webnovel

Chapter 12

\\\

Halo~ Fantasy-chan comeback setelah 2 bulan

Maaf ya Fantasy-chan akhir-akhir ini banyak kena problem, seperti hp saya hilang(⁠╥⁠﹏⁠╥⁠), dan Fantasy-chan juga harus belajar untuk ujian persiapan masuk universitas, tapi saya terlalu malas untuk melakukannya^⁠_⁠^

Jadi semuanya doakan ya untuk Fantasy-chan jadi rajin belajar dan tidak malas dan diterima di universitas yang diinginkan Fantasy-chan(⁠~⁠ ̄⁠³⁠ ̄⁠)⁠~

Karena ini comeback setelah 2 bulan Fantasy-chan menulis cukup banyak kata, sudah 1,8k kata.

Wow~ sangat banyak yah✧⁠\⁠(⁠>⁠o⁠<⁠)⁠ノ⁠✧

Oke kita sudahi dulu pembicaraan tentang saya, silahkan dibaca fanfiction saya, dan jika ada saran maupun kritik akan selalu diterima dengan lapang dada(⁠づ⁠ ̄⁠ ⁠³⁠ ̄⁠)⁠づ.

///

Sudah 6 bulan sejak Michael-sensei pergi.

"Will, coba ini enak tidak?" tanya Zenith menyuapiku masakan yang ia masak.

"Mhm, Ini Enak bu."

"Hehe, Roxy dan Lilia cicipi ini juga." kata Zenith menyuapi Roxy dan Lilia .

Hari ini aku sedang membantu menyiapkan pesta ulang tahun ku yang ke-5.

Tradisi di dunia hanya merayakan ulang tahun secara 3 kali yaitu umur 5,10, dan 15. jika sudah berumur 15 sudah dianggap dewasa.

Rasanya Aneh untuk meyiapkan pesta ulang tahun untuk diri sendiri, tapi dari semua orang yang ada disini masakan yang kumasaklah yang rasanya lebih enak, jadinya akupun ikut membantu.

Dan aku juga sudah terbiasa menyiapkan pesta ulang tahun untuk diri sendiri. jadi akupun tidak terlalu mempermasalahkannya.

"Maaf ya Will, ini pesta ulang tahun kamu dan Rudy, tapi kamu ikut membantu." ucap Zenith.

"Tidak apa-apa bu, aku juga senang membantu seperti ini dan masakan yang dimasak olehku kan jauh lebih enak."kataku sambil tersenyum dan melanjutkan memasak.

"Haha"tawa Zenith dengan perasaan rumit.

'Yah pasti terlihat aneh juga kalau anaknya yang masih umur 5 tahun lebih pandai memasak daripada ibunya.' pikirku melihat Zenith membuat ekspresi yang rumit.

Ini semua bermula pada 6 bulan yang lalu setelah Michael-sensei pergi.

***

Aku yang bosan karena tidak ada lagi kegiatan setelah pelatihan dari Paul dan Roxy. Ikut membantu menyiapkan makan malam bersama Zenith dan Lilia.

"Ibu sayurannya sudah kucuci."kataku membawa sekeranjang sayuran yang sudah dicuci.

"Terima Kasih Will, setelah ini kamu mungkin bisa menyiapkan peralatan makannya."ucap Zenith mengambil keranjang sayur yang sudah kucuci.

"Baik bu."jawabku lalu menyiapkan peralatan makan di meja makan.

Setelah aku selesai menyiapkan peralatan makan aku melihat Zenith yang sedang memotong sayuran dan Lilia yang sedang memasukkan bumbu ke dalam masakan.

"Lilia itu apa yang kamu masukkan?"tanyaku dengan penasaran.

"Ini garam Tuan muda William."jawabnya tetap fokus memasak

"Kalau itu apa?" tanyaku lagi melihat botol-botol kecil yang berjejer dengan botol garam.

"Itu ada ketumbar, lada hitam,lada putih tuan muda." jawab Lilia menjelaskan satu-persatu apa yang ada di dalam botol itu.

"Hmm"

Aku langsung membuka satu persatu botol itu dan mencobanya sedikit untuk mengetahui rasanya.

"Tuan muda William anda ngapain?"ucap Lilia sedikit panik dan mencoba menghentikanku.

"Tidak apa-apa, aku hanya penasaran dan ingin mencobanya sedikit saja."kataku dengan santai setelah mencoba semua bumbu yang ada di botol.

"Haah sudah, Tuan Muda William duduk saja."bentak Lilia menyuruhku duduk di meja makan.

"I-iya, maaf Lilia."kataku sedikit terkejut karena dibentak dan langsung duduk di meja makan.

Sudah hampir 20 menit dan hidangan sudah hampir selesai dimasak dan aku datang lagi kedapur untuk mencoba mencicipi hidangannya.

"Ibu, Lilia apa sudah jadi masakannya?, apa boleh aku mencicipinya sedikit?" tanyaku ke Zenith dan Lilia.

"Tentu saja boleh"jawab Zenith lalu mengambil semangkuk kecil Chicken Soup yang dimasak.(A/N: Basically, ini cuman Sop Ayam)

"Ini Will Chicken Soup kesukaan kamu."ucap Zenith menyerahkan semangkuk kecil Chicken Soup yang baru saja diambil.

"Terima Kasih bu."

'Yah bukannya aku suka Chicken Soup, hanya saja dari semua makanan yang aku makan disini hanya Chicken Soup saja yang rasanya lumayan enak'pikirku lalu mencicipi Chicken Soup yang diberikan Zenith.

'Chicken Soup ini hanya menggunakan garam dan kaldu ayam sebagai bumbunya, walaupun tetap enak tapi serasa ada yang kurang di Soup ini.'pikirku lalu jalan menuju botol bumbu dan mengambil lada putih dan seledri yang terlihat ada disebelah botol bumbu.

Lalu aku memotong dan memasukkan seledri dan lada putih sesuai instingku.

'Anehnya aku bisa tau secara insting apa yang kurang dimasakan ini dan takaran yang pas untuk menambahkan bumbu yang kurang, apakah ini berkat Cheatku [Extreme Talent] yang membuatku berbakat di segala bidang.'pikirku mengaduk Soup itu dan kemudian mencicipinya sedikit lagi.

"Yups, sudah pas." ucapku dengan puas sambil menjilati bibirku

"Ahh!, Apa yang kamu lalukan Will!"bentak Zenith Melihatku menambah bumbu secara sembarangan ke dalam Chicken Soup.

"M-maaf bu, aku hanya berpikir jika aku menambahkan ini, akan membuat Soup nya menjadi lebih enak."kataku sedikit terkejut.

"Haah...., Bagaimana ini? sebentar lagi sudah waktunya makan malam..."ucap Zenith mendesah bingung.

Lilia lalu mencoba Chicken Soup untuk mencari tahu apakah rasanya masih enak atau tidak.

"Hm!, Soup ini tambah enak Nyonya jadi ada sedikit rasa pedasnya dan wangi dari seledri nya cocok sekali."ucap Lilia setelah mencoba Chicken Soupnya.

"Benarkah?"tanya Zenith lalu ikut mencobanya.

"Benar ini tambah enak!, Will bagaimana kamu tahu cara memasak?" kata Zenith terkejut lalu bertanya kepadaku dengan penasaran.

"Tadi aku sudah mencoba semua botol bumbu, dan kurasa jika soupnya ditambah lada putih akan tambah enak."

"Hehe ternyata kamu tidak hanya berbakat di ilmu pedang dan seni, tapi kamu juga berbakat dalam memasak."tawa Zenith senang melihat anaknya yang sangat berbakat.

"Apa kamu mau belajar memasak bersama Ibu dan Lilia?"

'Aku juga punya banyak waktu luang jadi tidak ada salahnya untuk berlajar memasak'pikirku memikirkan tawaran Zenith.

"Aku mau bu!" jawabku dengan semangat.

"Fufu, Anak ibu ini sangat bersemangat ya."ucap Zenith lalu mengelus kepala aku.

"Ugh, Ibu tolong jangan menyentuhku tanpa sarung tangan."kataku melepaskan tangan Zenith dari kepalaku.

"Oh maaf Ibu lupa."kata Zenith dengan senyum agak sedih melihat tangan yang dipakai untuk mengelus kepala aku.

***

Setelah itu hanya dalam 2 bulan, skill memasak ku sudah melampaui Zenith dan Lilia.

"Will apa kamu sudah selesai?" tanya Zenith.

"Sudah bu."

Lalu Roxy menyusun hidangannya di Meja Makan dan Lilia Memanggil Paul dan Rudeus.

Saat ini Di Meja Makan terdapat banyak hidangan dan duduk Paul, Zenith, Lilia, William, Rudeus, dan Roxy.

"Will, Rudy Selamat ulang tahun yang ke-5!"

Sorak Semua mengucapkan selamat kepada Aku dan Rudeus.

""Terima Kasih Semuanya"" kataku bersamaan dengan Rudeus.

Setelah itu semuanya bersenang-senang dan memakan hidangan yang ada dimeja.

Paul yang sedikit mabuk karena meminum alkohol berdiri dan maju kedepan.

"Yosh!, Hiks!... karena ini hari spesial aku akan menunjukan... Hiks! ... kalian sesuatu yang keren." kata Paul sambil cegukan.

Kemudian Paul menghunuskan pedang dan mulai menari seperti orang mabuk.

'Ternyata benar alkohol meyebabkan kebodohan....., Aku tidak akan pernah meminum alkohol!' pikirku melihat tarian mabuk pedang ala Paul.(A/N: Stay Halal Brother)

Kemudian dia membuka mulutnya dan memasukkan pedangnya kemulutnya hingga hanya terlihat gagang pedangnya.

"Lhaaa"

Aku yang melihat itu seketika terkejut dan memegang leherku dengan mulut terbuka.

Roxy yang Melihat itu kagum dan Zenith tertawa, sedangkan Rudeus sedang menikmati momen dan sepertinya tidak terlalu peduli.

Lalu Paul mengakhiri pertujukannya dan menunduk, semua orang lalu bertepuk tangan.

'Eukh..., agak jijik... tapi ternyata Paul punya bakat seperti itu juga...."pikirku sambil bertepuk tangan.

***

"Selamat ulang tahun kalian berdua, ini hadiah dari ayah." ucap Paul yang sudah sadar dan menyerahkan dua Shortsword yang sederhana tapi memiliki kualitas yang bagus.

Aku dan Rudeus menerimanya lalu hampir terjatuh karena Shortsword berat yang terbuat dari besi.

'Aduh!, berat banget ini pedang, fisikku ini gak sekuat itu, aku ini anak kurang gizi tau!'pikirku sekuat tenaga mengangkat pedangnya.

""Terimakasih banyak Ayah"" ucapku bersama Rudeus.

Paul tersenyum lalu berdehem, "Ahem. Eh.. mungkin terlalu cepat bagi kalian untuk memakai pedang itu, tapi jika kamu seorang lelaki maka kamu harus selalu membawa pedang di hatimu, ini diperlukan untuk melindungi orang yang kamu sayangi. Suatu hari kalian juga akan mempunyai istri dan anak, melindungi mereka adalah kewajiban kalian, terutama Rudeus walaupun kamu bisa menggunakan sihir, kamu tidak boleh sombong. Sihir memiliki kelema-"

*Plak*

Pukul Zenith memotong ucapan Paul, "Kelamaan!"

"Hahaha" tawa Roxy melihat Zenith memukul Paul yang sedang dalam mode ceramah.

"Selamat ulang tahun, Karena Rudy suka membaca buku dan Will suka membuat kerajinan dan lain-lainnya." ucap Zenith menyerahkan buku pengetahuan tanaman kepada Rudeus dan menyerahkan kepadaku sepasang alat kerajinan,menjahit dan alat melukis yang baru,

"Wahh, Terimakasih banyak Ibu!, Aku sangat menginginkan yang seperti ini!" kata Rudeus dengan senang mendapat buku pengetahuan tanaman.

'Berasa kayak anak tiri....., si Rudeus dapet hadiah buku yang mahal karena di zaman ini buku sulit untuk dicetak, sedangkan aku hanya mendapat alat kerajinan,menjahit dan alat melukis yang baru....., yang penting masih dapat hadiah. Bersyukur saja masih dapet hadiah daripada gak dapet.' pikirku membandingkan hadiah Rudeus dan aku.

"Wah, Terimakasih banyak Ibu." ucapku dengan nada datar dan senyum.

"Maa, Kalian sungguh anak yang baik!" teriak Zenith lalu memeluk aku dan Rudeus.

Aku yang dipeluk Zenith merasa Jijik dan Mual seperti dipeluk belatung raksasa.

'Ugh..., Jijik banget, tapi karena ini hari spesial, aku tidak ingin menghancurkan suasananya.'pikirku dengan muka pucat menahan mual.

Kemudian Paul menarik Zenith untuk melepaskan pelukannya kepadaku dan Rudeus, "Sudahlah itu sayang, lihat muka Will sudah pucat." tunjuk Paul.

"Ah!, Ibu minta maaf Will kamu tidak apa-apa."

"Nii-san kamu tidak apa-apa"

Tanya Zenith dan Rudeus dengan Khawatir.

"Ugh, Aku baik-baik saja." kataku menenangkan mereka berdua.

"Sekarang giliran Roxy-san kan?" ucapku mengalihkan pembicaraan.

"Ah iya, Ini untuk kalian berdua." kata Roxy menyerahkan tongkat sihir kecil dengan batu sihir warna merah.

"Itu adalah batu sihir, itu mempunyai fungsi meningkatkan mana, jadi aku yakin kalau itu akan berguna untuk kalian" jelas Roxy menjelaskan fungsi tongkat sihir dan batu sihir.

'Kayaknya ngasih tongkat sihirnya telat banget deh, udah dua tahun baru ngasih sekarang??'

"Indah Sekali!" kata Rudeus melihat Tongkatnya yang diberi Roxy.

"Sebenarnya Kami memiliki kebiasaan untuk memberi tongkat sihir kepada siswa yang sedang belajar sihir tingkat dasar, tapi kalian sudah tahu cara menggunakannya jadinya aku lupa untuk memberikannya."

"Aku minta maaf."

"Tak apa, Terimakasih,"kata Rudeus yang tidak mempemasalahkannya

"Ya tidak apa-apa, Roxy-san." ucapku yang tidak terlalu peduli.

"Aku akan menjaganya dengan baik, Shisou!" kata Rudeus yang dengan senang.

'Mulai lagi nih anak....Sok Asik, padahal Roxy kan gak suka dipanggil master atau guru'pikirku melihat Rudeus.

Roxy yang mendengar itu hanya tersenyum, "Di usia kalian, kalian sudah mempelajari empat jenis sihir serangan, Tidak apa-apa untuk tampil sedikit sombong."

"Tidak, ini semua karena cara mengajar Shisou yang sangat baik."kata Rudeus dengan bangga.

Roxy yang mendengar itu lalu tersenyum dan mengelus kepala Rudeus, "Tapi...., dengan yang bisa kuajari hanya tinggal sedikit."

Tiba-tiba suasananya jadi agak sedih dan Paul dan Zenith berpelukan makin erat.

"Rudy, Will besok, aku akan mengadakan ujian kelulusan."

Aku yang mendengar itu langsung berpikir akan seperti apa ujiannya.

Sedangkan Rudeus kaget mendengar tentang ujian kelulusan.

"Ujian Kelulusan?"

"Permisi Roxy-san, Ujian akan seperti apa ya?" tanyaku

"Ujiannya yaitu menguasai Sihir Air Class-Saint yang kuketahui."jawab Roxy

"Roxy-san apa aku harus ikut juga?, kan aku hanya menguasai sihir sampai tingkat Intermediate saja." tanyaku lagi

'Aku penasaran dengan Sihir Class-Saint, tapi aku sengaja terlihat buruk di sihir agar aku tidak terlalu menonjol karena sudah berbakat pedang, jika aku juga berbakat di sihir aku akan sangat menonjol dan aku tidak terlalu suka menonjol.'

"Will, kamu tidak ikut ujian juga tidak apa-apa, ujian ini khusus untuk Rudeus yang sudah menguasai Advanced Magic, tapi tidak usah khawatir kamu hebat juga dalam sihir untuk anak seusia kamu" jawab Roxy sambil menghiburku, mengira aku kesal karena adikku lebih hebat dalam sihir daripadaku.

"Roxy-san terimakasih, tapi tolong hentikan." ucapku sambil menutupi wajahku.

Lalu Semuanya tertawa melihatku yang malu, kecuali Rudeus yang masih merenung.

***

Wilayah Fittoa

Di Kediaman Boreas

Tidur seorang gadil kecil di kamar yang gelap dan tempat tidur yang sobek-sobek dan selimut yang bolong.

Walaupun semua furniture di ruangan itu seperti sudah tidak layak pakai tapi kamar itu bersih, sepertinya gadis itu rajin membersihkan kamarnya.

Gadis itu masih berumur 5 tahun dan dia mempunyai tampilan yang biasa saja dengan Rambut berwarna coklat terang yang panjang sampai bahu dan mata biru yang biru terang seperti langit, tapi badannya kurus dan di bawah matanya ada lingkaran hitam yang menandakan dia kekurangan tidur.

"Aku Kangen....."gumam pelan gadis kecil itu tertidur di kasur dan melihat jendela.

Kemudian perlahan menetes air mata dari matanya sembari bergumam, "Aku Kangen....."

"Aku Kangen...."

"Aku Kangen...."

"Aku Kangen...."

Dia terus-menerus bergumam sembari meneteskan air matanya, "Aku Kangen....."

.

.

.

"Dimana Kamu Rayhan?"