webnovel

RE: Creator God

Bermula dari kehidupan biasa yang tidak sengaja masuk ke dalam takdir yang tidak biasa yakni masuk ke organisasi tersembunyi, dilanjutkan takdir yang lebih tidak masuk akal lagi dalam waktu singkat yaitu dijemput oleh seseorang yang tidak dikenal dari dunia lain, tetapi mengaku istrinya. Sampai akhir hayatnya pun dirinya tidak dibiarkan tenang karena tugas utamanya belum selesai. Tujuan hidupnya hanya satu, menemukan kebenaran tentang kehidupannya. Seseorang yang bernama Sin juga punya identitas rahasia yaitu Alpha dan identitas lainnya dari dunia lain yaitu Lucifer dan ketika mati dia menjadi....

GuirusiaShin · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
377 Chs

CH.44 Hanya Kamu

Kiera membuatku tertidur dengan tenang. Akhir-akhir ini memang karena banyak pekerjaan yang aku harus kerjakan membuatku lupa istirahat. Akhirnya kinerjaku semakin berkurang juga. Tidur di dunia Albheit Online memang tidak ada salahnya. Juga tidak akan ada yang mencariku karena mereka tau bahwa aku paling benci diganggu ketika aku sedang ada di dunia game ini.

"Sayang. Bangun dong, sudah malam lho." ternyata ketika aku tertidur, waktu berjalan dengan sangat cepat.

Faktanya aku masuk ke dalam Albheit Online itu jam 2 siang lebih sedikit, sekarang sudah jam 7 aja. Karena Pentarundumku juga bisa membaca bahwa aku sedang tidur atau tidak jadi pesan yang terkirimkan tak akan mengganggu tidurku. Biasanya hanya alarm saja yang akan bisa tetap membangunkanku, tetapi karena kali ini aku tertidur di siang hari maka aku tidak pernah memasang alarm apa pun. Untung saja masih ada Kiera.

"Nghh, sudah malam aja nih. Masih capek nih." aku terbangun dan meregangkan badan agar tidak kaku.

"Kalau masih capek pulang dulu geh, nanti tidur di rumah sekalian login dari rumah aja. Aku tungguin deh."

Oh jarang-jarang aku bertemu dengan Kiera malam-malam. Karena hari ini adalah hari sabtu jadi besok libur, maka tawaran Kiera membuatku tersenyum kecil.

"Baiklah, aku akan login lagi di rumah kira-kira satu jam lagi, atau satu setengah jam deh kalau misal perlu melakukan hal lain." aku mengambil posisi berdiri dari tidurku.

"Asalkan semuanya udah selesai, baru login aja. Nanti kalau buru-buru juga gak bagus sayang."

Kiera memang perhatian sekali. Pantas saja aku selalu jatuh cinta padanya, membuatku semakin sayang kepada dirinya. Mana ada orang yang sedang kelelahan tidak ingin diperhatikan, Kiera memang mengenal diriku secara mendalam.

"Baiklah, tunggu dulu ya sayang." aku mencium dahi baru bibirnya sebelum logout.

Perusahaanku selalu buka setiap waktu, bahkan tengah malam pun iya. Seluruh karyawan yang ada selalu bergilir menjaga ruang kontrol utama. Setidaknya jika ada kesalahan atau emergency apa pun, masih ada yang menanganinya. Jadi ketika aku logout di malam hari seperti ini, masih saja ada orang yang berjalan entah ke mana di perusahaanku ini.

Karena aku berisitirahat dengan cukup tadi, aku cukup fokus dalam menyetir walau masih sedikit mengantuk dari efek tidur panjang. Ketika aku sampai di rumah pun anak-anak sudah menyelesaikan seluruh keperluan mereka, jadi bermain Albheit Online lah yang mengisi waktu luang mereka. Kalau hari libur begini, biasanya mereka bermain sampai larut malam sekali.

"Nghh, udah mandi udah makan, sekarang tinggal login lagi."

Setelah memposisikan diriku di kasur dan memakai VR khususku itu, aku langsung saja masuk ke dalam game Albheit Online lagi. Rasanya game ini hanya sebuah perantara untukku bisa bertemu dengan Kiera. Kalau yang lain mementingkan gamenya, kalau aku mementingkan Kiera seorang.

"Ohh cepatnya. Sayang sudah kembali lagi." benar saja, Kiera masih menungguku di rumah ini.

"Tentu saja, aku sudah berjanji akan datang lagi bukan." tanganku rasanya ingin selalu menempel dengan Kiera.

Setiap kali memungkinkan, aku selalu memeluk Kiera entah dari depan, belakang, atau dari atas ketika Kiera sedang duduk. Rasa rinduku rasanya bisa terbalaskan dengan memeluk Kiera seperti ini.

"Iya iya deh. Dasar manjanya." Kiera menggodaiku dengan tersenyum.

"Hih, mana ada manja, kamu yang manja iya." tentu saja aku membantah perkataan Kiera.

"Aku manja? Mimpi deh kamu sayang."

Rasanya kami seperti kembali muda lagi. Karena dulu kami menikah juga karena keterpaksaan, lalu dilanjut dengan mengurusi anak, jadi kami jarang punya waktu sendiri. Lebih banyak waktu hidup kami untuk mengurusi yang lain. Jadi ketika kami di sini saling menggodai, rasanya masa muda kami kembali, rasanya juga seperti pacaran saja.

"Iya dong, aku mimpi, mimpiin kamu setiap saat sayang." perkataanku ini memang terlihat seperti candaan, tetapi pada yang sama ini adalah luapan emosiku.

Bukan emosi marah lho ya, tetapi emosi rinduku. Setiap saat aku selalu memimpikan kapan Kiera akan terbangun. Kapan Kiera akan kembali memelukku dengan kehangatan tubuhnya secara langsung. Semua itu aku selalu mimpikan.

"Iya deh. Karena udah malam, kita jalan-jalan cari udara yuk. Makanan malam juga ndak kalah enaknya dengan makanan waktu siang hari."

Game ini memang terasa sangat nyata. Hembusan angin malam membuat diriku merasa segar kembali. Udara di dunia ini memang sejuk. Bukan hanya sejuk untuk badan, tetapi juga sejuk untuk batin. Benar-benar game yang selalu menemaniku untuk menemui Kiera.

Kurasa kalau ada pilihan tinggal di sini bersama Kiera selamanya, aku pasti akan memilihnya. Tetapi masalahnya masih ada anak-anak yang harus kujaga. Semuanya itu memang perlu dipikirkan dulu karena hidupmu itu terkadang jadi gantungan untuk hidup orang lain.

"Oh malam ini sepi ya, biasanya masih banyak player yang lalu lewat." Kiera melihat sekitar ketika kami berjalan di jalan utama kota ini.

Kiera semakin lama semakin terbiasa dengan kondisi seperti ini. Bahkan kurasa dunia ini, seluruhnya sudah familiar menurut Kiera. Walau dunia ini juga menyimpan banyak monster yang terus berkembang, tetapi karena pada dasarnya karakterku dan karakter Kiera itu GM bukan pemain jadi monster itu tidak akan menyerang kami. Itu juga alasan menemui anak-anak di Albheit Online hanya untuk sekedar mengikuti mereka bukan berpetualang bersama.

"Ngomong-ngomong anak-anak sedang ada di dunia ini juga. Aku tidak pernah mengecek karakter mereka sama seperti tubuh asli mereka atau tidak, tetapi kau bisa menemuinya walau mereka tidak bisa melihatmu sayang." aku menyarankan sesuatu.

"Apakah benar aku bisa menemui anak-anak? Aku sangat rindu sekali."

"Walau begitu, aku tidak berani menyampaikan pesanmu walau aku tau kepada mereka secara langsung."

"Tidak apa-apa, asalkan aku bisa melihat mereka dan mendengar suara mereka itu sudah cukup untukku."

Karena Kiera juga sangat rindu kepada anak-anak, aku hanya bisa mengontak mereka untuk segera ke koordinatku sekarang ini. Tentu saja mereka bermain tidak menganggur, jadi butuh waktu agar mereka semua bisa sampai ke sini.

"Papa memanggil kami? Ada apa pa?" rupanya keempat anakku sedang bersama teman-temannya juga.

"Apakah ini ayah kalian!? Pembuat game ini!? Aku bertemu dengan pembuat game ini secara langsung!" ternyata salah satu temannya ada yang gaduh saat bertemu denganku.

"Hai. Ya aku memang pembuat game ini. Anak-anak ada yang harus aku sampaikan kepada kalian."

Seketika semuanya terdiam hening karena sifatku selalu serius jadi anak-anak selalu memperhatikan setiap kata dari kalimatku dengan teliti.

"Kalian cepat selesaikan misi yang satu ini, misi yang bernama 'The Goddess Tear'."

Misi ini sebenarnya tergantung siapa yang mengerjakannya. Khusus untuk anak-anakku, mereka akan menjalani cerita yang berbeda dengan pemain lain. Ini sudah aku siapkan dari dulu. Misi ini hanya bertujuan satu, agar pesan Kiera tersampaikan kepada mereka.

"'The Goddess Tear' pa? Misi apa itu?" Migusa bertanya kepadaku karena memang misi ini jarang terdengar karena sulit juga mendapatkannya.

"Cari saja misi ini di salah satu NPC yang ada di rumah itu." aku menunjukkan jariku ke salah satu rumah yang tidak jauh dari sini.

Kenapa sulit mendapatkannya, karena NPC ini dikenal sebagai NPC terlarang yang memberikanmu hal yang tersulit, yaitu melewati rintangan yang aku buat untuk menuju ke tempat pribadiku dengan Kiera.

"Ke rumah NPC terlarang itu? Yakin pa?" Shouko rupanya sedikit ragu akan perkataanku.

"Kalau kalian tidak menjalani misi itu, kalian akan menyesal seumur hidup kalian ketika mengetahui apa yang terjadi sebenarnya."

"Baiklah pa, kami akan melakukannya sekarang juga, ayo teman-teman." Furisu mengiring teman-temannya menuju rumah NPC itu.

Tidak perlu waktu lama sampai mereka menghilang dari hadapanku dan Kiera. Selagi berbicara dengan anak-anakku, aku sesekali menengok ke arah Kiera. Aku hanya melihat satu hal, Kiera menangis. Aku tidak tau Kiera menangis sedih, senang atau yang lainnya. Setelah aku menghilangkan diri lagi, aku memeluk Kiera agar tangisannya mereda.

"Sudah enakkan nangisnya sayang?" Kiera menangis dalam jangka waktu yang cukup lama.

"Maaf… aku kelihatan seperti mama yang cengeng sekali. Tetapi aku rindu sekali dengan anak-anak."

"Aku tau kok, kalau lain kali kau ingin bertemu dengan mereka, aku akan menyampaikan langsung pesanmu kepada mereka, tetapi biarkan mereka menyelesaikan misi yang kuberikan untuk menyampaikan pesanmu satu tahun yang lalu terlebih dahulu."

Setelah Kiera puas menangis, akhirnya kami pergi ke alun-alun kota di mana ada air mancur di situ. Biasanya kalau siang banyak anak-anak NPC yang berlarian ke sana ke mari. Tetapi karena hari sudah hampir tengah malam, semua NPC hanya akan berada di rumahnya sendiri.

"Apa kau ingin bertemu dengan anak-anak sekali lagi walau dari kejauhan?" aku memeluk Kiera dari samping ketika duduk di salah satu bangku taman alun-alun kota.

"Bisakah?"

"Bisa, kita bisa mengikuti mereka dari belakang ketika mereka melakukan misi 'The Goddess Tear' ini. Sekalian melihat bagaimana reaksi mereka."

Muka Kiera mencari cerah kembali setelah mendengar ucapanku. Tentu saja, mana ada orang tua yang ingin jauh-jauh dari anaknya. Kami bukan termasuk orang tua macam itu. Walau mereka punya segala kekayaan yang aku miliki, tetapi kasih sayang juga termasuk hal yang kami ingin berikan selalu.

"Ta-tapi bagaimana kalau reaksi mereka di luar ekspetasi kita?" rupanya Kiera masih sedikit ragu akan keputusanku ini.

"Kalau tidak kita lihat mana mungkin kita tau? Lagi pula segala reaksi mereka lah yang ingin kita lihat bukan? Kita tidak bisa memaksakan kehendak kita kepada mereka juga." aku mengelus rambutnya dengan halus untuk sedikit menenangkan Kiera.

"Baiklah… aku mau melihatnya."

Karena Kiera sudah menguatkan hatinya juga, akhirnya kami mengikuti anak-anak dari belakang dalam keadaan terbang. Kekuatan sihir masih berguna di dalam dunia ini. Jadi sayap kami masih berguna di dunia ini. Kami mengikuti anak-anak dari awal sampai melewati segala rintangan. Mereka memang sedikit kesulitan, tetapi akhirnya mereka mencapai tempat privasi kami, di mana segala sesuatu sudah tersimpan di situ.

"Mari kita lihat."

"Baiklah…."