, memberikan tempat tinggal sekaligus mendidik dan menanamkan ajaran agama kepada lebih dari seratus anak Yatim piatu, maupun orang miskin di yayasan itu, yayasan itu di beri nama "Yayasan Rikhadhani peduli".

karena bagi mereka kesuksesan di dunia bukan seberapa besar peghasilanmu atau seberapa banyak harta yang kau kumpulkan, tapi seberapa banyak orang yang kau bantu, seberapa banyak orang yang tergerak hatinya olehmu. mendengar cerita mereka menyadarkanku lagi satu hal, kita hidup di dunia ini tidak sendirian, seberapa pentingnya kita akan hidup orang lain, seberapa besar hidup kita memberikan manfaat untuk orang lain, bahwa kita hidup di dunia memang untuk membantu orang lain, selayaknya kita membutuhkan bantuan dari orang lain.

setelah 3 hari ibu di rawat di rumah sakit akhirnya dokter menyatakan bahwa ibu boleh dibawa pulang kerumah dengan syarat tetap mengkonsumsi obat yang disaranan oleh dokter, dan tetap melakukan pemeriksaan rutin. tentunya itu kabar yang membahagiakan bagiku, apalagi tante Rika sudah menyelesaikan semua administrasi perawatan ibu selama tiga hari ini.

malam hari pun tiba, sesampai dirumah suasana sejuk rumah yang pasti ibu rindukan sudah menyapa kita, Tante Rika dan Om Dhani juga ikut kerumah, mereka terkesima dengan letak rumah kita yang berada di dataran tinggi, dari depan rumah bisa terlihat pemandangan yang indah, kerlap kerlip lampu kota di bawah sana terlihat sangat menenangkan.

"wah ini bonus dari perjalanan kita ke kota ini" kata Om Dhani melihat pemandangan dari depan rumahku.

mereka yang esok hari harus pulang lagi ke pelosok negeri dan kembali berkerja memutuskan menghabiskan malam duduk di teras rumahku yang berhadapan langsung dengan hamparan lampu bagai ribuan kunang kunang, kubuatkan mereka dua gelas teh hangat sambil ikut duduk ditengah mereka dan bercerita, aku selalu suka mendengar cerita mereka berdua, terasa hangat dan akrab bagai dua orang sahabat yang punya impian yang sama, tak jarang Tante rika mencubit lengan Om Dhani tatkala mendengar candaan suaminya itu. suasana yang tak pernah ada dirumah ini.

keesokan harinya, mereka yang telah menyantap sarapan yang ibu buatkan pamit untuk pulang ke kota mereka, aku yang ditugaskan ibu mengantar mereka sampai di bandara.

"ingat, jaga kesehatannya ya kak" kata Tante Rika pada kakak tertuanya.

ibu tidak berkata kata hanya membalasnya dengan sebuah pelukan hangat. mereka pun bersalaman tanda mengakhiri perjumpaan.

sesampai di bandara, aku mengangkatkan tas mereka sampai di pintu masuk, sebelum berpisah tante Rika kembali memelukku erat, sama eratnya seperti pelukannya kemarin, disusul tangan Om dhani yang membelai kapalaku.

"kita pamit ya Afdhan" kata tante Rika melepaskan erat Pelukkannya

"terima kasih atas pelajaran hidupnya" kataku sambil melakukan gerakan menghormat, merekapun tertawa.

"ingat Afdhan, jadilah orang yang bermanfaat" kata Om Dhani sembari melambaikan tangan.

~~~~~~

hidup adalah belajar

seperti oksigen yang tak henti diberikan untuk bumi

seperti itulah Hidup takkan berhenti memberikan pelajaran

hidup adalah berbagi

seperti tanah yang selalu membutukan hujan

seperti itu manusia lain membutuhkan uluran tangan

menggapai mimpimu sendiri kini tiada arti

jika manfaat tak kau beri.

Rhikadhani