webnovel

Anpanman

Belum sempat dia mengatakannya, Evans sudah lebih dulu melakukannya.

~ New Chaps~

Pria berkulit tan itu mendorong bahu Bilqis dengan kasar dan tatapan tajamnya mengunci manik sipit gadis tersebut hingga membuat sang empu merasa takut.

" Kenapa kau melarangku untuk membawanya hah?! Kenapa?! " Sentak Evans.

"Aku.. hiks aku tidak ingin sahabat ku terluka karena sifat keegoisanmu..! " Jawab gadis berjuluk chipmunk itu disela isakannya.

" Kau sama sekali tidak pantas dengan Anna, kau seorang bajingan yang hanya bisa melukai wanita dengan egomu.! " Lanjutnya.

Mendengar ucapan dari Bilqis membuat Evans naik pitam dia tidak segan segan mendorong Bilqis lebih kasar hingga membuat gadis tersebut limbung sedangkan Bilqis sendiri sudah pasrah akan terjatuh.

š˜Žš˜³š˜¦š˜±

Maniknya kembali terbuka dengan manik yang sedikit melebar karena ternyata pria bervisual tampan menangkap tubuhnya.

"Kak Adnan, " Gumam Bilqis.

"apa kau baik baik saja? " Ujar Adnan perhatian.

"iya kak, " Jawab Bilqis singkat.

Bilqis kembali dengan posisinya semula begitu juga dengan Adnan dia berdiri tepat disamping nya gadis berjuluk chipmunk tersebut.

Sedangkan pria berkulit putih pucat dan saudara kandungnya serta Evans saling melemparkan tatapan mematikan hingga membuat siswa-siswi yang melihatnya bergidik ngeri.

"sebenarnya apa maumu dari Anna? " Tanya pria berkulit putih pucat itu datar.

"Simple, aku menginginkan dia kembali kepelukan ku dan membawa dia kembali ke Bogor, " Sahut Evans dengan entengnya.

"bukankah dia tidak mau, kenapa kau terus memaksanya? " Tanya John dingin.

"Itu urusan ku, kenapa kalian ikut campur? " Ujar Evans tidak terima.

"Tentu saja kita ikut campur karena kita saudaranya, " Jawab Gibran sarkas.

"Kalian hanya saudara bukan orang tuanya, " Tukas Evans geram.

" Dan kau sendiri bukan siapa-siapanya dia tapi kenapa kau selalu bersikap sesuka hati kepadanya, kau bukan pria sejati melainkan seorang bajingan yang hanya berani menyakiti wanita, " Cecar John savage.

" Saya tidak peduli dengan ucapan anda, yang jelas saya ingin membawa Anna pergi dari sini, " Sahut Evans bersikeras.

" Kau boleh membawa dia pergi jika kau berhasil mengalahkanku dan melangkahi mayat ku, " Ujar Gibran.

Gadis mungil itu membelalakkan maniknya dia tidak percaya dengan ucapan Gibran, begitu juga dengan orang-orang yang sedang menonton nya.

"Bang apa yang kau lakukan? " Tanya John tak percaya.

"Hanya ini jalan satu-satunya untuk menyelamatkan Anna dari pria brengsek seperti dia, " Ujar Gibran serius.

Evans hanya menaikkan satu alisnya dia merasa tertarik dengan tawaran yang diajukan oleh Gibran, seakan faham dengan isyarat tersebut pria berkulit putih pucat itu segera menyelanya.

"Jangan senang dulu Evans yang terhormat, jika kau yang kalah kau harus pergi jauh jauh dari sini, " Ujar pria berkulit putih pucat itu datar.

"Baiklah, " Sahut Evans tersenyum smirk.

Tanpa berfikir panjang Evans segera menyerang pria berkulit putih pucat itu terlebih dahulu, dia memberi bogeman mentah tepat diwajah manisnya Gibran.

BUGH!

Gibran membiarkan dirinya diserang terlebih dahulu, ketahuilah itu hanya siasat darinya agar dia bisa membalasnya dengan mudah.

BUGH!

Satu tendangan mendarat mulus di bokong pria berkulit putih pucat itu hingga semakin tersungkur.

BUGH!

Karena belum puas pria berkulit tan itu kembali melayangkan bogeman mentah diwajah Gibran untuk yang kedua kalinya hingga mengeluarkan darah dari sudut bibir plumnya.

Sedangkan gadis mungil itu hanya bisa menjerit dan meminta tolong kepada mereka agar melerainya namun apa daya suaranya serak karena terlalu banyak menangis, John yang menyadari pun segera berlari kearah Anna lalu memeluk untuk menenangkan sepupunya tersebut.

Sementara itu Bilqis sendiri bersembunyi sambil memejamkan matanya di balik punggunggnya Adnan, dia tidak tega melihat perkelahian itu.

Gibran sendiri terlihat sudah tidak berdaya sehingga membuat pria berkulit tan itu merasa puas dengan segera dia berjalan kearah Anna namun siapa sangka ternyata itu belum ada apa-apanya bagi Gibran.

Sedangkan Adnan dan John sudah mengetahui taktik nya pria berkulit putih pucat tersebut, dia akan membabi buta jika dalam keadaan marah yang luar biasa apalagi keadaan keluarga nya terancam.

Belum sempat Evans menjangkau Anna tiba-tiba pria berkulit putih pucat itu kembali berdiri lalu menendang punggung Evans hingga tersungkur.

BUGH!

"Kau pikir aku akan membiarkanmu membawa Anna pergi huh?!" Tanya Gibran sinis.

Pria berkulit putih pucat itu kembali melayangkan bogeman mentahnya tepat dibibirnya hingga mengeluarkan darah segar seperti dirinya.

BUGH!

"Dengar baik baik pukulan mu tidak ada apa-apa nya bagiku," Ujar Gibran datar.

Kemudian pria berkulit putih pucat itu kembali memukuli wajahnya Evans dengan bogeman bogeman mentahnya hingga membuat wajah tampannya babak belur penuh dengan luka lebam.

Namun tanpa disangka meskipun keadaannya begitu mengenaskan pria tersebut masih bisa bangkit, baru saja berdiri Gibran kembali menendang tepat dibagian 'masa depannya' hingga membuat Evans jelalatan dan merasakan kesakitan yang luar biasa.

Gibran sempat kembali melayangkan bogemannya dengan cekatan pria berkulit tan itu melambaikan tangannya.

"Cukup! Aku menyerah! " Ujar Evans.

"Oke sekarang kau harus memenuhi persyaratannya," Titah Gibran tegas.

"Baiklah aku akan segera pergi dari sini. " Sahut Evans sambil bangkit kemudian lari terbirit-birit sambil menahan sakit.

Kemudian Gibran pun mendekat kearah gadis mungil itu yang masih menangis didalam pelukannya John, lalu pria berkulit putih pucat tersebut memberi isyarat agar segera melepaskannya.

"sudah Na, mulai sekarang kau jangan takut lagi karena Evans sudah pergi jauh," Ujar John sambil melepaskan pelukannya.

"Benarkah? Kalian tak membohongiku kan? "Tanya Anna tidak percaya.

"Buat apa kami berbohong kepada mu Na, " Sahut Gibran sambil tersenyum tipis.

Gadis mungil itu meringis melihat wajah manisnya Gibran yang dihiasi dengan luka lebam.

"Maaf bang, kau sudah terluka karena ulahku," Ujar Anna dengan suara tercicit.

"Hei ini bukan salahmu, itu semata-mata aku ingin melindungimu dari pria brengsek itu, " Jawab Gibran lembut. " Lagi pula abang tidak apa apa kok. " Lanjutnya.

" Tapi bang_" Ucapan gadis mungil itu terpotong.

"Na, berhenti menyalahkan dirimu sendiri. " Ucap John tak suka.

"Hmm yaudah, tapi kita harus ke UKS bang, kau pasti sakit. Tidak ada penawaran apalagi penolakan. " Ujar Anna.

Mau tak mau pria berkulit putih pucat itu menganggukkan kepalanya sedangkan John tersenyum tipis melihat kakaknya yang rela babak belur demi menyelamatkan Anna dari pria berhati egois itu. Sementara Bilqis masih berada diposisi nya hingga membuat pria berbahu lebar itu merasa gemas dengan gadis tersebut.

"Bil keluarlah dari persembunyianmu, perkelahian nya sudah selesai sejak tadi. " Ujar Adnan.

"Serius? Kau tidak berbohong kan kak? " Tanya Bilqis tak percaya.

"Iya Bil, maka dari itu keluarlah dan buka matamu. " Sahut Adnan gemas.

Gadis berjuluk chipmunk itu segera membuka matanya kembali dan benar saja sudah tidak ada orang kecuali mereka.

Lalu kemana siswa-siswi yang lain? Jangan ditanya lagi mereka sudah kembali ke aktivitasnya masing-masing.

Kemudian Bilqis dan Adnan mendekat kearah mereka (Anna dan Pradipta boy), seperti biasanya Bilqis segera bertanya secara bertubi-tubi.

"Kau baik baik saja kan? Tidak ada yang terluka kan? Jika ada bagian mana yang terluka? Apakah kau tahu aku sangat mengkhawatirkanmu Anna? Aku takut kau dibawa oleh pria brengsek itu, " Tanya Bilqis bertubi-tubi.

Terlihat gadis mungil itu rolling eyesnya malas, namun dia tetap menjawab pertanyaan dari sang sahabat.

"Aku baik baik saja Bil, makasih karena kau sudah ikut mengkhawatirkan ku," sahut Anna.

"kau sendiri baik baik saja kan? Aku sempat melihatmu didorong, " sambungnya.

" Syukurlah, hmm aku.. aku baik baik saja.. Karena_ " Bilqis menggantungkan ucapannya karena malu ingin melanjutkannya hingga membuat Anna penasaran.

"Karena Bilqis sudah ditolong oleh bang Andan sebagai Anpanmannya, " Ujar John sambil menaik turunkan alisnya dengan melihat Bilqis.

" Yakk John, persetan kau, " Teriak Bilqis.

"Kau sama persis dengan sahabat ku, sepertinya kalian sangat cocok jika berkencan. " Ujar Gibran sambil melirik kearah sahabatnya walaupun pria bervisual tampan itu melotot namun Gibran terlihat tidak peduli.

šŸŒ»

" Awh.. Sshh.. "

Pria berkulit putih pucat itu meringis kesakitan ketika luka lebam nya diobati oleh Anna, padahal tidak ditekan sama sekali. Sedangkan ketiga makhluk berbeda jenis kelamin yang menyaksikannya bergidik ngeri.

"Na, pelan pelan dong, " Keluh Gibran.

"Bahkan aku tidak menekan lukamu bang, tapi kau terus menerus meringis dan dengan gayanya kau tidak mau diobati huh? "Celetuk Anna sambil mencebikkan bibirnya.

"Hmm iya iya, abang akui ini memang sakit," Ujar Gibran mengalah.

"Akhirnya kau mengakuinya juga Gib," Cibir Adnan.

"Ck, apa kau senang melihat ku babak belur begini? " Tanya pria berkulit putih pucat itu berdecak sebal.

"Hei kau selalu saja begitu, ya tentu saja aku tidak senang. " Sungut Adnan.

Gadis mungil itu hanya menggelengkan kepala nya saja, lalu kembali mengobati luka lebamnya Gibran dengan hati hati karena dia takut pria berkulit putih pucat tersebut meringis kesakitan.

Sedangkan John dan Bilqis terkikik geli melihat kelakuan kedua pria tersebut yang satu tsundere, yang satunya lagi masih agak kekanakan walaupun sifat keibuan yang mendominasinya.

"nah, akhirnya selesai juga," Ujar Anna bernafas lega walaupun meringis sendiri melihatnya.

"Bang kalau mamah dan papah bertanya tentang lukamu, bagaimana kita harus menjawabnya? " Tanya John cemas.

"iya bang, bagaimana?" Imbuh Anna yang sepertinya faham akan ucapan pria berlesung pipit itu.

"sebaiknya kalian menjelaskan yang sebenarnya saja, pasti mereka akan memahaminya, " Ujar Adnan memberi solusi.

"iya Na, John kalian bilang saja begitu, kak Gibran babak belur begini bukan karena tawuran tapi karena ingin melindungi mu. " Timpal Bilqis meluruskan.

Gibran hanya mengangguk setuju dengan ucapan Adnan dan Bilqis, setelah selesai mengobati luka pria berkulit putih pucat tersebut kemudian mereka memutuskan untuk kembali ke kelasnya masing-masing.

Dilain sisi tepatnya di kantin seperti biasanya Rama marah marah tidak jelas karena gadis pujaan hatinya hendak dibawa pergi oleh orang asing.

"Apa maksudnya untuk membawa Anna pergi dari sini huh? Memangnya dia ayahnya huh? " Cecar Rama geram.

"yang aku dengar sih dia mantan kekasihnya Anna. " Ujar Devan.

"tapi dia tidak boleh melakukan itu kepada Anna, jangan seenaknya saja memaksa dia pergi bersama dirinya," Ujar Rama kesal.

"Ck, jika kau tak suka kenapa tadi tidak memberikan pria itu pelajaran? " Celetuk Devan jengah.

"Justru itu aku kalah cepat dengan Gibran," Sahut Rama datar.

"Benar juga sih," Jawab Devan.

-://:-

Seperti yang diucapkan oleh John dan Anna, dugaan mereka berdua benar ketika baru saja sampai dirumah papah Yanuar dan mamah Maria terkejut melihat wajah manis putra sulungnya itu yang dihiasi dengan penuh luka lebam sehingga mengundang perhatian pasangan paruh baya tersebut.

"Apa yang sudah terjadi denganmu Gibran? Kenapa wajahmu penuh dengan luka? " Tanya mamah Maria cemas.

"Apa kau habis melakukan pelanggaran sekolah (tawuran)? " Imbuh papah Yanuar curiga.

"tidak pah, aku begini karena aku berantem dengan pria brengsek itu, dia ingin membawa Anna pergi dari sini maka dari itu aku memberinya pelajaran," Jelas Gibran.

"iya pah, pria itu nekat memaksa Anna untuk pergi dengannya," Timpal John.

"Dasar anak brengsek, berani beraninya dia memaksa ponakanku memangnya dia siapa?! Hak saja tidak ada," Ucap papah Yanuar geram.

"Sudah pah, kau jangan marah marah yang terpenting sekarang Anna baik baik saja," Tutur mamah Maria berusaha menenangkan suaminya.

"tapi bisa saja anak itu kembali melukai Anna," Jawab papah Yanuar tidak terima.

"Papah jangan khawatir mulai sekarang Anna sudah aman," Sahut Gibran.

"Apa itu benar Anna? " Tanya papah Yanuar ragu.

"Iya pah, itu semua karena bang Gibran yang berhasil mmengalahkanya lalu dia segera pergi dari sini, " Jelas gadis mungil itu sambil tersenyum.

"Syukurlah jika memang sudah pergi," Ucap mamah Maria sambil bernafas lega.

Mendengar ucapan Anna, hatinya pria berkulit putih pucat itu tiba-tiba berdesir dan merasakan pipinya memanas seketika, sedangkan John sendiri hatinya merasa tidak suka mendengarnya.

Ada apa dengan mereka?

Next chapter