webnovel

Pintu Takdir

Sebuah mimpi membawanya ke dimensi lain, di mana sihir dan pertarungan adalah hal yang wajar di sana. Baginya itu semua adalah hal gila, dengan sebuah tekad dia berusaha mencari cara untuk keluar dari tempat itu. Tapi ada sebuah alasan kenapa dia terjebak dalam dimensi itu dan kenyataan bahwa bukan dia saja yang mengalaminya. Apakah akhirnya mereka bisa kembali ke dunia mereka?

Park_Keyza · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
20 Chs

Tempat Aneh

Tidak ada cahaya, hanya gelap tanpa setitik cahaya sama sekali. Tercium aroma anyir darah yang mengelilingi tempat itu, tapi Damian tidak yakin akan apa yang dia pikirkan saat ini. Tubuhnya terasa begitu ringan dan dia tidak tau harus melakukan apa saat ini.

Ingatan soal kejadian di kamarnya kembali hadir, entah kenapa dia yakin tempat ini ada hubungannya dengan apa yang terjadi padanya. Manik Damian mencoba mencari celah untuk keluar tapi dia tidak bisa melihat apa pun. Tempat ini sangat aneh dan Damian mulai ketakutan lagi.

Kakinya bergerak tapi dia tidak tau harus pergi kemana. Yang dia tau, dirinya harus kabur dan pergi jauh dari rumahnya setelah ini.

"Jangan pergi..!"

Suara itu membuat Damian menoleh menatap ke arah asal suara, di sana Damian bisa melihat seorang gadis bergaun putih panjang menatapnya lembut. Perasaan tenang hadir dalam diri Damian tapi Damian takut jika nyatanya ini hanyalah sebuah ilusi dari makhluk halus di rumahnya.

Tubuhnya bergerak mundur mencoba menjauh dari sosok gadis di hadapannya. Tapi di saat langkah ketiga tiba-tiba saja tubuhnya kaku dan tidak bisa bergerak sama sekali. Maniknya bisa melihat manik gadis itu yang terlihat sendu, manik yang mengatakan sebuah rasa sakit yang tidak bisa hilang.

Gadis itu mendekat, menatap Damian yang semakin takut tapi gadis itu seakan abai dan langsung meraih wajah Damian. Aroma manis tercium di indra penciuman Damian, dan entah kenapa Damian merasa tenang dan nyaman di saat bersamaan.

"Maafkan aku.." gadis itu berucap dengan pelan tapi Damian masih bisa mendengar suara gadis itu.

Ada perasaan yang menyelimuti diri Damian tapi Damian tidak tau perasaan apa itu. Yang jelas Damian merasa bahwa gadis itu bukan ancaman bagi dirinya. Maniknya menutup perlahan saat merasakan tangan lembut yang membelai wajahnya. Tubuhnya membeku di saat merasakan sesuatu yang menempel di bibirnya.

Sebuah ciuman lembut membuat Damian membuka maniknya, melihat jelas bagaimana gadis itu perlahan menghilang bagai sebuah cahaya. Damian tidak mampu bergerak, tubuhnya seperti kaku sampai dia terjatuh dengan tatapan terkejut. Tubuh ketakutan dan pucatnya terlihat mulai normal.

Damian tidak merasakan apa pun selain perasaan buruk akan apa yang baru saja dia alami. Tangannya bergerak menyentuh bibirnya yang masih terasa hangat, jantungnya berdebar sampai di merasakan sebuah rantai mengikat salah satu kakinya.

"Apa lagi ini!!"

Damian berteriak di saat tubuhnya di tarik paksa melewati tempat gelap yang semakin gelap. Tidak ada cahaya tapi ucapan maaf dari gadis itu masih memenuhi pikirannya. Ini sangat aneh, entah kenapa Damian merasa bahwa apa yang dia alami selama ini adalah hal yang wajar.

Tubuhnya terus di tarik sampai Damian bisa melihat sebuah bangunan mewah yang besar. Bangunan itu di sinari cahaya lilin yang begitu banyak, dan Damian bisa mendengar suara air yang bergerak cepat di arah belakang. Damian menoleh menatap ke arah belakang dimana sebuah tempat luas dengan berbagai pohon, danau dan air terjun itu tengah menyapanya.

"Apa-apaan ini!!" sepertinya Damian masih tidak bisa berpikir bahwa hal ini adalah hal yang wajar.

Jelas dia ingat berada di kamar tidurnya lalu dia tidak sadarkan diri dan bangun di tempat gelap tanpa ujung. Tapi sekarang dia malah berada di tempat seperti sebuah Istana mewah yang tidak terurus. Apa ini bisa di katakan sebagai sebuah hal wajar, tentu saja jawabannya adalah tidak. Semua ini bukan hal wajar dan Damian mencoba melangkah mendekati Istana di depannya.

Tidak ada rantai yang mengikat kakinya lagi yang ada hanyalah sebuah bentuk dari wujud surga yang begitu menawan. Damian membuka pintu besar itu sampai dia di hadapkan oleh lorong yang begitu indah dan luas. Lorong yang di lapisi emas itu membuat Damian yakin akan satu hal, bahwa dia bisa langsung kaya jika menjual Istana ini.

Kakinya terus melangkah melewati lorong demi lorong sampai Damian melihat sebuah altar dengan sebuah buku jingga di atasnya. Damian jelas ingat buku itu, dia jelas tidak asing akan buku itu membuat Damian langsung berlari mendekati meja altar. Di saat kakinya menyentuh altar sebuah cahaya muncul dan Damian cukup terkejut akan hal itu.

Maniknya menatap buku jingga itu yang melayang, dan entah kenapa Damian malah memikirkan soal komik atau novel yang menceritakan soal cerita fantasi. Sepertinya jika di pikirkan lagi, apa yang terjadi padanya sama seperti dengan komik dan novel fantasi. Walau dia tidak menyukai kedua benda itu tapi Damian jelas yakin akan pemikirannya sekarang.

Tangannya meraih buku jingga itu dan akhirnya dia bisa menyentuh buku itu. Terlihat Damian yang masih tidak percaya akan apa yang baru saja terjadi tapi Damian merasa senang saat tau bahwa akhirnya dirinya bisa mengetahui apa maksud mimpinya.

Tapi saat tangannya mencoba membuka buku itu, tiba-tiba saja tubuhnya terjatuh dan Damian bisa melihat jurang gelap di bawahnya. Damian berteriak dengan tangan memeluk buku jingga itu, dia terus terjatuh tanpa tau akhir di bawah sana. Cukup lama sampai dirinya merasakan sebuah air yang membasahi tubuhnya.

Maniknya yang tertutup langsung terbuka melihat air yang memenuhi tempat ini. Sebuah cahaya kecil dapat Damian lihat dari sana dan Damian mencoba bergerak naik menuju asal cahaya itu. Tapi lagi-lagi sebuah rantai mengikat kakinya dan dia tidak bisa bergerak menuju ke atas. Apakah dia akan mati seperti ini?

Entah kenapa Damian merasa bahwa dia akan mati jika tidak bisa menyelamatkan dirinya. Tubuhnya bergerak asal mencoba melepaskan rantai pengikat itu sampai Damian mendengar suara bisikan lagi.

'Kau hanya perlu tenang dan raih tanganku'

Damian tidak paham akan bisikan itu tapi Damian mencoba tenang walau tidak ada seseorang yang akan menolongnya. Maniknya menutup dengan tubuh yang berhenti bergerak, kedua tangannya menggenggam kuat buku jingga itu sampai dia bisa merasakan sebuah udara masuk dalam paru-parunya.

Maniknya terbuka dengan nafas memburu menatap ke arah air yang membuatnya hampir mati. Pandangnya mengelilingi tempat itu tapi dia tidak menemukan seseorang yang telah membantunya. Sepertinya ini memang tidak bisa di anggap remeh olehnya sekarang.

"Tempat apa ini?" ucap Damian masih mencari tau di mana dia berada.

"Apakah kau baik-baik saja?" sebuah suara terdengar dari genangan air itu berada membuat Damian menoleh melihat seorang pria yang muncul dari permukaan air.

"Ah.. Namaku Theo, apa kau baik-baik saja?"

"Aku baik" jawab Damian menatap Theo yang mengangguk pelan.

"Sepertinya kau tersesat" ucap Theo menatap Damian yang terkejut.

"Ini di mana?"