webnovel

Khawatir

Sampai di apartement, Rayhan segera masuk ke dalam kamar di sebabkan kepala nya yang semakin pusing.

Dinda dan Raka di buat bingung dengan tingkah Rayhan yang sedari tadi hanya diam, rasa khawatir tentu saja mereka rasakan karena tak biasanya Rayhan bersikap demikian.

Namun lagi lagi mereka bersikap acuh dan memutuskan untuk menonton tv di ruang keluarga.

Di dalam kamar, Rayhan segera berbaring dengan posisi meringkuk menahan sakit pada perut nya. Ia tak tahu apa yang salah mungkin itu adalah karma karena pernah berpura pura sakit.

Kalo itu benar, Rayhan tak akan mau berbohong lagi.

dua jam berlalu.

Namun tak ada tanda tanda Rayhan keluar dari kamar, mereka pun memutuskan masuk ke kamar untuk memastikan apa yang di lakukan anak itu.

Ceklek.

Suara pintu yang terbuka, dan yang mereka lihat adalah Rayhan yang tertidur namun ada yang aneh.

Keringat dingin turun dari pelipis nya padahal ac sedang di nyalakan. Dengan segera Dinda menghampiri Rayhan di ikuti Raka.

"Ray... Ray," panggil Dinda menepuk nepuk pipi sang anak berharap ia akan bangun.

Tak lama dari itu, mendapat tepukan kecil di pipinya Rayhan terbangun dengan wajah pucat dan seperti anak yang sedang kesakitan.

"Sayang kamu kenapa?" tanya Dinda dengan wajah yang begitu khawatir.

"Sa..kit," lirih Rayhan dengan mata yang berkaca kaca.

Raka segera berjongkok di hadapan sang putra "mana yang sakit, kasih tahu papa."

"Pe..rut Ray.. Sa..kit," lirih anak itu dengan lemah.

Mendengar itu, Raka langsung saja menggendong Rayhan di punggung nya, mengabaikan jika ia sedang lapar sekarang. Raka membuka pintu dengan kasar langsung berlari keluar apartement.

Dinda mengikuti Raka dari belakang dengan rasa khawatir yang tak pernah mereka berdua rasakan sebelumnya. Inilah pertama kalinya Rayhan sakit dan tinggal bersama mereka.

Tanpa sengaja, ingatan Raka kembali pada masa lalu dimana ia melihat Rayhan yang kesakitan dengan penuh luka. Waktu Raka hampir mengakhiri hidup nya sendiri.

Setelah membuat Rayhan nyaman di dalam mobil, Raka dengan cepat menyalakan mobil dan melaju membela ibu kota untuk mencari rumah sakit terdekat.

Meskipun khawatir dan panik, Raka mati matian menenangkan dirinya yang sedang menyetir. Gak lucu kan, niatnya ingin membawa Rayhan ke rumah sakit malah merekalah yang di rujuk ke rumah sakit, untung kalo gak langsung menghadap sang ilahi.

Setelah berhasil menemukan rumah sakit yang tak terlalu jauh dari apartement, Raka segera memarkirkan mobil nya dan dengan panik ia memanggil manggil suster.

"SUS TOLONGIN ANAK GUE. CEPAT. ANAK GUE KESAKITAN DIA BUTUH PERTOLONGAN," Teriak Raka dan langsung saja beberapa suster menghampirinya dengan panik. Raka sudah seperti orang yang kesetanan.

Sedang di dalam mobil, Dinda dan Rayhan yang masih sadar itu, menahan malu dengan tingkah Raka yang kelewat khawatir dan terlalu berlebihan. Padahal Ray itu cuma sakit perut bukan sekarat.

"Mana mas?" tanya salah suster yang  menghampiri Raka dengan perasaan panik tentu nya.

Raka segera melangkah menuju mobilnya karena memang tadi posisi Raka itu sedang di depan rumah sakit.

Raka membuka pintu mobil, tanpa menyadari raut kesal dari ibu dan anak itu. Raka dengan panik menunjuk Rayhan yang sedang memeluk Dinda. Rayhan tampak ketakutan dengan Raka saat ini, hal yang belum pernah ia sebelumnya.

"Itu, cepat tolongin," ucap Raka dengan tak sabar.

Ketiga suster itu pun melihat ke dalam mobil, namun tak ada bayi atau anak kecil yang ada di dalam, hanya seorang wanita dan remaja laki laki.

"Yang mana mas?" tanya salah satu suster, karena ia tak tahu mana anak yang di maksud oleh pemuda tampan di hadapan nya ini.

"Itu dok, masa gak liat sih. Cepat tolongin," kata Raka kesal. Bukannya cepat nolongin anak nya malah si Suter banyak nanya lagi, kan si tampan Raka jadi kesal.

Ketiga suster itu kembali menyusuri mencari bayi, seperti pikiran mereka.

"Tapi di dalam mobil ini gak ada bayi," kata si Suster cantik.

Mereka bertiga kaget, pantas lah ketiga suster itu bingung dan gak segera menolong Rayhan, karena yang mereka cari itu bayi.

"Yang bilang bayi itu siapa sih sus, ini anak saya cepat tolongin," kata Dinda yang sedari tadi hanya diam.

Ketiga suster itu melongo dengan membulatkan matanya memandang ke arah remaja laki laki itu.

"I..ni seriusan? Saya kira dia adik mas," kata si Suster cantik gak percaya.

"Dia anak saya, dia ada di dunia ini karena saya. Udah cepat tolongin, suster banyak nanya, keburu anak saya kenapa napa lagi," kata Dinda dengan wajah garang.

"Iya, maaf mbak."

Mereka bertiga pun membawa rayhan ke dalam untuk segera di tangani oleh dokter.

"Ini pertama kalinya gue ngerasain lagi rasa khawatir dan panik yang begitu besar setalah 14 tahun yang lalu waktu kita hampir kehilangan Rayhan," kata raka tiba tiba.

Tak lama, dokter yang menangani rayhan keluar. Raka berdiri dengan rasa panik di ikuti oleh dinda.

"Gimana keadaan anak saya dok?" tanya raka pada sang dokter yang bernama tag dokter Arya.

Dokter itu sempat terdiam ketika mendengar pemuda di hadapan nya itu menyebut dirinya sebagai ayah dari pasien yang bari ia periksa tadi.

"Anak anda tidak papa, ia hanya demam dan juga maag nya kambuh. Gak usah khawatir, ia sudah baik baik aja di dalam. Kalian bisa masuk menemaninya."

"Makasih dok," kata Dinda.

"Sama sama. Saya permisi."

Dokter Arya pun meninggalkan mereka berdua.

Dinda segera masuk ke ruangan yang di sediakan untuk rayhan. Rasa khawatir tak mungkin ia bisa sembunyi kan ketika melihat putranya sedang terbaring lemah dengan wajah pucat nya.

"Ray," panggil dinda ketika ia melihat sang anak tampak melamun.

Rayhan menoleh dan senyum nya terbit ketika melihat ibunya menghampiri dirinya.

"Sayang, gimana perasaan nya. Kenapa kamu sakit terus gak bilang sama mama tadi."

"Ray gak papa ma. Maaf tadi ray gak membuat kalian khawatir."

Remaja 14 tahun itu menundukkan kepalanya takut di marahi.

"Justru kalo kamu seperti ini membuat kita makin khawatir, kamu tau kita ini orang tua kamu ray seharusnya kamu memberitahu kita jika ada apa apa. Meskipun selama ini kita gak pernah ada waktu kamu sakit, sedih tapi kita berdua sangat menyayangi kamu.. Maafin mama dan papa yang egois gak merawat kamu dari kecil."

Dinda menangis dan memeluk tubuh malaikat kecil nya, kebahagian terbesar dinda adalah kehadiran raka dan rayhan di dalam hidupnya. Dan ia sangat tidak ingin kehilangan slah satu di antara mereka.