webnovel

Pria Dingin

" Maaf ya Na. " " Untuk apa? " " Maaf atas bang Gibran yang selalu bersikap dingin kepadamu." " Senang bisa mengenalmu, tak apa kan jika kita bersahabat ? " " Justru aku lebih senang jika kau mau bersahabat denganku." " Memangnya apa yang membuatmu penasaran ? " " Tentang sikapnya bang Gibran yang bersikap dingin. " " Memangnya ada apa ? " " Kenapa kau terlihat bingung begitu ? " " Astaga kenapa aku jadi gugup begini ? " " Ekhem! " " Sejak kapan aku membohongi sahabatku? " " Will you be my first love and my last? " " Apa yang sudah terjadi kepadamu? " " Kalian bicara tentang apa? " " Kenapa? Apa ada yang salah denganku? " " Kau tenang Anna disini ada kita, kita siap melindungi mu dari jangkauan pria seperti dia. " " Kurasa tidak perlu karena semuanya sudah jelas. " " Kamu salah faham Na, aku mohon kepadamu tolong kali ini dengarkan aku. " " Ingat Anna kau harus memberitahu kita jika terjadi apa-apa dengan mu. " " Dengar baik baik pukulan mu tidak ada apa-apa nya bagiku. " " Cukup! Aku menyerah! " " Kau berhutang cerita denganku Bilqis. " " Kenapa kau terlihat sangat gelisah? " " Siapa? " " Awww... Shh.. Pelan pelan dong Na. " " AKU TIDAK SEDANG BERCANDA BILQIS! " " Gibran apa kau sudah berhasil menemukan Anna? " " Maaf mah, pah, aku sama sekali tidak menemukan nya. " " Ayolah Gibran, satu kali saja turuti aku. " " Mah, Pah.. Aku sangat merindukan kalian... " " Pah bagaimana jika kita menjodohkan mereka? " " Tidak perlu mah biarkan anak kita yang mengungkapkan perasaannya sendiri. " COMING SOON 15 November 2020

Taeyoonna_Kim · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
49 Chs

Sick

"Ada apa dengannya? Apa dia cemburu melihatku pelukan dengan Anna? " Tanya John dalam hati.

~New Chaps~

Pradipta Mansion

Sesampainya dirumah kedua pria tampan itu khawatir dengan keadaan Anna karena wajahnya sangat pucat.

"Na, apa kau baik baik saja? " Tanya pria berkulit putih pucat itu khawatir.

"Wajahmu pucat sekali Anna." Timpal John tak kalah khawatir.

Belum sempat gadis mungil itu menjawab tiba-tiba badannya terasa sangat lemas dan benar saja dia pingsan dengan sigap Gibran menangkap badannya gadis itu, lalu menggendongnya ala brydal style dia segera membawanya masuk kedalam rumah kemudian disusul oleh saudara kandungnya. Tentu saja hal ini membuat pasangan paruh baya merasa khawatir dengan keadaan nya Anna.

"Sebenarnya apa yang sudah terjadi dengan Anna? " Tanya mamah Maria cemas.

"Nanti akan ku jelaskan mah. " Sahut pria berkulit putih pucat itu sambil membawa Anna masuk kedalam kamar milik gadis mungil itu sendiri.

Mau tak mau keluarga Pradipta mengikuti pria berkulit putih pucat itu sampai kekamar nya Anna, kemudian dia segera menidurkan Anna diranjang king size miliknya. Papah Yanuar segera menghubungi dokter langganannya bagaimana pun keadaan gadis mungil itu harus diperiksa bukan? Apalagi dia sudah menangis ditengah derasnya hujan.

Tak berapa lama datang seorang pria dewasa yang berpakaian lengkap dengan atribut sebagai seorang dokter.

"Tolong periksa keadaannya anak kita dok. " Ujar mamah Maria.

"Baiklah, tapi sebaiknya kalian tunggu diluar dahulu. " Ujar dokter tersebut.

Kemudian mereka pun menuruti perintah dokter tersebut, selama menunggu Gibran menyumpah serapahi pria berkulit tan dalam batinnya.

"𝘈𝘸𝘢𝘴 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘬𝘢𝘶 𝘝𝘢𝘯𝘴 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘢𝘱𝘢 𝘢𝘱𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘈𝘯𝘯𝘢, 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘪 𝘬𝘢𝘶 𝘱𝘦𝘭𝘢𝘫𝘢𝘳𝘢𝘯. " Ujarnya dalam hati.

"Gibran, John sebenarnya apa yang sudah terjadi dengannya?" Tanya mamah Maria cemas.

"Iya, cerita kan kepada kita." Imbuh papah Yanuar.

Merasa terpanggil kedua pria tampan itu menoleh kepada pasangan paruh baya tersebut, ya mereka merasakan kejanggalan dalam keadaan nya gadis mungil itu sekarang. Kemudian mereka menjelaskan semuanya dari awal sampai keadaannya Anna sekarang, tentu saja hal ini membuat papah Yanuar geram sedangkan mamah Maria menjadi semakin khawatir dengan gadis itu.

Walaupun gadis mungil itu hanya keponakan nya namun mereka sudah menganggapnya sebagai anak sendiri.

"Kurang ajar! Bagaimana bisa dia bersikap kasar kepada Anna! Aku sebagai pamannya saja tidak pernah kasar apalagi ayahnya, sedangkan dia bukan siapa-siapa nya sudah begitu! " Ujar papah Yanuar geram.

"Kalian harus menjaganya dari pria itu." Imbuh mamah Maria.

"Iya mah, aku akan menjaganya." Sahut pria berkulit putih pucat itu mantap.

"Serius nih bang hanya dirimu? " Goda John sambil menaik turunkan alisnya.

"Eh maksudku aku dan kau." Jawab Gibran gelagapan.

Kedua pasangan paruh baya itu hanya menggelengkan kepalanya saja sambil tersenyum melihat sifatnya putra sulungnya yang sedikit aneh. Selang berapa menit kemudian dokter tersebut keluar dengan sigap mereka segera menanyakan keadaan gadis itu.

"Bagaimana keadaan Anna dok? " Tanya mamah Maria cemas.

"Dia baik baik saja, dia hanya lemas karena terlalu lama terkena air hujan. " Jelas dokter Ridwan.

"Syukurlah jika dia baik baik saja. " Sahut pria berlesung pipi itu sambil bernafas lega.

"Terimakasih dok, sudah memeriksa keadaan Anna, saya takut terjadi apa-apa kepadanya. " Ujar papah Yanuar.

"Itu sudah menjadi tugas saya, baiklah kalau begitu saya pamit. " Jawab dokter Ridwan sambil tersenyum tipis kemudian pamit.

Kemudian papah Yanuar mengantarkan pria dewasa itu sampai didepan rumahnya sedangkan yang lain masuk kedalam kamarnya gadis mungil itu untuk melihat keadaannya.

" Aku.. Ada dimana? " Tanya gadis mungil itu ketika baru siuman dan melihat orang-orang disekitarnya.

"Tentu saja ada dikamar mu. " Sahut Gibran, diam diam dia bernafas lega melihat Anna baik baik saja.

"Maaf, aku sudah menyusahkan kalian. " Ujar gadis mungil itu dengan suara purau.

"Tidak sama sekali sayang, justru kami mengkhawatirkan keadaanmu. " Jawab mamah Maria dengan tersenyum tipis.

"Iya Na, kami takut terjadi apa-apa dengan mu. " Timpal John.

"Sudah sebaiknya kau istirahat saja, ini sudah malam dan kamu pasti masih lemas. " Ucap mamah Maria.

Kemudian wanita paruh baya itu menarik selimutnya untuk menutupi badan Anna sampai dada sedangkan gadis mungil itu menurut lalu kembali memejamkan matanya. Satu persatu dari keluarga Pradipta sudah keluar hanya tinggal pria berkulit putih pucat itu yang memandangi wajah Anna yang terlihat tenang dalam tidurnya.

"Abang janji akan melindungi mu Anna" Ucap pria berkulit putih pucat itu pelan sambil mengusap surainya dengan sayang.

Kemudian dia pun mematikan lampunya setelah itu keluar dari kamarnya Anna. Dia segera masuk kedalam kamarnya dan memutuskan untuk segera tidur.

Keesokan harinya mereka kembali melakukan aktivitas seperti biasanya, wajah gadis mungil itu masih terlihat pucat namun dia memaksakan diri untuk berangkat ke sekolah meskipun dilarang oleh keluarga Pradipta.

"Anna apa kau yakin ingin berangkat ke sekolah? " Tanya mamah Maria cemas.

"Iya mah. " Sahut Anna singkat.

"Kau terlihat sangat pucat Na." Ujar Gibran sedikit cemas walaupun tidak kentara.

"Tapi aku baik baik saja bang, sungguh. " Jawab gadis mungil itu meyakinkan mereka.

"Baiklah jika kau merasa tidak kuat cepat bilang saja kepada kita. "Ucap John menunjuk diri sendiri beserta kakaknya.

"Iya Na, jika tidak kuat jangan dipaksakan nanti kau bisa sakit. " Imbuh papah Yanuar.

Gadis mungil itu hanya menganggukkan kepalanya saja. Kemudian mereka pun menyantap sarapan sampai habis setelah itu mereka pamit pergi ke tempat tujuannya masing-masing.

"Mah, pah, kita berangkat dulu. " Pamit pria berkulit putih pucat itu mewakili.

"Iya, hati hati dijalan. " Sahut mamah Maria.

"Sayang, aku pun berangkat dulu ya. " Pamit papah Yanuar sambil mencium kening istri nya.

Mamah Maria hanya menganggukkan kepalanya saja.

-://:-

Sesampainya disekolah mereka segera turun dari mobil sport nya Gibran, meskipun wajahnya pucat gadis mungil itu berusaha terlihat kuat didepan kedua pria tampan tersebut.

"Ingat Na, kau harus memberitahu kita jika terjadi apa-apa dengan mu. " Ujar pria berkulit putih pucat itu serius.

"Iya Na, termasuk anak baru itu. " Timpal John posesif.

"Iya bang, aku akan memberitahu kalian. " Jawab Anna menurut.

" Bagus, anak baik. " Gumam Gibran sambil menepuk pelan kepalanya gadis mungil itu.

" Hmm ayo kita ke kelas. " Ajak John.

Kemudian mereka pun beranjak ke kelasnya masing-masing, ketika baru sampai dikelas Anna sudah disambut oleh pria berkulit tan ya siapa lagi jika bukan Evans mantan kekasih nya.

Tanpa rasa takut Evans berjalan kearah gadis mungil itu meskipun John menatapnya tajam itu sama sekali tidak mempedulikan nya.

"Apa yang terjadi dengan mu Anna? wajahmu pucat sekali. " Ujar Evans dengan memasang wajah sok simpati.

"Sudah jelas kau yang menjadi penyebabnya, masih saja tidak tahu diri." Sahut John sarkas. " Jika kau datang kemari hanya untuk menyakiti nya jangan harap kau bisa melakukan nya. " Lanjutnya.

" Hmm baiklah lihat saja nanti siapa yang akan memenangkan nya kau atau aku. " Jawab Evans sambil tersenyum meremehkan.

Sedangkan gadis mungil itu sendiri bergidik ngeri mendengar ucapan dari Evans, kemudian pria berlesung pipi itu segera menjauhkan Anna dari jangkauan pria brengsek tersebut, dia mengantarkan nya sampai ke tempat duduknya gadis mungil itu sendiri.

Sebelum beranjak ke tempat duduknya John mengingatkan Bilqis untuk menjaganya.

"Bil tolong kau jaga Anna, karena pria itu pasti masih mengincarnya. Aku percayakan semuanya kepadamu. " Ujar John.

"Iya John, kau tenang saja aku akan menjaganya, aku berjanji jika terjadi apa apa dengannya aku tidak akan memaafkan diriku sendiri. " Jelas Bilqis.

" Baiklah aku pegang janji mu. " Sahut John.

Kemudian dia pun kembali ke tempat duduknya, sedangkan gadis mungil itu jadi merasa merepotkan banyak orang terutama Bilqis, dia merasa tidak enak kepada sahabat nya tersebut.

"Bil kau terlalu berlebihan, aku bisa menjaga diriku sendiri. " Ujar Anna.

"Na, aku ini sahabatmu. Aku tidak mau terjadi apa apa dengan mu, maka dari itu aku harus menjagamu. " Jelas Bilqis.

"tapi Bil, aku tak mau merepotkan mu. " Ucap Anna merasa tak enak hati.

"Tidak sama sekali Na, berhenti bersikap seperti itu." Jawab Bilqis tegas. " Bahkan hari ini kau terlihat sangat pucat Anna, kenapa kau tidak istirahat dirumah saja? " Lanjut nya.

"Aku tidak apa apa Bil, sungguh. " Sahut Anna.

"Baiklah jika kamu tidak kuat bilang kepadaku, John atau kak Gibran, ya. " Ucap Bilqis.

"Iya Bil. " Jawab Anna singkat.

Tak lama kemudian bel masuk pun berdering jam pertama dikelas XI A kosong, Bilqis mengajak Anna keruang UKS namun gadis mungil itu bersih keras menolaknya.

Bukan apa-apa, sebab Anna merasa baik-baik saja sampai akhirnya gadis berjuluk chipmunk itu menyerah namun dia tetap memegang janjinya tersebut.

"Na sebaiknya kau istirahat saja di UKS, biar aku yang akan menemani mu. " Titah Bilqis.

" Tidak perlu Bil, aku baik baik saja. " Sahut Anna.

"Tapi Na wajahmu terlihat sangat pucat, aku khawatir dengan mu. " Jelas Bilqis khawatir.

"Bil, sudah ku bilang aku baik baik saja, berhentilah memaksaku untuk istirahat. " Celetuk Anna.

" Ck, yasudah lah terserah kau saja. " Jawab Bilqis kesal.

Sedangkan pria berlesung pipi itu terlihat terus menerus mengawasi gerak gerik nya Evans, mulai dari tatapannya, gelagatnya, sampai memekakkan telinganya hanya untuk mendengar ucapan pria disamping nya tersebut.

Evans sendiri merasa tidak nyaman karena selalu diawasi namun dia tetap sabar menunggu waktu nya untuk beraksi.

-://:-

Tak berapa lama bel istirahat pun berbunyi semua siswa siswi berhamburan keluar ke kantin, begitu juga dengan Anna, Bilqis dan John hendak pergi ke kelas pria berkulit putih pucat itu terlebih dahulu kemudian pergi ke kantin.

Namun tiba-tiba Evans menarik lengan gadis mungil itu sangat kuat sehingga membuat sang empu meringis kesakitan sedangkan pria berkulit tan itu tidak peduli, dia terus menerus menarik tangannya dan membawa Anna pergi.

Kejadian tersebut mengundang perhatian banyak siswa siswi yang ingin mengisi perutnya mendadak berhenti sementara itu Bilqis dan John sangat panik.

"John cepat kau panggil kak Gibran, biar aku yang mengejarnya." Ujar Bilqis panik.

"Tapi Bil_ " Ucapan pria berlesung pipi itu terpotong.

"Sudah turuti saja perintahku apa kau mau Anna berhasil dibawa pergi? " Cecar Bilqis kesal.

"Tidak Bil, jangan sampai itu terjadi. " Jawab John panik.

"Makanya cepat panggil kak Gibran. " Pinta Bilqis.

"Iya, aku akan panggilkan dia Bil. " Sahut John menurut.

Tanpa berpikir panjang John segera berlari untuk memanggil kakaknya sedangkan gadis berjuluk chipmunk itu berlari mengejar Evans yang masih setia menyeret sahabatnya secara paksa.

"Evans lepaskan Anna!. " Sentak Bilqis.

Namun pria berkulit tan itu menghiraukan panggilan Bilqis, sedangkan gadis itu sendiri menarik tangan kanannya Anna berharap Evans mau melepaskan nya. Dia tidak tega melihat sahabatnya yang semakin pucat dan berlinang air mata.

Karena tak tahan akhirnya Bilqis berteriak tak sadar air matanya terjun begitu saja dia tidak peduli dengan siswa-siswi yang tengah menontonnya.

"EVANS LEPASKAN ANNA! AKU MOHON LEPASKAN DIA! " Teriak Bilqis.

Teriakan Bilqis sangat memekakkan telinganya hingga membuat pria berkulit tan itu mau tidak mau dia berhenti dan melepaskan cengkraman nya terhadap Anna.

Dia menatap tajam kearah Bilqis kemudian mendekati nya sementara itu Anna yang melihatnya segera menyuruh sahabatnya berlari karena dia tidak ingin terkena sasaran atas kekasaran dari pria tersebut namun belum sempat dia mengatakan nya Evans sudah lebih dulu melakukannya.