webnovel

RE: Creator God

Bermula dari kehidupan biasa yang tidak sengaja masuk ke dalam takdir yang tidak biasa yakni masuk ke organisasi tersembunyi, dilanjutkan takdir yang lebih tidak masuk akal lagi dalam waktu singkat yaitu dijemput oleh seseorang yang tidak dikenal dari dunia lain, tetapi mengaku istrinya. Sampai akhir hayatnya pun dirinya tidak dibiarkan tenang karena tugas utamanya belum selesai. Tujuan hidupnya hanya satu, menemukan kebenaran tentang kehidupannya. Seseorang yang bernama Sin juga punya identitas rahasia yaitu Alpha dan identitas lainnya dari dunia lain yaitu Lucifer dan ketika mati dia menjadi....

GuirusiaShin · Fantasy
Not enough ratings
377 Chs

CH.218 Semuanya

Menunggu kabar dari Kuroha membuatku menjadi tidak sabar saja. Walaupun Kiera menyuruhku untuk tetap menunggu, tetapi meter kesabaranku sudah penuh. Jadi langsung saja aku mengontak Kuroha untuk menanyakan bagaimana keputusannya.

Benar saja, saat aku kontak dirinya lewat teks pesan, dirinya menjawab bahwa dia lupa memberi kabar. Hah~ yang benar saja, sifat anak-anak jaman sekarang-sekarang ini semakin tidak teratur. Kiera yang mengetahui ini pun hanya bisa geleng-geleng tanpa komen sedikit pun.

"Aku bilang apa? Coba kalau tidak kukirim pesan terlebih dahulu? Kita tidak akan pernah dapat kepastian dari dirinya."

"Iya, iya, maaf sayang, aku tidak mengira akan jadi sebegitunya. Jadi bagaimana keputusannya?"

"Sedang dipastikan, aku sudah meminta Kuroha untuk memberi tahu langsung setelah mendapat kepastian."

Ternyata setelah lewat ratusan tahun dan beberapa generasi, terlalu banyak perubahan bukan hanya di dunia saja, tetapi di sikap pribadi seseorang. Di satu sisi dunia berkembang oleh teknologinya, tetapi dalam hal mental dan kepribadian merosot parah.

Hal seperti ini aku kesalkan jujur. Entah kenapa aku tidak bisa menerima perubahan yang drastis semacam ini. Kalau aku mau bilang, guna apa kalau teknologi maju, tetapi manusianya semakin bodoh. Yang ada apa yang ditakutkan manusia sejak dulu menjadi nyata, AI menguasai dunia.

Itu kenapa aku benar-benar menguasai IAI dan ELISBETH dengan baik, menggunakan mereka juga dengan hati-hati. Kalau tidak, robot AI, yang pada dasarnya aku niat buat, tetapi masih was-was, akan menguasai dunia manusia. Memang kemungkinan ini kecil kalau ada kebocoran dalam program, tetapi setiap kemungkinan itu harus diperhitungkan.

"Hah~ anak-anak zaman sekarang yang ada sifatnya semakin begini. Aku tidak menyadarinya sebelum ini."

Karena sebelumnya aku hanya mengobrol dengan sebatas kecil saja dengan orang lain, kecuali dengan keluarga Shin dan Lala, aku tidak mengenal perubahan ini. Kalau begini aku jadi berpikir nasib keturunanku jadi seperti apa. Mungkin aku harus mengambil alih keluarga Guirusia secara total dan melatih sifat mereka dari buruk ke baik minimal. Malahan kalau bisa lebih lagi.

Bagaimana coba nasib nanti semakin banyak keturunanku dan Kiera nanti. Pengaruh besar, tetapi sikap buruk sama saja nol. Apa ini efek dari dulu aku dan Kiera tidak pernah mendidik anak-anakku terlalu berlebihan? Yang terjadi saat ini bisa saja ada ikut andil diriku atau Kiera juga. Itu kenapa aku berusaha mengubahnya sebelum semakin jauh.

"Ya sudahlah sayang, biarkan saja. Lagipula kita juga sudah terlalu tua di mata mereka. Tujuh keturunan itu tidak sedikit lho. Marah-marh itu tidak baik."

"Maaf sayang, temperamenku yang dulu kembali lagi. Walau memang tidak bisa mencapai kata sempurna, tetapi harusnya mendekatilah. Hah~ dasar."

"Sudah-sudah, mending sayang tiduran saja. Badan sayang pasti lelah, aku pijati sini."

"Terima kasih, Kiera sayang memang tahu segalanya tentang diriku ya?"

Untung masih ada Kiera yang bersamaku dan menyertaiku. Dalam segala kasus yang ada setelah ini, Kiera adalah pembatas yang tidak boleh kulewati. Namun memang ada saatnya seperti barusan ini untuk menerobos sedikit baru aku bisa mendapat hasil yang aku inginkan. Ya intinya aku perlu menimbang-nimbang segalanya juga dulu sebelum melakukan sesuatu.

Dipijat oleh Kiera itu membuatku nyaman dan mengantuk. Selama ini aku tidak pernah memperhatikan diriku sendiri, alias aku itu keras kepala dan masa bodoh. Mendapatkan perhatian dan dimanja itu sudah sesuatu yang begitu spesial, terluar biasa spesial bahkan. Moga-moga saja semuanya ini berlangsung lama dan selamanya.

"Hoam… ngantuk…."

"Tidur dulu geh, nanti sakit lho kalau bekerja terus-terusan tanpa istirahat."

"Gak ah, males, setelah ini masih ada banyak yang harus kukerjakan walau kelihatannya aku sedang tidak bekerja untuk apa pun."

"Haishh… sayang kau selalu saja begitu. Tidur atau aku marah nih?"

"Ishh, iya, iya, aku tidur nih."

Aku terlelap dengan cepat dalam keadaan terbaring sambil masih dipijati Kiera. Kurasa memanjakan diri sekali-sekali tidak apa bukan? Juga selama ini aku terlalu lelah, amat sangat lelah menahan semua rasa sakit di luar atau dalam diriku. Hanya Kiera satu-satunya tempat di mana aku bisa merasa tenang dan melepas semua beban itu.

Bahkan dalam mimpiku aku terbaring di bawah pohon berdaun oranye kekuningan dan paha Kiera menjadi bantal bagi kepalaku ini. Sungguh, hanya ini yang bisa mendeskripsikan kata kedamaian bagiku, tidak ada yang lain.

Waktu terlewat begitu cepat tanpa aku sadari. Ternyata setelah aku bangun, kepalaku benar-benar berada di atas pangkuan Kiera, pantas saja aku bermimpi seperti itu. Merasa aku sudah membuat Kiera bahkan tidur sambil duduk seperti itu, aku bangkit berdiri perlahan-lahan dan membaringkan Kiera di atas kasur sambil memastikan Kiera tidak terbangun.

"Fuh~ kurasa aku akan pergi keluar sebentar."

Sejak kemarin aku dan Kiera masih belum mempunyai pakaian apa pun. Walau tanpa Kiera, aku bisa membelikan pakaian yang menurutku menarik dan cocok untuknya. Jangan ragukan kemampuanku, aku mengerti ukuran buat Kiera yang terbaik. Selain pakaian, aku juga membeli beberapa aksesoris entah kalung, gelang, jepit rambut untuk Kiera juga. Terakhir tentu saja alas kaki, buatku sandal santai 3 pasang dan beberapa sepatu cukup. Untuk Kiera… tentu saja hak tinggi dan beberapa sepatu yang sekiranya kembar dengan milikku.

Pelayan yang melihatku bergumam sendiri kelihatannya merasa aku seperti orang aneh, tetapi masa bodoh, apa hubungannya diriku dengannya. Walau membeli banyak seperti itu, aku tidak ingin membuang-buang waktu untuk mengkhawatirkan Kiera saat dia bangun aku tidak ada di dekatnya. Jadi hanya 2 jam kurang waktuku pergi keluar rumah Shin.

"Aku pulang."

"Sayang, dari mana sajakah dirimu- ah ya ampun, banyak sekali barang bawaanmu, apa saja itu?"

"Aku habis dari mall tadi dan toko pakaian lainnya, dan tentu ini semua pakaian, dan alas kaki untuk kita berdua. Oh ya, aku membeli beberapa aksesoris juga untukmu sayang, nanti dilihat sendiri."

"Kalau begitu biarkan aku membawa sedikit yang kelihatannya ringan."

Dengan sedikit bantuan Kiera, aku meletakan semuanya itu di di kamar kami. Sekejap saja setelah kami memulai menata barang-barang yang aku beli, sebuah pesan masuk dan membuat notifikasi. Tentu saja aku menyuruh IAI untuk membukanya untukku.

"Pesan dari Yurikarasu Kuroha, 'kakek, ada keadaan darurat yang memaksaku untuk pulang ke rumah, kalau kakek mau ikut, waktunya adalah sekarang'."

"Mendadak sekali, ya sudahlah, tidak masalah juga. Mumpung karena kita sedang memberesi ini, kenapa tidak menatanya ke koper sebagian?"

"Ah ide bagus sayang. Baiklah, setelah itu nanti aku pesankan tiket yang paling mendekati dengan waktu sekarang ini. Eh tunggu, biarkan IAI saja deh. IAI pesankan dua tiket menuju negara Ivisniata kota Hohojia first class yang jamnya mendekati waktu sekarang ini."

"Perintah tuan dimengerti, apakah pesawat yang berangkat satu setengah jam dari sekarang cukup?"

"Cukup, yang itu saja."

Ini yang benar, menggunakan AI atau kecerdasan buatan dengan baik dan berhati-hati. Setiap kata yang diucapkan juga jangan sampai salah karena program yang membaca bisa saja salah menangkap. Namanya juga kecerdasan buatan, jangan sampai yang menggunakannya kalah cerdas dengan program semata.

Dengan ini walaupun kelihatannya pertemuan ini mendadak, tetapi apa boleh buat, tidak banyak pilihan yang ada, jadi tidak boleh pilih-pilih. Sudah pernah aku bilang bukan kesempatan tidak datang dua kali, dengan begitu manfaatkan semuanya dengan baik.

"Sudah siap?"

"Sudah semua kelihatannya. Kita harus memberi kabar ke Shin, Lala, dan yang lainnya lewat pesan saja. Kita terlalu buru-buru."

"Benar juga, okelah kalau begitu, masuk ke mobil dan aku akan mengijak gasnya."

Beruntung jarak antara rumah Shin dan bandara tidak begitu jauh. Oh ya, bandara yang biasa menjadi tempat penerbangan domestik dan internasional, menjadi ketambahan antar dunia. Jadi itu kenapa saat aku terbang dari Heresia ke Logiate atau sebaliknya, tetap saja menuju bandara.

Sesampainya di bandara, kami langsung masuk dan 15 menit setelah menunggu di dalam pesawat, kami langsung lepas landas. Dalam kurun waktu 4 jam lebih sedikit, aku dan Kiera sudah menginjakkan kaki di atas bandara kota Hohojia negara Ivisniata. Namun aku lupa satu hal, aku belum menanyakan ke Kuroha di mana kita akan bertemu.

"Ahh di mana ya kira-kira kita akan bertemu, aku lupa menanyakannya sebelumnya."

"Kirim pesan teks dulu, kalau gak dijawab kan juga masih ada alamat yang satu itu. Atau kalau masih gak ada kepastian, lacak saja, bisa kan?"

"Benar juga, ide sayang brilian. Oke, tunggu sebentar."

Sesuai kata-kata Kiera, aku melakukan dengan urutan yang sama. Karena Kuroha masih belum menjawab pesanku, aku dan Kiera pergi menuju alamat yang aku sudah ketahui sebelumnya. Dan benar saja, aku tidak menemukan keberadaan siapa pun, kosong melompong. Berarti keadaan darurat yang dimaksud Kuroha itu bukan di rumah.

Terakhir, aku melacak dan meretas ponsel milik Kuroha dan mencoba mencari informasi yang berkaitan dengan keadaan darurat ini. Ternyata setelah kulihat-lihat, yang dimaksud Kuroha adalah di rumah sakit bersalin terdekat dan salah satu keturunan kami ada yang baru saja melahirkan. Menurut teks pesan yang sama, itu adalah adik Kuroha.

"Ternyata begitu situasinya. Kalau begitu kita sebaiknya langsung ke situ."

"Tidak menunda sama sekali ya? Baiklah, ayo."

Dengan taksi yang sama karena tadi kusuruh menunggu, kami melanjutkan dari rumah di alamat yang kuketahui menuju ke rumah sakit yang jaraknya 18 menit dari sini. Kenapa mencari rumah sakit bersalin yang begitu jauh dari rumah? Aneh sekali, kalau aku sih pasti mencari yang terdekat asalkan kenyamanannya tetap terjaga.

Sesampainya di sana, aku mengecek sekali lagi di mana keberadaannya secara presisi di rumah sakit ini. Kutemukan itu ada di ruangan VVIP Florana di lantai 7 nomor 1. Tidak membuang waktu, kami langsung saja menuju ke situ walau kami tentu saja masih menunggu di luar sambil mengecek di mana keberadaan Kuroha.

Namun selagi menunggu di luar, tiba-tiba aku baru menyadari seorang anak kecil kira-kira berumur 4 tahun, perempuan duduk sendirian di luar. Siapa anak ini? Kenapa dia sendirian di tempat seperti ini?

"Halo, kenapa kamu sendirian nak?"

Padahal aku yang lebih dulu memikirkannya, tetapi Kiera malahan mengambil inisiatif untuk mengajak bicara. Kurasa Kiera juga mengamati anak itu sedari tadi. Ya sudahlah, soal yang beginian memang Kiera lebih bisa menanganinnya. Juga aku masih harus mengontak Kuroha.

"Umm… tante siapa? Namaku Feliha!"

"Ara, nama yang bagus. Nama tante Kiera. Feliha sedang sendirian?"

"Sebenarnya tidak… tetapi karena Feliha dikatakan mengganggu dengan yang lain, makanya Feliha keluar. Kata mereka Feliha terlalu manja jadi suka mengganggu kalau sedang bersama yang lain…."

Kasihan sekali anak kecil ini, hanya karena manja dia disingkirkan seperti itu. Siapa pun yang menyuruhnya untuk berhenti manja itu adalah orang yang bermusuhan denganku. Jujur karena anak-anakku adalah anak yang mandiri, makanya mereka tidak pernah terlalu manja. Jadi menemukan anak manja seperti ini adalah kesukaan buatku. Pula sifatnya sama denganku, haha.

"Feliha kasihan ya? Perkenalkan nama paman adalah Sin. Kalau Feliha mau, apakah Feliha mau ikut paman dan tante? Daripada Feliha sendirian bukan?"

"Benarkah? Feliha kesepian, jadi tidak masalah! Memang paman dan tante mau ke mana?"

"Paman dan tante sedang menunggu seseorang, tetapi kalau bermain dengan Feliha terlebih dahulu juga boleh kok. Feliha ingin sesuatu?"

Menunggu Kuroha mungkin akan memakan waktu, jadi tidak masalah kalau aku dan Kiera bermain-main dengan Feliha terlebih dahulu. Juga aku merasa kasihan, keberadaannya pun terasa tidak diperlukan, lihat saja dia menghilang tidak ada yang mencarinya.

Yang beginian membuat diriku semakin kesal melihat sikap-sikap orang yang kacau balau. Rasanya kasihan kalau meninggalkan anak ini sendirian, walau aku tidak tahu asal-usulnya. Juga dia kelihatannya tidak merasa takut atau curiga terhadap kami. Benar-benar ciri khas anak yang manja, aku suka sekali.

"Umm… Feliha ingin beli pakaian!! Bolekah…?"

Ya ampun… wajahnya begitu imut dan mengintimdasiku untuk melakukan apa pun bagi dirinya. Kurasa Kiera pun tidak akan mempermasalahkannya bukan? Seingatku Kiera bukan tipe orang yang tega membiarkan seseorang, terlebih anak kecil sedih sendirian.

"Tentu saja boleh, memang Feliha suka pakaian yang seperti apa? Gaun seperti milik tante begitu?"

"Ya!! Gaun milik tante bagus sekali dan sangat cantik. Paman, tante ini istri paman kah?"

"Hahaha, benar. Kalau begitu kita pergi ke toko pakaian dekat sini saja ya? IAI, deteksi toko pakaian anak perempuan di dekat sini."

"Ditemukan, sebuah toko jaraknya 100 meter dari sini. Estimasi 6 menit saja dengan jalan kaki bersama Feliha."

Hoo, bahkan IAI membaca Feliha sebagai variabel baru untuk mempertimbangkan keputusannya? Tidak buruk, IAI juga ELISBETH lama-lama belajar untuk memperluas cara membalas perintah atau pertanyaan juga cara memberikan keputusan.

"Paman! Paman sedang berbicara dengan siapa?"

"Ahh ini adalah kecerdasan buatan milik paman. Ya sudah, sini paman gendong di atas pundak paman."

"Wahh tinggi, ini seru sekali paman!!"

Sekejap saja aku tersenyum melihat betapa bahagianya anak siapa pun ini. Kiera pun juga sama, kurasa tindakanku memang sudah dipahami oleh Kiera dan dia menerimanya. Jadi aku sekarang akan menghabiskan waktuku bersama anak ini untuk sementara waktu. Aku juga merindukan anak kecil sebenarnya, apalagi perempuan. Mari membuatnya menjadi bidadari kecil.

Sesuai prediksi IAI, kami sampai di toko tersebut dalam kurun waktu 6 menit, tidak kurang tidak lebih. Kurasa aku tidak perlu meragukan kalkulasinya sejak IAI benar-benar mempelajari segala hal dan memperhitungkan semuanya.

"Paman, tante, gaun-gaun di sini cantik-cantik!!"

"Selamat datang, wah ada gadis kecil. Apa gadis kecil suka akan gaun-gaun di sini?"

"Suka!!"

"Feliha, pilihlah yang kira-kira Feliha suka, nanti paman yang akan membayarnya."

"Terima kasih paman, tante!!"

Kurasa aku benar-benar tenggelam dalam senyum kecil yang manis dari Feliha itu. Anak ini sebenarnya cantik dan imut jika orang tua atau keluarganya menyadarinya. Sayang sekali mereka begitu bodoh malahan memarahi anak ini sampai keluar hanya karena dia manja.

Kalau boleh sebenarnya, aku ingin mengadopsi anak ini, daripada dia diperlakukan buruk kan? Lihat saja betapa dia senang dan bahagia memilih juga mencoba gaun-gaun imut itu. Bisa-bisa aku membeli apa yang dia coba.

"Anak yang imut bukan Kiera?"

"Benar, dia sangat ceria dan aktif."

Setelah Feliha memilih semua gaun yang dia ingin beli, kami kembali ke tempat di mana tadi kita bertemu. Baru sebentar saja aku sampai di situ, aku mengamati bahwa Kuroha sudah ada di situ tanpa mengabari diriku.

"Kuroha, akhirnya kau datang juga, dari mana saja-."

"Feliha!? Bagaimana kau ada dengan kakek dan nenek?"

"Ada apa ribut-ribut di luar!?"

Begitu ya… aku sekarang mengerti. Semua keturunanku berkumpul di sini. Dan selain Feliha, mereka membuatku amat sangat kesal. Semua ini, semuanya… akan aku selesaikan.