webnovel

Dilema dan Ambigu

"Ayah! Apa maksud semua ini? Kenapa Ayah tidak memberitahumu lebih dahulu?" tanya Chrystal dengan sangat emosi.

"Lihat ini! Lihat siapa yang baru datang?" ucap Ayah pemimpin suku tiga elemen yang tak lain adalah kakek Chrystal.

"Tentu saja dia seorang calon pengantin. Lihat saja senyumnya! Dia pasti merasa sangat bahagia!" goda pemimpin suku tiga elemen kepada anaknya, yaitu Chrystal.

"Ayah, Kakek!!! Berhenti bercanda! Apa yang kalian lakukan? Pengantin? Siapa pengantin? Apa aku pernah ingin menikah? Kenapa kalian tidak menanyakannya terlebih dahulu kepadaku? Apa aku boneka? Apa kalian tidak pernah menganggapku?!!" bentak Chrystal.

"Shutt!!! Benar kata kakek, kau sudah keterlaluan karena terlalu lama kami manjakan! Siapa yang mengajarkan untuk tidak sopan? Apa kami pernah mengajarimu cara berbicara dengan sopan?!!" Pemimpin suku tiga elemen malah kembali memarahi Chrystal.

"Ayah!!!" bentak Chrystal.

"Diam!!! Pokoknya sebentar lagi kau harus menikah! Tidak ada lagi tapi-tapian ataupun penolakan," sentak Ayah Chrystal.

"Sudahlah! Untuk apa aku bicara dengan kalian? Hasilnya pasti akan selalu sama."

Setelah mengucapkan kata-kata terakhirnya, Chrystal pun memutuskan untuk pergi dari sana. Chrystal pergi meninggalkan mereka dengan perasaan kecewa.

"Kau lihat sendiri! Anak itu sudah semakin kurang ajar karena kau terlalu memanjakannya," protes ayah pemimpin suku tiga elemen yang tak lain adalah kakek Chrystal.

"Tidak, dia bukan kurang ajar karena terlalu dimanjakan, tapi dia seperti itu karena aku kurang perhatian kepadanya. Aku terlu sibuk mengurus urusan suku dan jarang sekali bisa memperhatikannya. Dia pasti sangat kesepian semenjak ibunya telah meninggal," ucap pemimpin suku tiga elemen.

Chrystal langsung pergi meninggalkan ayah dan kakeknya dengan emosi yang sudah tak tertahankan. Ketika Chrystal keluar dari pavilium tempat ayahnya biasa bersantai, ia kembali melihat Rafaela berdiri di tempat tadi. Tampaknya Rafaela sudah lama menunggu Chrystal keluar dari sana.

Ketika Rafaela melihat Chrystal, Rafaela pun segera menghampirnya. Sedangkan Chrystal berusaha untuk menghindari Rafaela. Namun, Rafaela langsung mencegat Chrystal dan mencengkram lengannya. Sedangkan Chrystal hanya menatap Rafaela dengan tatapan dingin tak beremosi.

"Chrystal, maafkan aku. Seharusnya aku menghentikan mereka. Aku yang salah, semua ini salahku. Jika aku tidak datang ke dunia tiga elemen, kau pasti tidak akan melalui semua ini," ucap Rafaela.

"Tidak, semua sudah berlalu. Semua hanyalah mimpi. Bagiku hidupku hanyalah mimpi-mimpi. Pertemuan antara kita dan kami hanyalah mimpi. Aku juga akan melakukan pernikahan ini seolah aku bermimpi. Aku sudah tidak lagi memiliki hidupku. Aku akan hidup dalam sebuah mimpi. Aku tidak akan pernah terbangun dari mimpi panjang ini." Chrystal mengucapkan kata-kata abstrak yang sulit dipahami oleh otak kecil Rafaela.

Chrystal kemudian menyeringai menatap wajah Rafaela sekilas. Lalu ia menghempaskan tangan Rafaela yang mencengkram tangan kanannya. Sambil tertawa kecil sendiri, Chrystal meninggalkan Rafaela di sana.

Rafaela pun hanya bisa berani menatap punggung Chrystal yang semakin berjalan menjauh darinya. Mata Rafaela menatap dengan sendu dan tidak percaya dengan takdir yang dialami oleh Chrystal. Rafaela menyalahkan dirinya sendiri ketika mendapati orang lain yang mendapat dampak dari rencana balas dendamnya semata.

Crystal berniat untuk menuju kamarnya untuk beristirahat, mengistirahatkan tubuhnya dan mentalnya yang terus beradu. Namun sebelum itu, tiba-tiba tangan Chrystal dicengkram dan ditarik ke sebuah tempat. Chrystal pun hanya bisa menatap punggung seseorang yang mencengkramnya itu dengan penasaran.

Dia adalah spirit kucing. Spirit kucing sengaja menyeret Chrystal untuk membicarakan masalah di antara mereka. Chrystal pun akhirnya tersadar dari lamunannya ketika mendapati spirit kucing adalah orang yang menariknya.

"Kau... ternyata kau. Apa lagi yang kalian inginkan dariku? Apa semua ini tidak cukup?" tanya Chrystal dengan gagap. Chrystal yang tadinya melamun dan fikirannya entah kemana, kini tersadar dan melihat sekelilingnya.

"Dengarkan aku dulu, izinkan aku menjelaskan. semuanya terlebih dahulu," ucap spirit kucing.

"Apa lagi yang ingin kau jelaskan? Bukankah sudah cukup kalian mempermainkan hidupku? Lucu sekali! Kalian saling berkomplotan merencanakan jalan hidupku. Kalian bahkan tidak membicarakan hal ini denganku terlebih dahulu. Apa aku ada? Kalian anggap apa kehadiranku?" cetus Chrytal dengan tatapan mata membara.

"Aku akan memperlakukanmu dengan baik," ucap spirit kucing dengan singkat.

"Apa? Apa yang kau..." Chrystal sengaja menggantungkan ucapannya karena merasa tidak yakin dengan apa yang harus ia katakan selanjutnya.

"Aku akan memperlakukanmu dengan baik. Meski aku tidak tahu bentuk cinta seperti apa, aku akan berusaha mencintaimu. Aku tahu dan kau tahu aku adalah makhluk yang tidak memiliki perasaan apapun. Meski begitu, aku akan belajar." Ucapan Fengli itu membuat Chrystal meleleh sejenak.

"Omong kosong macam apa yang kau bicarakan?" tanya Chrystal dengan tatapan heran karena benar-benar tidak mengerti apa yang baru saja dikatakan oleh Fengli.

"Apa yang harus kubuktikan agar kau memperbaiki ucapanku?" tanya Fengli yang sudah mulai serius.

Fengli kemudian mencengkram kedua bahu Chrystal dengan lembut. Chrystal pun hanya bisa menatap tangan Fengli yang mencengkram kedua bahunya, lalu ia pun menatap mata Fengli dengan tatapan tajam dan dalam seribu bahasa.

Tatapan mata biru Fengli seperti pembicaraan dari hati ke hati untuk Chrystal. Seperti isyarat yang membuktikan kesungguhan ucapannya. Namun Chrystal tetap tak mengerti apa maksud dan niat Fengli. Chrystal hanya menatap mata Fengli dan sesekali mengernyitkan kedua alisnya.

"Pembuktian apa yang kau maksud? Bukankah ini sangat konyol? Makhluk spirit tak berperasaan sepertimu tidak akan pernah bisa membuktikan perasaannya kepada siapapun. Kenapa? Karena kalian tidak akan pernah bisa menghadirkan perasaan cinta. Pembuktian cinta macam apa yang harus dibuktikan? Bisakah kau menjawabnya sendiri?" cetus Chrystal.

"Apapun itu, aku pasti akan membuktikannya. Selama kau bisa mencintaiku, aku pasti akan mencintaimu," ujar Fengli.

'Aku telah mencintaimu, hanya kau yang tidak tahu akan hal itu,' batin Chrystal.

Chrystal pun hanya terdiam menatap ke arah bawah, rerumputan berwarna hijau di taman pohon Mapel. Semua yang Chrystal sangatlah ambigu dan terasa tidak nyata, bahka. sangat mustahil.

Meski memang pernah ada seorang pria tak berperasaan yang mencintai istrinya hingga membuat semua wanita iri, tapi itu hanyalah sebuah legenda. Cerita lama dengan orang baru tidak akan terulang kembali. Semua hanyalah harapan semu yang tak memiliki bukti yang nyata untuk kisah hidupnya yang nyata.

Chrystal telah terlanjur jatuh cinta kepada Fengli, jauh dari dalam lubuk hatinya. Perasaan yang begitu dalam itu hanya Chrystal yang mengetahuinya, tidak ada orang yang tahu, termasuk Fengli. Awalnya Chrystal berharap bahwa dia hanya akan memendam rasa itu sendirian. Namun tidak disangka, semua kebetulan terjadi dengan sangat singkat.

Fengli adalah satu-satunya pria yang bisa menyentuh Chrystal tanpa menunjukkan ekspresi dan emosi ketakutan, tidak seperti pria lain yang langsung ketakutan dan lari terbirit-birit ketika menyentuh Chrystal. Hal itu juga menjadi salah satu poin yang membuat Chrystal dilema dan ambigu.