webnovel

RE: Creator God

Bermula dari kehidupan biasa yang tidak sengaja masuk ke dalam takdir yang tidak biasa yakni masuk ke organisasi tersembunyi, dilanjutkan takdir yang lebih tidak masuk akal lagi dalam waktu singkat yaitu dijemput oleh seseorang yang tidak dikenal dari dunia lain, tetapi mengaku istrinya. Sampai akhir hayatnya pun dirinya tidak dibiarkan tenang karena tugas utamanya belum selesai. Tujuan hidupnya hanya satu, menemukan kebenaran tentang kehidupannya. Seseorang yang bernama Sin juga punya identitas rahasia yaitu Alpha dan identitas lainnya dari dunia lain yaitu Lucifer dan ketika mati dia menjadi....

GuirusiaShin · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
377 Chs

CH.219 Menghajar Habis

Sungguh aku begitu geram melihat keadaan ini. Sekarang aku mengerti, sangat mengerti apa yang sedang terjadi tanpa mencari tahu lebih dalam lagi. Namun disaat itu, tiba-tiba Kiera menggenggam tanganku erat-erat dan membuatku sadar.

Maka dari itu aku mencoba menahan emosiku dan tidak membiarkan apa yang terjadi itu membawaku ke dalam arus kemarahan. Untung saja masih ada Kiera, kalau tidak mungkin aku sudah marah-marah tanpa merek mengetahui siapa diriku dan Kiera.

"Feliha, turun sebentar ya, biarkan paman berbicara dengan keluargamu yang lain."

"Sin, tahan dirimu."

"Aku tahu sayang. Perkenalkan namaku Sin, kurasa nama keluargaku hanya akan membuat kalian langsung sadar. Pertama, Kuroha, jujur sejak mulai mengirim pesan teks, aku tidak suka dengan sikapmu, dan kalian semua, apakah kalian tahu apa yang kalian perbuat itu salah?"

Walau Kiera menyuruhku menahan diri, bukan berarti dia menyuruhku untuk tidak memberi tahu semuanya dengan blak-blakan. Aku tidak akan menahan diri untuk mengatakan perasaanku walau dalam kata-kata yang terbilang masih sopan.

Orang-orang semacam mereka tidak akan mendengarkan perkataan yang menggunakan cara halus, jadi aku benar-benar harus memberi tahu mereka agar pikiran mereka terbuka. Bisa dibilang cara ini paling efektif untuk semua orang di zaman sekarang ini.

"Siapa dirimu berani menasihati kami!?"

"Tante!! Jangan membentak kakek. Dia adalah kakek buyut tujuh keturunan di atas kita!"

Untung Kuroha masih tahu diri sedikit walaupun aku masih kesal dengan dirinya. Memang orang-orang ini sangat tidak tahu moral, kesombongan mereka benar-benar di atas awan. Aku tahu ini adalah warisanku yang sejak dulu aku selalu bangga dengan semua kerja kerasku. Namun kalau sampai di titik seperti ini aku tidak akan tahan diri lagi.

Ini sudah keterlaluan, bahkan Feliha yang juga adalah bagian dalam keluarga ini pun tidak punya tempat sama sekali. Soal niatku mengadopsi Feliha tadi? Aku tidak usah banyak tanya, aku lakukan saja langsung tanpa persetujuan mereka. Mau adu kekuatan keluarga? Aku adalah kepala keluarganya, menang siapa coba.

"Mana ada kakek buyut di atas kita beberapa keturunan masih hidup!! Kau berbicara yang tidak masuk akal, memang aku tahu dirimu itu bodoh Kuroha."

"IAI, uruskan surat pengadopsian Feliha atas namaku dan Kiera, lakukan sekarang. Gunakan semua koneksi yang kita punya bahkan ancam saja siapa pun. Laporkan kepadaku kalau sudah berhasil."

"Perintah tuan sedikit kasar. Saya butuh pengkonfirmasian sekali lagi untuk mengurusnya. Apakah perintah tuan ini tidak dalam dasar kemarahan?"

"Lakukan saja IAI, tanpa komen."

"Baiklah, dimengerti."

Bahkan IAI saja sampai tahu bahwa aku sedang emosi. Memang sih aku dalam keadaan emosi dan marah yang meluap-luap. Jujur aku tidak tahu tindakanku itu benar atau salah, tetapi melihat Kiera tidak menghentikanku, berarti aku benar.

Dibanding menyelamatkan semua keturunanku, mending aku menyelamatkan Feliha seorang yang masih bisa menjadi penerus yang baik. Keturunanku orang-orang semacam mereka? Tidak sudi aku menerima mereka, apa-apaan, jijik.

"Seenaknya sekali kau mengadopsi Feliha!! Namun biarlah, paling juga tidak bisa."

"Perintah tuan sudah terlaksana dengan baik. Pengadilan memberikan langsung surat pengadopsian tanpa menunggu sedetik pun."

"Bagus, bagus. Kalian semua dan Kuroha, ingat dan camkan ucapanku, saat aku melihat kalian lagi dan masih bersikap begitu arogan, lihat saja kalau kalian bisa berdiri. Walaupun kalian adalah keturunanku, kubuat kalian merangkak memohon kepadaku, kurang ajar memang kalian. Kiera, Feliha, ayo kita pulang."

"Kita pergi ke mana paman, tante?"

Feliha yang masih kecil tentu tidak mengerti kondisi ini sama sekali, aku hanya bisa menghela nafas anak sepolos ini walau manja bisa bertahan di keluarga yang benar-benar kasar dan arogan. Kurasa memang benar, keturunanku sudah terlalu lama hidup di atas awan, sampai lupa mereka masih manusia.

Ucapanku mengancam menghapuskan semua yang mereka milikki itu nyata, aku tidak bercanda. Justru kalau aku sudah serius, aku adalah orang nomor satu dalam hal itu, ucapanku tidak pernah kutarik apalagi kuingkari. Sial, mereka benar-benar menguji kesabaranku dalam hal ini.

"Feliha, karena keluarga Feliha yang lain itu tidak bersikap baik kepada Feliha, maukah Feliha tinggal bersama paman dan tante?"

"Dan Feliha bisa beli gaun lebih banyak lagi? Tentu saja mau!!"

"Hahaha, Feliha yang begitu baru paman suka. Kalau begitu mulai sekarang panggil paman papa dan tante mama ya?"

"Baiklah papa!!"

Setelah mengandeng Feliha bersamaku juga dengan Kiera, kami meninggalkan tempat ini di mana kemarahanku kepada generasi yang sekarang-sekarang ini memuncak. Lupakan soal aku menunggu mereka menghujat diriku lagi, aku jatuhkan saja mereka sekarang.

Ini bukan atas dasar emosiku semata, tetapi aku ingin membuat mereka belajar bahwa hidup terlalu lama di atas awan itu tidak cocok buat mereka. Semoga saja Kiera mentolerir perbuatanku dan memaafkanku soal hal ini.

"IAI, lucuti semua aset keturunanku yang berada di folder NUNWASIDZ. Semua yang namanya tercantum di situ, ambil alih semuanya, bangkrutkan semuanya, dan pindahkan semuanya atas namaku. Tulis saja alasannya karena semuanya adalah milikku."

"Perintah tuan Sin dimengerti, akan saya segera laksanakan."

"Ingat baik-baik namaku kalian semua, namaku adalah Guirusia Sin, pembuat Albheit Online yang kalian kenal itu dari sejak dulu. Lihat saja nanti kalau kalian masih punya sesuatu pada kalian."

Mereka justru masih bersikap arogan terlebih perempuan yang disebut Kuroha sebagai tante itu. Baguslah, aku sudah tidak peduli lagi kalau mereka benar-benar tidak peduli dengan harta dan masa depan mereka. Oh ya, semuanya dilucuti berarti membuat mereka jatuh ke bawah ke tanah, sampai ke titik nol.

Namun sebelum aku mau menaiki taksi bersama Feliha dan Kiera, mereka semua berlari-lari mengejarku. Bahkan mereka sampai kehabisan nafas dan tenaga. Ini dia orang yang sudah kaya jadi lupa diri, tenaga saja tidak punya. Heh, aku yang mempunyai segalanya saja segar bugar bahkan bisa melawan ratusan monster tanpa masalah.

Jujur mereka membawa bagiku terlalu banyak masalah, tidak bisa ya mereka sadarkan diri sebelum aku melucuti semuanya. Kurasa bagi mereka harta lebih dari keluarga ya? Prinsip yang terbalik dengan prinsipku dan yang paling kubenci total.

"Kakek buyut… kakek, tunggu."

"Apa yang kalian inginkan dariku, sudah sadar?"

"Sudah… maafkan kami… ampuni kami. Kami masih membutuhkan uang setidaknya untuk membayar biaya persalinan ini. Tolong ampuni kami kakek…."

Untung aku masih berbaik hati dan juga aku tidak tega dengan anak bayi yang tidak bersalah jadi ikut menjadi korbannya. Lihat saja kalau mereka berani macam-macam, aku tidak akan pernah mengasihani mereka sekali lagi sampai selamanya.

"IAI, kalkulasi berapa kebutuhan yang diperlukan untuk membayar biaya persalinan itu juga sejumlah uang bagi bayi itu untuk bisa hidup. Semuanya itu masukkan ke dalam kartu debit ini dan kalau dipakai untuk hal yang tidak sesuai deskripsiku, blokir saja."

"Semuanya sudah dilakukan tuan."

"Ingat, kalau sampai kalian menggunakan sejumlah uang yang ada di kartu ini untuk hal selain bagi bayi yang barusan lahir itu, kartu itu tidak akan ada gunanya. Ambil ini."

Aku memberikan kartu debit satu itu kepada mereka masih dengan cara yang halus, setelah itu baru aku pergi meninggalkan mereka. Niatnya aku ingin menemui mereka dengan senang hati, tetapi kepercayaanku dikhianati, apa boleh buat. Kiera yang melihat tindakanku hanya bisa menghela nafas dan menggelengkan kepalanya beberapa kali.

Tentu saja, aku seharusnya mengambil keputusan dengan persetujuan Kiera terlebih dahulu, tetapi barusan aku mengambil keputusan, beberapa kali lagi, tanpa bertanya padanya. Di satu sisi aku lega, di sisi lain aku menjadi merasa amat sangat bersalah kepada Kiera.

"Maafkan aku sayang, aku melakukan semuanya itu tanpa persetujuanmu."

"Hah~ percuma saja, kalau aku hentikan pun paling juga sayang akan menerobosnya."

"Hehehe, ketahuan ya. Namun aku tidak bisa tinggal diam melihat itu. Kepercayaanku kepada mereka hancur, aku merasa tidak berguna tidak bisa mendidik mereka dengan baik. Semua ini juga karena kesalahanku dulu."

Selain itu, aku juga merasa sangat sakit kerpercayaanku dikhianati. Mereka benar-benar bukan manusia lagi, dewa saja seperti itu masih tahu diri setidaknya. Walau kalau yang semacam Kuroshin, itu lebih buruk dari keturunanku semuanya itu.

Jadi ingat masih tersisa surat tes DNA yang aku masih simpan. Nanti biar kukirimkan kepada mereka saja kalau moodku sudah membaik. Juga itu sudah tidak penting, aku tidak mau menganggap yang seperti itu keturunanku, nama baikku dicela.

"Papa, mama, keluarga Feliha yang lain nanti jadi akan bagaimana? Mama yang melahirkan Feliha juga baru saja melahirkan adik Feliha."

"Jadi begitu ya… papa jadi sedikit merasa bersalah. Namun tidak apa-apa, mereka tidak mungkin menyerah dengan mudah. Juga soal adik Feliha, Feliha jauh dengan adik Feliha tidak apa-apa bukan? Kalau nanti adik Feliha sudah seumur Feliha, nanti papa adopsi juga seperti Feliha."

Mengadopsi Feliha itu bukan tindakan spontan, tetapi juga bukan sesuatu yang kupikirkan matang-matang. Aku melakukan semuanya ini atas dasar keniatanku, jadi aku melupakan perasaan orang lain yang tidak salah dan terlibat di dalamnya.

Semoga saja Feliha tidak marah dan menerimaku apa adanya, bisa susah urusannya kalau Feliha mengamuk kepadaku atas tindakanku. Bisa-bisa nanti aku dicap buruk dengannya dan tidak bisa menanganinya lagi.

"Tidak apa-apa kok, tidak usah juga tidak masalah. Namun Feliha ingin kucing Feliha ikut dengan Feliha. Neneko adalah satu-satunya teman Feliha!!"

"Hahaha, baiklah. IAI, kau dengar itu, kirim Neneko dari rumah di alamat tadi ke rumah Shin, tanpa berlambat-lambat. Kalau bisa sebelum aku sampai, kucing itu sudah sampai duluan."

Terkadang daripada kasihan kepada manusia, aku kasihan kepada IAI juga ELISBETH yang menerima perintah-perintah yang semacam ini. Jujur aku sebenarnya tidak ingin pakai cara kasar. Namun apa boleh buat, ujung-ujungnya aku terpaksa untuk melakukan semua ini.

Sudahlah, aku terlalu banyak berpikir negatif, itu akan memberikan dampak buruk kepada Feliha juga kalau aku berlaku seperti ini. Untuk sekarang, dan sampai nanti, aku akan membesarkan Feliha dengan Kiera menjadi anak kebanggaan kami dan keturunan yang murni kembali.

Namun dipikir-pikir lagi, kenapa Feliha memilih kucing ya? Mungkin karena kucing itu, Feliha belajar menjadi manja layaknya kucing. Hahaha, kalau memang benar, itu lucu sekali dan imut. Apa pun itu aku akan melindungi senyuman yang imut, dan polos ini.

"Oh ya aku lupa karena Feliha ikut dengan kita, aku belum membeli tiket untuk dirinya. Tiket untukku dan Kiera juga belum sih."

"Pesan saja dulu, mumpung ada waktu."

"Tentu, harus begitu. Namun kira-kira apa reaksi yang lainnya mengetahui ini. Sejak kedatanganmu sayang, semua yang unik dan aneh terus saja terjadi."

"Kok menyalahkan aku sih, hmp. Itu semua kan salahmu sayang."

"Sudah-sudah, kasihan tuh Feliha tidak tahu apa-apa."

Baru saja aku ingin mengecek, tiba-tiba IAI memberi tahu bahwa dirinya sudah membeli tiket untuk kami bertiga. Kemampuan mengambil keputusan yang luar biasa, dalam sekejap IAI belajar banyak hal yang melampaui apa yang kurencanakan. Tenang saja, masih di dalam kendaliku.

Kami langsung saja pulang dari negara dan kota ini menuju rumah Shin. Oh ya, soal rumahku yang kubeli tidak jauh dari rumah Shin, hanya selisih satu rumah saja itu sudah hampir selesai. Tentu saja aku meminta untuk tidak berlambat-lambat.

Dibanding itu, aku mulai sedikit was-was karena jumlah uangku menipis dengan cepat tanpa kusadari. Kurasa setelah ini aku harus mulai bekerja lagi. Uang yang kumiliki saat bekerja di perusahaan data keluarga Akaterasu itu hanya tersisa dua milliar Vousx, terlihat banyak, tetapi bagikut ini terlalu sedikit.

"Mama, memang rumah yang nanti menjadi rumah untuk Feliha tinggal mulai hari ini itu di negara mana dan kota mana?"

"Ahh soal itu…."

"Itu ada di negara Yumeiru kota Zensi. Karena mama tidak pernah pergi ke mana pun dan baru saja sampai di dunia ini, Feliha tanya saja ke papa lain kali. Namun kalau soal yang menurut Feliha mama tahu, tanya saja gak apa kok."

"Un! Baiklah papa."

Begitu mendarat, aku langsung mengambil mobil yang kuparkirkan di bandara. Untung saja mobil ini adalah mobil empat pintu, jadi ada tempat duduk yang cukup bagi Feliha. Namun Feliha malah justru meminta untuk duduk dipangkuan Kiera, lucunya~.

Saat kami pulang, tiba-tiba aku mendapati bahwa Shin, Lala menunggu di luar. Kurasa mereka menyadari kedatangan ka- oh tidak. Sebelumnya aku kepikiran bukan untuk memberi kabar kepada mereka? Aku lupa!!

"Ka-kami pulang…."

"Sin, Kiera, aku harap kalian punya alasan yan- siapa anak ini!?"

Oh~ reaksi yang bagus Shin, aku tidak jadi takut dimarahi mereka. Oh ya benar juga, gunakan saja Feliha sebagai pengalih perhatian. Dengan begitu, aku tidak akan diomeli karena pergi tanpa peringatan. Salah sendiri juga mereka sedang pergi waktu aku ingin berangkat, pula itu dalam keadaan buru-buru juga.

"Anggap saja ini anak kami. Feliha, ayo perkenalkan diri. Oh ya, mulai sekarang Feliha pakai nama keluarga mama ya? Mishishi."

"Halo paman, tante, namaku Feliha, Mishishi Feliha. Salam kenal~!"

Ugh, imutnya anak ini. Hei, tetapi aku bukan lolicon ya? Aku punya Kiera juga, jadi aku tidak akan menjadi seperti itu. Ya sudahlah, untuk hari ini tidak akan ada hal yang terlalu besar dan membuatku lelah. Kuharap aku bisa beristirahat dengan tenang setelah ini.