webnovel

Bertemu sahabat lama

Saat ini mereka bertiga sedang berada di salah satu mall atau pusat perbelanjaan terbesar di kota Jakarta, tentu saja tujuan mereka untuk membeli kebutuhan sekolah Rayhan. Sebenarnya Rayhan tak meminta barang baru, tapi karena papa nya itu yang bilang punya banyak uang jadi gak papa lah Rayhan menghabiskan uang Raka.

Sebenarnya Rayhan bisa saja memakai seragam sekolah nya yang lama, berhubung ia juga baru membelinya sekitar 5 bulan yang lalu namun karena ternyata seragam sekolahnya berbeda, jadi mau tak mau ia harus membeli lagi. Gak masalah sih, karena uang Raka banyak.

Cuma, Rayhan bingung dari mana papa nya itu bisa mendapatkan uang banyak, sedangkan Raka hanyalah pengangguran, yang kerjaan nya balapan dan menghabiskan uang sang kakek.

"Ray Lu pilih sendiri mana yang cocok buat lu?" Suruh Dinda saat sudah berada di toko khusus seragam sekolah.

"Ray gak tahu milih mah, selama ini Tante Megan yang beliin Rayhan dan dia yang pilih mana yang bagus buat Ray," jawab Rayhan. Ia tak mengerti mengapa dirinya sendiri yang du suruh milih, padahal kan Rayhan gak tahu, seharusnya Dinda yang tahu karena dia adalah seorang ibu.

Dinda menghela nafas, kenapa saat begini ia tak pernah becus menjadi seorang ibu, hanya untuk membeli baju seragam anak nya saja ia tak tahu, karena ia memang tak berpengalaman. Dari kecil, ibunya lah yang tahu dan beliau lah yang selalu menyiapkan semua nya, dan Dinda hanya terima beres.

"Gimana ya? Gue juga gak tahu," kata Dinda bingung.

Ia lalu menoleh ke arah Raka yang sibuk dengan ponselnya.

"Raka," panggil Dinda pada Raka yang posisinya agak jauh.

Raka menghampiri mereka yang masih memilih berbagai seragam sekolah, Dinda yang tak mengerti cara memilih yang bagus, kini ia memutuskan untuk menanyakannya pada Raka.

"Udah selesai?" tanya Raka, saat ada di hadapan mereka.

"Belum lah,"jawab Dinda ketus.

"Terus ngapain manggil gue,"jawab Raka dengan nada datar.

"Coba lu cari mana yang cocok buat Ray," suruh Dinda pada suaminya itu.

Raka nampak terkejut akan permintaan Dinda kali ini. Yang benar, mengapa harus dia yang mencari seragam untuk Ray, kan seharusnya yang mengurus itu adalah ibunya, yaitu Dinda. Bukan malah Raka yang di suruh, Raka kan mana paham masalah gituan.

"Gue? Ya kali gue bisa, gue kan cowok harusnya kan lu Din," ucap Raka menunjuk Dinda.

Raka menghela nafas melihat kelakuan mereka berdua yang sama sekali tak ada yang bisa membantunya membeli seragam sekolah. Kalo emang gak bisa, ngapain harus ngajak Ray segala buat beli baru, kan cuma buang buang waktu.

"Kalo gue tahu yah udah dari tadi gue selesai."

Baru saja Raka akan membalas, namun suara seseorang menghentikan ucapannya.

"Eh Dinda?" Kata seseorang yang baru saja datang.

Dinda mengalihkan tatapannya pada wanita yang baru saja memanggilnya dan detik berikutnya mereka saling berpelukan. Raka dan Rayhan yang melihat mereka tiba tiba berpelukan sempat terkejut. Rayhan membatin, mengapa ibunya itu memeluk wanita asing.

"Lu apa kabar?" Tanya Dinda melepas pelukan nya.

"Gue baik, Lo sendiri," jawab Siska, sahabat lama Dinda ketika jaman sekolah dulu.

"Lu bisa liat sendiri, gue baik,"jawab Dinda dengan senyum manis nya.

"Lu ngapain disini? Lu mau sekolah lagi?" Tanya Siska sambil terkekeh pelan, ia heran mengapa Dinda mampir ke toko seragam anak sekolah. Apakah sahabatnya itu ingin bersekolah lagi, batin Siska bertanya heran.

"Gaklah, ya kali," kata Dinda dengan tatapan tajam nya pada Siska yang di balas dengan cengiran khas sang empu.

"Ya kan siapa tau aja, lu mau ngulang."

"Lu aja Sono, gue ogah. Gue kesini beliin anak gue seragam sekolah," kata Dinda.

"Anak?" Ulang Siska, takut jika pendengarannya lah yang bermasalah.

"Hmm anak gue," jawab Dinda acuh.

Siska terkejut, sampai mulutnya terbuka lebar. Siska itu tak menyangka jika Dinda sudah memiliki anak, ia kira sahabatnya itu masih jomblo.

"Lo udah punya anak? Kok gue baru tahu sih, Lo kapan nikahnya, ngapa lo gak ngundang gue dulu!" pekik Siska heboh.

"Jangan berisik di liatin orang orang tuh," kata Dinda mengisyaratkan agar Siska memelankan suaranya, ia tak mau menjadi pusat perhatian.

"Heheh sorry."

"Gue nikah saat lulus sekolah dulu, dan satu tahun kemudian gue dikarunia anak," jawab Dinda enteng.

"Demi apa Lo nikah muda njir," ujar Siska masih tak percaya.

"Iyalah, emang gue elu yang masih jomblo."

"Enak aja Lo, gue udah punya calon tau."

"Oh ya? Siapa kok gue baru tahu."

"Seseorang yang begitu tampan dan kaya. Iyalah kan kita baru ketemu setelah perpisahan sekolah dulu."

"Gue doain Lo langgeng sampai nikah nanti."

"Amin. Btw suami Lo siapa?"

"Tuh, di belakang Lo," kata Dinda karena posisi Siska yang memang membelakangi Raka dan Rayhan.

Siska berbalik dan mulutnya terbuka lebar saat ia melihat Raka, si pangeran es sekolah yang tak mudah di taklukkan.

"Se..serius?" Kata siska Terbata masih tak percaya.

"Hmm Raka suami gue."

"Gila, gue baru tau."

"Anak lu udah berapa?" Tanya siska.

"Satu."

"Kok cuma satu, dulu kan si Raka pernah bilang pengen punya anak kembar,"perkataan Siska membuat mereka terdiam dan Dinda yang tiba tiba menangis.

"Din Lo kenapa?, Sorry tadi gue gak bermaksud," kata Siska merasa bersalah.

"Gak, gue gak papa."

"Kalo lo mau cerita, Lo bisa cerita sama gue."

"Lo benar sis, Raka emang pengen punya anak kembar dulu bahkan bisa dibilang itu impian dia saat kita masih pacaran, tapi gue gak bisa mewujudkan keinginan Raka, karena waktu gue hamil Rayhan, gue ngidam pengen es krim yang terletak di seberang jalan, waktu itu Raka pengen menemani gue tapi gue nolak. Dan saat itu gue gak tahu ternyata anak motor yang melaju cukup kencang dan pada akhirnya gue keserempet dan berakhir di rumah sakit. Anak gue Rayhan harus lahir prematur di saat usia kandungan gue masih 6 bulan dan gue bersyukur karena waktu itu Rayhan masih bisa selamat tapi rahim gue harus diangkat demi menyelamatkan nyawa gue dan Rayhan. Dan saat itu gue udah gak bisa punya anak lagi" kata Dinda mengingat masa lalunya yang pahit.

Siska tak percaya sahabatnya mengalami hal seperti itu.

Raka cuma bisa terdiam di tempatnya mendengar Dinda menceritakan hari yang menyakitkan, hari dimana kelahiran Rayhan.

Tak berbeda dengan Siska maupun Raka, Rayhan syok mendengar cerita dari mamanya yang selama ini ia tak tahu, ia ternyata lahir prematur dan hampir tak selamat.

Rayhan berjalan ke arah Dinda sambil menangis dan tanpa berkata apa apa dia langsung memeluk mamanya itu, ibunya yang telah melahirkannya bahkan merelakan rahimnya demi menyelamatkan Rayhan.