webnovel

Rafflesia

film animasi

Carvina_Mysha · Película
Sin suficientes valoraciones
4 Chs

Bagian 03~Cantik

Malam ini adalah malam yang membuat suasana hati Ruth cukup dikecewakan, hujan deras beserta petir yang menyambar-nyambar terasa dekat dengan ubun-ubunnya.

Tidak ada taksi atau pun bis lewat yang bisa ia tumpangi, tentu saja. Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Ruth barusaja menyelesaikan tugas kampusnya usai pemotretan.

Dan sekarang ia harus segera pulang kerumah, atau sang ayah akan mengamuk lagi. "Ini gimana saya pulangnya," Gumam Ruth. Seraya memeluk dirinya sendiri karna angin yang begitu kencang dan hawa yang begitu dingin.

Ruth terus menunggu disebuah halte. Berharap ada taksi yang lewat.

"Ekhem,"

Dehaman seorang pria membuat Ruth tersentak kaget. Ia buru-buru menoleh, dan mendapati seorang pria dengan penampilan acak-acakan seperti anak punk menghampirinya.

Ruth tentu saja beringsut takut.

"Gak usah takut," Timpal pria itu seakan tahu isi pikiran Ruth. Lalu pria itu menepuk-nepuk dadanya sendiri dengan kasar. "Gua orang alim! Gak akan nyentuh cewe meskipun cantik kaya lo!"

Bau alkohol menyeruak masuk menyentuh indra penciuman Ruth. Merasa pria itu semakin dekat, tanpa pikir panjang Ruth langsung berlari tanpa mempedulikan hujan yang mengguyur badannya.

Dan ternyata pria itu juga mengejarnya.

Ruth ketakutan, ia berlari sekuat tenaga, namun apa daya, dirinya hanya perempuan lemah yang dikejar oleh laki-laki.

Tubuhnya tersentak, langkahnya tertahan ketika tangan dingin mencekal pergelangan tangannya yang basah.

"Hahahaa! Mau ngajak lari-larian neng?" Penjahat berbau alkohol itu menyeringai yang semakin membuat Ruth ketakutan luar biasa.

"TOLONG!! TOLONG!!" Ruth berteriak seraya memberontak.

Namun tenaganya tak cukup kuat untuk melawan penjahat itu. Ruth menangis, memikirkan bagaimana nasibnya jika penjahat ini berbuat macam-macam.

"Ikut abang ya neng," Ucap penjahat itu dengan gelagat mabuknya. Lalu langsung menarik tangan Ruth tanpa basa-basi.

"Ya tuhan, tolong saya," Lirih Ruth.

Chiiiittt!!

Suara ban mobil yang bergesekan keras dengan aspal terdengar memekakkan telinga. Langkah pria yang menyeret Ruth terhenti ditengah jalan ketika mereka menyeberang.

Sebuah mobil menerangi mereka, secercah harapan membuat Ruth tersenyum penuh harap. "TOLONG SAYA!!" Teriak Ruth tiba-tiba.

Sang pemilik mobil tentu saja langsung turun dan membiarkan pakaiannya juga basah.

Manik mata yang baru saja Ruth lihat beberapa jam lalu kini kembali dilihatnya. Ini bukan sinetron kan? Pria yang barusaja turun dari mobil adalah Raga.

Ruth mematung, merasa malu karena telah menolak tawaran Raga yang ingin memberinya tumpangan.

Dengan tenang dan kedua tangan yang masuk kedalam kantong, Raga berjalan dengan perawakan angkuh. Rambut dan bajunya berangsur-angsur basah, matanya memandang Ruth begitu dalam dan tajam.

"Lepasin gadis gue," Ucap Raga dingin,

Penjahat bodoh itu malah tertawa, begitulah orang yang berada dibawah pengaruh alkohol. "Ini gue yang nemuin dipinggir jalan! Jadi si cantik ini punya gue!" Ucapnya woles.

Raga meraih pergelangan tangan Ruth yang satunya. "Lepasin gadis gue," Ulang Raga.

"Lo yang lepasin woy! Kenapa gue? Orang gue yang nemuin!" Bentak Penjahat itu seraya mendorong kasar dada Raga.

Raga masih bisa bernapas. "Lo mau gue telpon polisi?"

Mendengar kata polisi membuat penjahat itu tiba-tiba berubah mimik wajahnya. Nampak ketakutan, dan ia pun memilih melepaskan tangan Ruth.

Seperti orang gila, pria itu langsung berlari tanpa mengeluarkan suara sedikit pun.

Ruth akhirnya bisa bernapas lega, ia mengusap dadanya seraya mengucap syukur berkali-kali. "Alhamdulillah , makasih banyak ya Allah." Ucap Ruth pelan.

Raga terkekeh. "Makasihnya cuman sama gusti Allah? Sama perantaranya gak mau makasih juga?" Ucap Raga membuyarkan.

Ruth menatap Raga datar tanpa ekspresi seperti biasa. Lalu pandangannya turun kearah pergelangan tangannya yang masih digenggam oleh Raga.

"Kamu mau bantu saya nyebrang? Lepasin tangan saya," Pinta Ruth tanpa berterimakasih.

Raga benar-benar dibuat salut dengan gadis ini. Apakah mungkin Ruth tidak tau caranya berterimakasih? Raga pun menggeleng. "Kalo gue lepasin, yang ada lo kabur tanpa berterimakasih."

"Kamu gak ikhlas nolong saya?"

"Iyalah, gue mau imbalan. Gue udah rela-relain basah kuyup begini, masa lo gak ngasih gue imbalan."

"Mending kamu balikin saya lagi ke penjahatnya," Sinis Ruth.

Raga menggeleng-gelengkan kepalanya. "Astagaa, lo angkuh banget ya jadi cewe."

"Lepasin saya," Ucap Ruth tanpa mempedulikan penilaian Raga.

"Enggak. Lo harus gue nurutin apa mau gue dulu sebagai imbalan karna gue udah nolongin lo, Lo hutang budi sama gue,"

Ruth memandang Raga dengan pandangan risih. "Saya gak mau," Tolak Ruth tanpa berpikir panjang.

"Yaudah, gue juga gak mau lepasin lo," Tantang Raga.

Ruth diam beberapa saat, memandang Raga dengan ekspresi datar, dengan mimik wajah yang sulit dibaca. Raga pun juga membalas tatapan itu dengan caranya.

Akhirnya hembusan napas mengakhiri acara tatap-tatapan sengit itu. Dan hembusan itu berasal dari Ruth. "Iya," Ucapnya, hanya itu yang diucapkannya.

"Iya apa?" Tanya Raga.

Karena Ruth sudah menilai sifat Raga dari mata pria itu. Sebabnya Ruth tau bahwa melawan Raga tidak ada gunanya, pria itu tipikal pria keras kepala yang kemauannya akan ia usahakan hingga berhasil.

"Iya, apa mau kamu?" Tanya Ruth.

Raga beryesria dalam hati, ia mengangkat sudut bibir kanannya membentuk senyum tipis. "Gue mau tiga permintaan,"

"Ini bukan Ftv," Timpal Ruth.

"Siapa bilang ini Ftv? Gue serius, gue mau tiga permintaan."

"Saya kabulkan selama saya bisa dan itu masuk akal," Tambah Ruth cepat.

Raga tersenyum puas mendengar perkataan Ruth. "Permintaan pertama, gue mau lo masuk mobil gue dan nginap dirumah gue untuk malam ini karena udah larut banget."

"Hah?" Ruth menatap Raga tak percaya. "Kamu gila? Kita baru kenal, Permintaan kamu gak bisa saya kabulkan," Tentu saja!

Raga tertawa kecil. "Tenang, Lo cukup nginap aja. Gue bakal tidur jauhan dari lo. Dan gue janji gak akan ngapa-ngapain lo. Lo aman dirumah gue." Jelas Raga.

"Tetap aja saya gak mau!" Nada suara Ruth meninggi.

"Kalo lo gak mau, gue gak akan lepasin tangan lo nih. Gue bakal nyeret lo kerumah gue dengan cara gue,"

"Kamu mau nyulik saya?" Heran Ruth.

Raga tertawa, merasa lucu dengan pemikiran Ruth yang unik. "Gue bisa beli cewek tanpa perlu gue repot-repot nyulik, Gue cuman mau lo aman dirumah gue,"

"Rumah saya juga aman, gak perlu rumah kamu."

"Ini udah larut," Jawab Raga cepat.

"Lagian kalo ini udah larut, kamu bisa anterin saya kerumah saya aja, kenapa harus dirumah kamu,"

"Ya karna itu permintaan gue,"

"Pasti kamu ada pikiran kotorkan." Tuduh Ruth.

Raga menggeleng kuat. "Sembarangan. Gue jamin, lo bakal aman, iman gue kuat."

"Saya gak mau, kamu gak ngerti ya?"

"Iya gue gak ngerti. Makanya gue paksa, cepetan," Dengan gampangnya Raga menyeret Ruth menerobos hujan untuk segera masuk ke mobilnya.

"Kamu! Lepasin saya, saya gak mau ikut kamu," Ruth meronta, namun Raga tak peduli. Ia terus membawa Ruth menuju mobilnya.

Langkah Raga terhenti ketika Ruth berpegangan pada spion mobil, membuat Raga terpaksa berhenti daripada spion mobilnya copot karena ulah gadis aneh itu.

Raga menatap Ruth dengan pandangan seolah bertanya, 'Apa lagi?' Seakan mengerti arti dari tatapan Raga, Ruth pun bersuara seraya menggeleng. "Saya basah kuyup, jok mobil kamu bisa ikutan basah,"

Raga terkekeh. "Gue juga basah, nanti dia kering sendiri kena AC mobil. Cepetan masuk," Suruh Raga.

Ruth masih menggeleng. Tentu saja menggeleng, memangnya dirinya gadis apa yang mau menginap dirumah cowok yang barusaja ia kenali. Bahkan Ruth lupa siapa nama pria ini.

"Apalagi? Gue jamin lo aman seratus persen," Timpal Raga yang tau betul isi pikiran Ruth.

Ruth mulai berpikir secara singkat. Malam sudah sangat larut, sudah hampir tengah malam.

Jika dirinya pulang kerumah, mungkin ia akan dilempari botol minuman beralkohol oleh ayahnya karena jam jam segini waktunya ayahnya menegak minuman haram itu.

Mungkin tidak ada salahnya jika ia menginap dirumah Raga. Dan pulang besok ketika ayahnya sudah tidak ada dirumah. Meski baru mengenal Raga, Ruth bisa merasakan aura kebaikan pria ini.

Namun pria tetap saja pria, yang memiliki nafsu tinggi apalagi jika sedang bersama wanita. "Iya saya ikut kamu, tapi saya minta satu syarat,"

"Ck, apaan?"

"Saya mau tidur dikamar dan kamu harus sediain linggis sama pisau,"

Raga mengernyit. "Buat apa? Lo mau jadi agen besi bekas?"

"Enggak, cuman buat jaga jaga. Takut kamu macam-macam sama saya, jadi saya punya senjata buat ngelawan kamu,"

Demi apapun, Raga menahan tawanya agar tidak pecah. Baru kali ini ia menemui cewek yang begitu aneh seperti Ruth, bukan hanya penampilan Ruth yang anehnya bisa berubah-ubah.

Tetapi pola pikir gadis ini juga unik. Aneh, tapi berkelas. Biasanya gadis-gadis dikampus rela menyodorkan tubuh dan akan kegirangan jika diajak menginap oleh Raga.

Hanya Ruth yang begitu keras menolaknya.

"Iya, nanti gue siapin linggis sekalian senapan ada kok dirumah gue," Jawab Raga mengalah.

Ruth terkekeh kecil, Tawa kecil yang sungguh demi apapun Raga kagumi keindahannya meski hanya sesaat. Gadis ini sangat cantik apalagi saat tersenyum, tapi kenapa Ruth begitu keras menutupi kecantikannya.

"Cantik," Ucap Raga spontan.

Ruth mendongak menatap Raga yang lebih tinggi darinya. "Apa?"

Senyum tipis terukir diwajah tampan Raga, hujan mulai mereda, dan malam itu untuk pertama kalinya, Raga merasakan hal aneh yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.

"Jangan senyum lagi," Ucap Raga.

"Kenapa?"

"Lo diam aja gue udah jatuh cinta, Apalagi lo senyum,"

- To be Continue -