webnovel

RE: Creator God

Bermula dari kehidupan biasa yang tidak sengaja masuk ke dalam takdir yang tidak biasa yakni masuk ke organisasi tersembunyi, dilanjutkan takdir yang lebih tidak masuk akal lagi dalam waktu singkat yaitu dijemput oleh seseorang yang tidak dikenal dari dunia lain, tetapi mengaku istrinya. Sampai akhir hayatnya pun dirinya tidak dibiarkan tenang karena tugas utamanya belum selesai. Tujuan hidupnya hanya satu, menemukan kebenaran tentang kehidupannya. Seseorang yang bernama Sin juga punya identitas rahasia yaitu Alpha dan identitas lainnya dari dunia lain yaitu Lucifer dan ketika mati dia menjadi....

GuirusiaShin · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
377 Chs

CH.26 Tempat Asing

Terbangun di tempat yang dingin memang tidak enak. Dan aku tau betapa dinginnya dunia kepada orang-orang seperti diriku ini. Apa boleh buat selain berharap dan melakukan yang terbaik. Yang terutama adalah terus hidup dan buat hidupmu itu bermakna.

Ya… bermakna. Tapi apa jadinya ketika kau hanya bisa melakukan hal bodoh yang bahkan tak dipikir orang? Ketika kau punya hidup, tetapi tak bermakna, itu sama saja tak berarti. Dan itulah yang terjadi padaku, hidupku sudah tak berarti.

"Ughh… di mana aku ini?" aku terbangun dari mimpiku di dunia kegelapan itu.

Atap yang tidak kukenal ini rasanya menghantuiku. Karena aku pingsan karena tidak punya energi, maka tidak ada masalah bagiku untuk sedikit menolehkan badan dan melihat sekitar. Dari apa yang sudah kulihat, aku menyimpulkan bahwa aku ada di rumah seseorang, seseorang yang sangat kaya walau tak sekaya diriku.

"Jangan bangun dulu, tiduran saja." bahasa apa… itu?

Aku tidak mengerti apa yang dikatakannya, tetapi kalau ditebak mungkin aku disuruh istirahat dulu. Bahasa yang diucapkannya adalah bahasa yang tidak kukenal. Berarti ada kemungkinan bahwa aku sedang ada di negara lain. Ya itu memungkinkan sih, mengetahui bahwa sihir Transportal Gate tidak bisa tepat pada tujuan.

Sekarang, permasalahannya adalah bagaimana bisa aku berbicara dengannya ketika aku tidak memahami bahasa yang diucapkannya. Tak mungkin aku hanya diam ketika dia sudah membantuku bukan? Hmm, aku harus berpikir cepat… oh ya aku masih punya Pentarundum untuk mengartikannya untukku karena aku tak mungkin menggunakan sihir.

"Terima kasih sudah mau menolongku, err…." dengan bantuan Pentarundum semua bahasa yang keluar dari mulutku akan dimengerti oleh pendengar dan semua bahasa yang kudengar akan kumengerti.

"Panggil aku Marvin, Marvin Anggaputra." oh aku bisa memahaminya.

Aku harus menanyakan keberadaanku sekarang, tak perlu aku harus membuang waktu lebih lama lagi.

"Baiklah Marvin-san, namaku Sin, Guirusia Sin. Bolehkah aku bertanya suatu hal?" semoga dia tidak menyadarinya kalau aku adalah orang dari luar negeri.

"Tentu saja Sin, katakanlah." kurasa dia tidak menyadarinya.

"Di manakah aku sekarang ini? Pukul berapa, tanggal berapa?" aku harus memastikan keadaanku.

Pentarundum memang bisa menjadi solusiku untuk mencari jawaban dari pertanyaanku itu, tetapi mana bisa kulakukan sekarang ini.

"Tentu saja pertanyaan itu yang keluar darimu. Baiklah, akan kujawab. Indonesia, Semarang, di rumahku, pukul 3 sore lebih 8 menit, tanggal 1 Mei 2020." lengkap seperti yang kumau.

"Baiklah terima kasih Marvin-san, dan juga terima kasih sudah mau menolongku. Aku akan membayar kebaikanmu sudah mau menolongku."

Aku sudah menyiapkan mata uang Indonesia dalam jumlah 10 juta dengan diam-diam. Bukan dengan sihir, namun dengan bantuan Pentarundum saja.

"Ah tidak perlu membayarnya. Lagi pula bukan aku yang menolongmu." perkataannya sedikit aneh untukku.

"Lalu siapa yang menolongku?" aku bertanya dengan kebingungan.

"Cucu perempuanku. Dia lah yang menolongmu ketika dia sedang berbelanja dan menemukan dirimu yang tiba-tiba terpingsan." sekarang jadi masuk akal.

Tak tau aku harus berkata apa saat ini. Rasanya canggung sekali kalau hanya meninggalkan tempat ini tanpa membalas kebaikannya. Ughh, apa yang harus kulakukan?

"Umm, jadi di mana kah cucu perempuanmu itu sekarang? Setidaknya kalau kau tak mau menerima uang dariku, aku ingin berterima kasih kepadanya sudah mau membantuku."

Setidaknya aku tak akan pergi ke mana pun dengan beban yang tidak terselesaikan. Aku harus menyampaikan segalanya baru setelah itu aku akan mencoba mencari cara kembali ke negaraku, Jepang tanpa bantuan orang yang kukenal dari Jepang.

"Tunggulah di sini terlebih dahulu, aku akan panggilkan dia." Marvin yang kira-kira berusia 60 tahun an keluar dari kamar ini entah ke mana dia pergi.

Karena aku hanya pingsan karena kekurangan energi, aku tak perlu bersusah payah bangkit dari kasur. Aku melihat apa yang ada di sekitarku. Ternyata kalau dilihat lebih cermat harta kekayaan rumah ini bisa menyatakan bahwa pemiliknya punya harta kekayaan yang hampir sama denganku. Jadi tertarik aku dari mana awal mula dari semua hasil ini.

"Kalau dipikir-pikir, rumah ini bagus juga. Benar saja kalau pemiliknya tak butuh uang ganti menyelamatkanku."

Aku melihat jendela keluar, pemandangan yang luar biasa indah, khas rumah orang kaya. Namun tentu, karena model orang Jepang dan orang negeri ini. Kelihatannya produksi mobil dari Jepang dilempar ke negeri ini semua. Lihatlah betapa pekatnya polusi di sini, juga kualitas mana yang semakin lebih buruk tidak memungkinkanku menggunakan sihir.

Tiba-tiba ketika aku masih tenggelam di dalam pikiranku, aku mendengar ketukan pintu dan suara pintu yang terbuka. Oh tidak, mimpi buruk apa lagi yang aku akan hadapi ini. Aku punya firasat buruk ketika menemui seorang perempuan yang berumur 16-18 tahun.

"Kau sudah bangun rupanya." perempuan itu menyapa terlebih dahulu.

"Apakah anda yang sudah menyelamatkanku? Aku sungguh berterima kasih atas bantuan yang anda berikan. Bagaimana cara untuk aku membalas kebaikanmu? Uang?" aku berbicara dengan cara yang sekaku mungkin.

Aku tak ingin mencari masalah dengan perempuan lagi, sudah cukup aku mengalami tekanan batin untuk mencintai istriku yang tak pernah kunikahi.

"Tidak perlu. Aku tak akan menerima uang darimu sepeser pun. Dan juga tidak usah pakai cara bicara yang terlalu formal. Aku yakin kau seumuran denganku. Perkenalkan namaku Mishishi Kiera. Oh ya, aku keturunan setengah Jepang, setengah Indonesia, makanya namaku berlandaskan sistem penamaan Jepang." tak kusangka aku terjebak dalam ketidakberuntungan lagi.

Apa daya lagi diriku memberontak kepada sistem dunia ini yang sudah kacau balau. Tidak ada pilihan lain menyerah kepada nasib dan takdir.

"Baiklah jika itu maumu. Jadi Mishishi-san, bagaimana aku bisa membalas kebaikanmu?" tak akan kumenyerah untuk cepat keluar dari sini.

"Sudah kubilang, jangan bicara terlalu formal. Dan kurasa kau orang dari Jepang bukan? Bagaimana kau bisa berbicara bahasa Indonesia?" dan di sinilah aku terjebak lebih dalam.

Tak ada jalan keluar lagi. Semua rahasiaku yang ingin kusembunyikan sudah diketahuinya. Kurasa influlencenya cukup besar jadi semua data tentang diriku bisa ketahuinya. Padahal data diriku termasuk International Secret Treasure yang tak mudah diketahui banyak orang. Itu lah aku biasa tidak melakukan banyak hal yang aneh.

Tentu saja, semua informasi itu bocor karena banyak kejadian aneh yang kulakukan akhir-akhir ini sebelum pergi ke Demonirya. Apa boleh buat kalau begitu caranya.

"Hah~ baiklah kau menang. Kurasa kau juga sudah mengenal siapa diriku bukan?" aku menurunkan tingkat kekakuan dalam cara bicaraku.

"Tentu. Guirusia Sin, pemilik perusahaan Guirusia.co, punya saudara yang bukan saudara kandung, tinggal di panti asuhan selama hidup, pernah masuk ke Tensai Koukou, tidak ada data soal orang tua, pernah bekerja untuk Dark Society, apa lagi?" oh luar biasa.

Bolehkah aku bunuh diri sekarang? Aku kira setidaknya dia hanya mengetahui sebatas kulit luar dari informasiku saja, tetapi apa yang kudengar ini? Dia sudah tau bahkan sampai ke inti bijinya. Kutarik perkataanku soal kekayaannya lebih rendah dari padaku, kuasanya dalam dunia ini bahkan jauh lebih dariku.

"Tak kusangka kau begitu mengenal diriku. Baiklah, aku akan memperkenalkan diriku sekali lagi karena kau hanya tau dari informasi yang kau dapatkan. Namaku Guirusia Sin, dan semua informasi yang kau ketahui itu memang benar."

Perempuan ini dibalik kebaikan hatinya dia cukup berhati-hati juga dalam bertindak. Aku tak bisa berlaku sembrono dihadapannya.

"Salam kenal Guirusia-san, panggil aku Kiera saja. Seluruh orang di Indonesia punya kebiasaan memanggil orang dengan nama pemberian." sekarang penjelasannya membuatku mengerti.

Setiap negara memang unik, dan tidak bisa dibandingkan satu sama lain. Sekarang, apa yang akan terjadi padaku? Sudah tidak ada jalan keluar untukku kembali dengan diam-diam tanpa mencari masalah.

"Jadi apa yang kau inginkan dariku Kiera? Sebenarnya aku ingin kembali ke Jepang tanpa mencari masalah, tetapi kalau sudah begini caranya aku tidak tau harus melakukan apa lagi." depresiku mulai memuncak lagi.

"Tenang lah, aku tak akan menyakitimu atau mencoba menjatuhkanmu, aku hanya ingin mengajakimu makan malam saja. Kau juga pingsan karena kekurangan energi bukan?"

Ucapannya sedikit membuatku menaikan kewaspadaanku, tetapi di lain sisi, kemanusianku mengatakan aku butuh energi dan makan juga. Apa boleh buat, daripada aku pingsan lagi bukan?

"Hah… baiklah. Setidaknya biarkan aku pergi setelah aku makan malam ini selesai." aku hanya bisa berharap tidak ada sesuatu yang buruk terjadi.

"Tentu saja, bahkan aku akan menyediakan transportasi untukmu kembali ke Jepang." terdengar mencurigakan.

Ahhh, aku tak ingin masuk ke dalam perangkap lagi. Aku sudah cukup merasakan semuanya ini, dan aku muak kepada diriku sendiri yang selalu terbodohi dengan segala keadaan.

"Kalau begitu, ikuti aku. Akan kutunjukkan jalan ke ruang makan." dia berbalik badan dan keluar dari kamar ini.

Hanya dengan baju yang tersisa ketika aku pingsan aku menuju ke ruang makan dengan mengikuti Kiera sebagai arahanku. Jangan ada masalah lagi tolong.

"Silahkan masuk nona Kiera, tuan Marvin sudah menunggu di dalam." salah satu pelayan perempuan membukakan pintu untuk kami.

Sebenarnya hanya untuk Kiera, tetapi karena aku juga disuruh ikut, jadi ya begitulah. Baru kali ini aku merasakan tekanan batin mengikuti seseorang dari belakang. Sebuah penghinaan sebenarnya karena aku punya kuasa yang besar.

"Ah Kiera sudah datang rupanya. Oh Sin juga ada ternyata." Marvin menyambut kami dengan hangat.

"Hentikan itu kakek tua. Sin sudah tau tentang kita mengetahui dirinya." dengan sedikit kasar Kiera menjawab perkataan Marvin.

Itu cukup mengejutkan untukku. Tak kukira bahwa hubungan kakek dan cucu ini bisa seperti ini. Tentu saja, aku belum pernah mengalaminya, bahkan aku tak tau rasanya punya orang tua. Bukan Kuroshin, tetapi orang tua yang perhatian kepada anaknya.

"Maaf, maaf. Kalau begitu ayo kita makan, hari sudah hampir malam juga."

Dengan sopan pelayan menarik kursi untuk aku dan Kiera duduk. Tidak ada yang masalah sepanjang ini, kurasa tidak ada yang mencurigakan.

"Oh ya Sin, kalau dari data yang kami dapatkan kamu berumur 16 tahun bukan?" tiba-tiba ketika makan malam sudah selesai Marvin bertanya kepadaku.

"Iya, tetapi ada yang sedikit salah sebenarnya." aku tak bisa mengatakan aku sudah hidup selama ratusan, ribuan tahun kepada mereka.

"Oh benarkah? Kalau begitu berapa umurmu Sin?"

"Seharusnya sudah 18 tahun, tahun ini 19." aku menjawab dengan jawaban palsu.

Setidaknya aku juga tidak membohongi mereka total. Usiaku memang benar segitu setelah melewati tenggat waktu dari dunia Demonirya.

"Kalau begitu apakah kau mau alkohol? Kelihatannya kau sedikit depresi entah kenapa." penawaran yang bagus.

Aku butuh alkohol, aku butuh ketenangan. Aku tak peduli lagi soal kesehatanku, aku mau kelepasan dari masalah yang tak ada selesainya ini.

"Dengan senang hati aku akan menerimanya. Anggur jika kau tidak keberatan."

Kelihatannya aku sedikit memaksa, tetapi dia yang menawari terlebih dahulu. Oh ya sebenarnya anggur termasuk alkohol atau bukan sih? Ah malas berpikir, yang penting minum.

"Tentu saja tidak masalah. Pelayan, satu botol anggur 40 tahun dan dua gelas wine tolong."

Dengan cepat saja pelayan langsung mengambilkan apa yang diminta. Ketika anggur itu sudah datang, aku bersulang dengan Marvin dan meneguk habis isi dari gelas wine itu.

"Fuah~ tidak ada yang bisa mengalahkan rasa anggur tua." dengan kelegaan aku berkata.

"Tentu saja, lagi?"

"Tidak ada kata tidak untuk anggur yang nikmat."

Aku meminum banyak gelas berisi anggur sampai tak tau berapa gelas lagi. Yang aku tau hanyalah Marvin minum 2 atau 3 gelas saja. Sedangkan aku? 10 gelas mungkin?

"Ughh, kenapa badanku terasa panas ya?" aku merasakan gerah setelah minum anggur sebanyak itu.

"Kelihatannya kau terlalu banyak minum anggur. Kiera, antarkanlah Sin ke kamar untuk dia beristirahat."

"Baiklah kakek."

Aku berjalan diantarkan ke kamar dengan sempoyongan. Entah apa yang terjadi setelah itu karena pandanganku begitu kabur. Kesadaranku pun menghilang setelah itu.