Matahari di ufuk timur sudah mulai menyambutku ketika aku sudah mulai selesai masak. Walau kami bisa dibilang saudara kembar, tetapi aku dan Jurai punya banyak perbedaan.
Toh kami bukan saudara kembar identik, jadi itu bukan masalah yang terlalu diutamakan. Salah satu perbedaannya ketika pagi hari, adalah dia selalu bangun terlambat.
Padahal aku dan Jurai pasti selalu pulang dimalam hari bersamaan. Aneh memang, dia selalu bangun setidaknya jam 6 lebih lima belas menit sedangkan aku jam 5 saja sudah bangun.
Ya mau bagaimana juga sih, toh di antara semua anak panti, hanya aku dan Jurai yang paling tua, dan Jurai tidak bisa memasak, jadi bagian itu jatuh ke diriku.
Anak-anak panti lain bahkan bangun lebih dulu daripada Jurai, males memang anak itu. Sudahlah, dia pasti juga lelah karena bekerja sampai jam 11 bahkan tengah malam.
"Yo Sin, pagi. Hari ini sarapan apa?"
"Pagi. Kemarin katanya anak panti sudah makan curry buatan Sister Himue, jadi hari ini aku buat hamburg steak aja."
"Yes, makanan kesukaanku. Tumben nih baik."
Makanan kesukaanku dan Jurai saja berbeda. Kalau Jurai yang baru saja kuucapkan, maka buatku itu adalah nasi goreng.
Di satu sisi cara masaknya yang simpel dan tidak membuang waktu banyak, variasinya juga tidak sedikit. Tentu saja, aku suka segala jenis variasi nasi goreng.
Dibandingkan makanan yang lebih elit seperti hamburg steak kesukaan Jurai, tentu saja nasi goreng yang sederhana cocok untuk kepribadianku.
"Tidak ada apa-apa, hanya saja aku ingin membahas sesuatu."
"Hmm? Apa itu?"
"Tidak sekarang, tidak saat masih ada anak-anak panti. Nanti saja kita bicara di ruang biasa saat sudah di sekolah."
Apalagi yang ingin kubahas dengan Jurai selain masalah kedua orang tua kami dari informasi yang kudapatkan kemarin malam itu. Memang sedikit menyakitkan, tetapi mau bagaimana lagi?
Sebenarnya ada pembahasan yang lebih kompleks nanti, tetapi kalau sudah membuat janji seperti itu, penjelasan lebih lanjut bisa dikatakan saat bertemu.
"Kalau kau berkata begitu, pasti suatu hal penting. Baiklah, kita bisa minta bantuan Shin soal memberikan kita kunci ruangan itu."
"Tentu saja, tolong katakan kepadanya saat kau sudah sampai di sekolah."
"Santai saja. Kalau begitu aku berangkat dulu. Jangan sampai kehujanan lagi Sin."
Haeh… ternyata kejadian kemarin sudah jadi rumor sekolah dan menyebar dalam waktu sehari selama aku tidak memperhatikan ya?
Ya sudahlah, toh aku tidak bisa protes soal hal itu, kejadian itu murni kebetulan, bukan hal yang disengaja pihak mana pun. Kalau mau nyalahin, salahkan saja awan hujan itu.
Kesal sih sebenarnya wilayah kota ini terus terkena hujan, tetapi aku tidak bisa protes juga. Sudah jadi kebiasaanku menerima segala fakta yang ada.
Seharusnya aku dan Jurai membuat penangkal hujan dari dulu ya? Kurasa itu investasi yang tidak buruk. Namun ingat, perusahaan Guirusia.co adalah perusahaan yang tertutup, jadi tidak akan.
"Hati-hati. Jangan kelupaan terus mampir perpustakaan lho ya?"
"Haish, aku bukan dirimu Sin yang selalu di perpustakaan. Lebih mending aku bawa laptopku dan merancang hal lain. Semua pengetahuan sudah ada di otakku."
Jurai dengan angkuhnya mengatakan itu sambil mengetuk kepalanya dengan telunjuknya. Ya tidak salah sih, toh kami dari dulu kutu buku. Pastikan kalian tidak heran kenapa kami jenius.
Perancang segala teknologi yang dibuat oleh perusahaan kami itu sebenarnya Jurai. Tidak sih, bisa dikatakan dia itu penyempurnaannya, sedangkan aku pembuat ide dasar.
Apa yang kurang dari padaku pasti akan Jurai lengkapi semampunya. Pada akhirnya kita berdua tidak bisa sempurna dengan kemampuan masing-masing walau jenius.
Orang dikatakan jenius pun pasti punya kelemahan bukan. Jadi ketika Jurai jenius dalam bidang yang satu, aku jenius dalam bidang yang lain.
Sedangkan Shin? Teman kami itu? Ya, dia juga jenius, tetapi lebih ke arah yang mistis. Ah ketika aku mengatakan mistis, nyatanya aku percaya karena dia berhasil membuktikannya.
Apa pekerjaannya Shin sampai bisa mendonasi bukan hanya sekolah, tetapi juga kebutuhan panti asuhan yang aku dan Jurai tempati ini? Yaa, cari tahu sendiri di lain waktu dari dirinya sendiri.
"Kakak Sin, makan paginya sudah selesai dimasak belum?"
"Sudah kok, kalian duduk saja di meja makan. Kakak bawakan ke meja makan sebentar lagi."
"Biar kami bantu kak, biar lebih mudah dan cepat. Lagi pula kakak harus ke sekolah cepat juga kan? Nanti terlambat."
"Betul itu, toh ini kan buat kami juga."
Alasan kenapa aku betah di panti asuhan daripada sendirian di rumah-rumah yang kumiliki di berbagai daerah adalah setidaknya aku bisa merasakan perhatian dan kasih di sini.
Rasanya menyedihkan sekali kalau aku tinggal sendirian dan depresi dalam setiap hariku. Jadi di sini lebih mending.
Oh ya, kembali ke pembahasan soal Jurai. Dia tidak memiliki pekerjaan apa pun di panti asuhan selain keuangan, jadi dia bisa bangun terlambat dan berangkat lebih dulu.
Selain angkuh, Jurai termasuk orang yang cukup rakus. Cara makannya sangat cepat, tetapi aku juga sama di hal itu. Kami bisa makan dalam waktu lima menit saja.
"Ya sudah, kalian makan dan berangkat juga. Yang sekolah kan gak hanya kakak."
"Hehehe, iya. Kakak bisa mandi dan ganti seragam dulu sementara kami makan."
"Ya sudah. Kalau sudah selesai makan piringnya taruh ke wastafel saja, nanti kakak cuci setelah selesai mandi."
Pekerjaan pagiku di panti asuhan berlangsung begitu cepat dan benar saja, jam sudah menunjukkan jam 6 lebih 48 menit. Terlambat? Tidak sebenarnya, tetapi aku jadi buru-buru.
Tidak ada perempuan seusiaku atau wanita dewasa selain Sister Himue. Dan tentu saja, aku tidak ingin membebaninya sementara aku tidak melakukan apa pun untuk meringankan pekerjaannya.
Terkadang aku berpikir, semua yang kulakukan ini sama seperti pekerjaan rumah perempuan, tetapi tidak ada rasa malu untuk hal itu. Lagi pula ini lebih baik daripada tidak sama sekali.
Kemampuan seperti ini juga diperlukan dalam situasi ketika aku sedang sendiri atau situasi darurat lainnya yang bisa saja terjadi sewaktu-waktu.
"Huft, rasanya aku bisa menjadi pembalap sepeda kalau terus begini."
Untung saja tidak telat dan masih ada waktu sebelum sekolah dimulai. Jarak antara panti asuhan dan sekolah ya sekitar dua belas menit, jadi kurang lebih ada lima belas menit sebelum sekolah.
Kurasa Jurai sudah pasti mengambil kunci ruangan itu dengan bantuan Shin, jadi aku langsung saja menuju ke ruangan itu.
Buat yang tidak tahu ruangan apa ini, anggap saja ruangan VVIP dalam sekolah ini saat ada tamu khusus. Letak ruangannya? Tentu saja juga tidak simpel, itu hanya bisa diakses lewat ruangan kepala sekolah.
Apa kepala sekolah tidak tahu? Apa itu perlu ditanyakan? Pastilah dia tahu identitas kami bertiga tanpa perlu masuk kalangan atas.
"Selamat pagi kepala sekolah. Jurai sudah di dalam kan?"
"Tentu, Shin juga ada di dalam kurasa. Kau bisa langsung masuk Sin."
"Baiklah, terima kasih kepala sekolah."
Ruangan ini adalah ruangan rahasia dengan mekanisme yang dibuat oleh perusahaan Guirusia.co, tidak ada yang bisa meniru.
Dan dengan artian ada teknologi yang paling maju di dunia ini berada di dalam ruangan kepala sekolah, tentu saja dia tahu kalau aku dan Jurai juga CEO sama seperti Shin.
Di sekolah ini, yang punya akses langsung hanya kita bertiga. Di kalangan atas, kami bertiga dikenal sebagai World Youngest and Outmost Revolutioner.
Ketika perusahaanku dan Jurai berdiri dalam bidang teknologi dan otomotif, perusahaan Shin dalam hal yang tidak pernah disentuh sebelumnya. Apa? Nanti saja deh, ada waktunya.
"Akhirnya datang juga. Lama sekali sih Sin."
"Hei, jangan samakan diriku denganmu yang tidak punya pekerjaan rumah di panti asuhan Jurai. Kelakuannya begitu terus dah."
"Hahaha, jangan ribut ah kalian berdua. Jadi sampai ingin menggunakan ruangan ini, ada hal apa yang ingin kalian bahas?"
Seharusnya membahas ketika ada Shin di sini tidak masalah harusnya bukan? Lagi pula dia juga kehilangan orang tuanya dan itu alasan yang memacu kita bertiga bekerja sama.
Berbeda dengan kami yang tidak tahu asal-usul orang tuan kami. Orang tua Shin meninggal saat dia masih usia empat tahun.
Hanya saja dia sudah mulai membangun perusahaan dengan harta yang ditinggalkan orang tuanya dan menjadi CEO termuda dalam sejarah dunia.
Walau Shin memiliki kemampuan untuk mendonasi sekolah dan panti asuhan, keuangan perusahaan Shin pasti akan tersendat tanpa ada setoran dana dari Guirusia.co terus-menerus.
"Aku tidak tahu apa-apa, Sin yang katanya ingin memberi tahuku sesuatu. Juga aku memanggil Shin di sini, jadi tidak masalah kan?"
"Tentu tidak, karena yang ingin kubahas adalah soal kedua orang tua kita Jurai."
"… jangan katakan kau sudah menemukan informasi dan kebenaran tentang mereka Sin?"
"Nyatanya kemarin aku tidak ke perusahaan karena aku sedang di tempat lain dan mendengar semua penjelasan yang akan kuberi tahu ke kalian."
Berbeda denganku, yang bisa memprediksi masa depan dengan akurasi yang cukup tinggi hanyalah diriku. Kegeniusanku bahkan mencapai masa depan juga masa lalu.
Karena penjelasannya panjang lebar, aku dengan singkat menjelaskan kepada mereka rincian kejadian yang kuhadapi kemarin juga alasan di baliknya.
Tentu saja mereka terkejut mendengar semua ini selagi ketika aku dan Jurai memiliki kakak perempuan dan dia sendiri yang membunuh kedua orang tua kami.
Perasaan Jurai sama sepertiku, dia tidak mempermasalahkan soal papa kami, tetapi kesedihannya menumpuk ketika mama yang tidak bersalah dibunuh.
Tunggu, kurasa ada yang salah dari informasi ini. Berdasarkan prediksiku, bukan Christina yang membunuh mama, tetapi papa yang membunuh mama.
Dan ketika itu Christina ingin balas dendam langsung dan membunuh papa, setelah itu melarikan aku dan Jurai ke panti asuhan karena merasa bersalah dan berdosa.
"Jadi begitu ya… hanya tersisa Christina kakak perempuan kita."
"Kurasa bukan Christina yang membunuh mama, tetapi papalah yang membunuh. Lalu Christina balas dendam dan kabur dari rumah."
"Iya, cerita yang awal tidak masuk akal, tetapi yang barusan kau katakan lebih bisa dimengerti Sin."
"Sayang sekali kita bertiga kehilangan kedua orang tua kita. Aku turut berduka Sin, Jurai."