webnovel

Perjalanan Cinta KIRA

Shakira Chairunisa yang ingin menyelamatkan ayahnya dari kesalahan masa lalu, akhirnya setuju untuk menikah dengan seorang pemuda kaya usia 30 tahun bernama Ryan Adiantara, pemilik kerajaan bisnis Rich Tech Company. Pernikahan tanpa cinta yang dilandasi oleh dendam Ryan kepada ayah istrinya membuat kehidupan wanita berusia sembilan belas tahun itu hidup bagaikan dalam neraka. Ditambah dengan penyakit mental yang di derita Ryan, membuat semua menjadi semakin berat dari hari ke hari untuk Kira. Akankah keberuntungan berpihak pada Kira? Bisakah Kira bertahan dengan semua kesulitan yang dialaminya? Akankah Kira mampu memperjuangkan masa depan dan kebebasannya dari belenggu kekejaman Ryan? Mimpi untuk menjadi seorang scientist.. Akankah itu terwujud? Ikuti kelanjutan kisahnya dalam novel bergenre romantic - Perjalanan Cinta KIRA

Ri_Chi_Rich · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
102 Chs

Naik Motor

"Siapa sih? Mengklakson kenceng banget!" Kira mengumpat. Dia merasa sudah benar berjalan dipinggir, dan diatas trotoar. Tentunya tak mengganggu jalan, kan.. Didepannya juga kosong!

Tiiiiiiin

Kira menengok kebelakang. Seorang lelaki dengan Motor Viper Diamondback-Diablo, ada disamping mengikuti Kira. Lalu Lelaki itu membuka kaca helm dan maskernya.

"Naiklah, nanti Kamu telat! Ada kelas jam sepuluh, kan? Tinggal lima menit lagi!" Farid menunjukkan jam tangannya.

"Haaaah.. Darimana Kau tahu?" Tanya Kira kaget.

"Udah, cepetan naik! Nanti Kamu telat!"

Kira ragu, tapi Dia juga tak ingin telat. Akhirnya, Kira memutuskan untuk naik ke motor Farid. Beruntung Kira selalu memakai daleman celana panjang di dalam gamis terusannya, sehingga kaki Kira masih tertutup.

"Pegangan, Nanti jatuh!" Farid mengingatkan.

"Ga mau!" kata Kira. "Jalannya pelan-pelan aja Kak!" Pinta Kira, yang kebingungan, soalnya ga ada pegangan belakang seperti di motor mio miliknya dulu. Motor Farid ga ada pegangan belakangnya.

Farid cuma tersenyum tipis. Memakai masker dan helmnya, lalu tancap gas.. Bruuuuuuumm

"Kyaaaaaaak!" Kira otomatis memegang pinggang Farid, karena Farid melaju kencang dan Kira bersembunyi dibelakang punggung Farid ketakutan. Sudah lama Dia ga naik motor. Dulu memang selalu naik motor, sebelum menikah dengan Ryan. tapi motor Mio, dan ga pernah sengebut ini.

"Aku ga mungkin menyia-nyiakan kesempatan ini!" Farid merasa senang.

"Ya Rob... Ngebut banget sih naik motornya! Bukan dikampus max 60 km per jam!" Kira ngedumel dalam hatinya.

Farid berhenti dipintu belakang, yang paling dekat dengan ruang kuliah Kira. Segera Kira turun dari motornya,

"Terima kasih!"

Dan Kira segera ngacir ke dalam.

"Huff.. Alhamdulillah gapapa. Semoga aja ga ada yang liat." Kira khawatir kalau Ryan tahu, habislah Kira, Farid, dan Sari. Semua akan kena amukan Ryan. Begitu pikir Kira. Dia sadar akan tabiat suaminya yang akan menghukum semua yang menurut suaminya bersalah.

Klek

Kira membuka pintu kelas, pas di jam sepuluh dan dosen masih belum datang.

"Kiraaa!" Suara Rini, Kira menengok ke Rini yang melambaikan tangan. Segera Kira melangkah ke Rini. Tapi, Kira berhenti sejenak melihat ke arah kanannya..

"Agus.." Ingin Kira menyapa dan menanyakan kondisinya. Tapi Agus sudah terburu tersenyum ke Kira dan menunjukkan kode "OK" dengan tangannya, yang menandakan Dia gapapa. Kira mengangguk dan langsung melanjutkan langkahnya menuju Rini.

"Dari mana aja Lu?" Sari panik nyari Elu!" Rini berbisik.

"Sekarang dimana Sari?" Tanyaku yang baru sadar ga ada keberadaannya diruangan ini.

"Ga tau, kayanya masih nyariin Elu, deh!"

"Haduuh..." Kira lupa untuk menghubungi Sari tadi. Kira segera mengambil tas untuk mengeluarkan handphonenya.

"Aaaah!" Teriak Kira lagi.

"Hah, Kenapa?" Rini kaget.

"Gue lupa, handphone masih di mobil Ryan. Kemarin buku-buku juga masih di mobil Ryan." Kira menjatuhkan kepalanya di atas meja

"Habislaaaah Akuuu.." Keluh Kira.

"Pakai handphone gue, nih!" Rini menyodorkan handphonenya.

"Lu tahu nomor handphone sari?" Tanya Kira, sambil berbisik karena dosen sudah memasuki ruangan kelas.

"Ga tahu, hehe.." jawab Rini.

"Huuuffff." Pupus sudah harapan Kira. Dia akhirnya mengeluarkan buku dan fokus pada apa yang disampaikan profesornya. Kira akan mencari Sari setelah selesai kelas ini, pikirnya begitu.

"Semoga ga akan apa-apa nunggu dua jam. maafin Aku, Sari.. Udah nambahin masalah Kamu!" Kira meringis, merasa menyesal.

Dua jam sudah berlalu. Kelas sudah selesai. Kira segera merapihkan bukunya, berjalan keluar bersama Rini.

"Rin, cari Sari dulu, ya!"

"Mau cari kemane?" Rini menjawab pertanyaan Kira dengan santai, sambil menikmati lollypop yang baru dibukanya.

"Parkiran, anterin gue ke parkiran dulu!" Kira menggandeng tangan Rini keluar dari ruangan kelasnya.

"ShaKira Chairunisa!"

"Haaaah!" Kira berteriak. Beberapa siswa melihat ke Kira. Dan arah suara. Termasuk Rini. Dia juga melihat ke arah suara.

"Et dah.. Ganteng banget yak.. Siapa ni orang yang manggil Kira?" Rini bergumam memandangi orang yang berdiri dibelakang, dengan beberapa orang bodyguard menyebar disekelilingnya.

Kira masih belum membalikkan badan. Kira masih shock mendengar suara tadi. "Mimpi bukan ya?" Pikir Kira.

"ShaKira Chairunisa!" Suara Ryan semakin kencang dibelakang Kira.

"Iyaaaa." Kira berbalik arah

"Haaah,, benar Dia ada dikampusku, bukan ngimpi." Kira bergumam dan segera mendekat ke Ryan.

"Maaf.." Kira langsung memeluk Ryan.

"Haah.. Gilaaa, itu suami Kira? Gila, dikampus gini langsung meluk gitu!" Rini kepanasan sendiri melihat Kira yang langsung berhambur ke dada Ryan. "Kok beda banget sama di foto yang Kira tunjukin ya... Aslinya lebih ganteng." Rini masih setengah ga percaya.

"Dia.. Dia memelukku? Didepan banyak orang." Detak jantung Ryan berdegup kencang. Ada rasa bahagia didalam hatinya. Hilang sudah amarah yang dipupuknya dari tadi karena kabar menghilangnya Kira.

"Hufff.. Semoga Aku bisa selamaaaat.." Kira berbisik didalam hatinya.

"Maafkan Aku, suamiku.. Maafkan Aku.." Kira memeluk Ryan semakin erat.

"Sudahlah, Ayo pulang!" Ryan bahkan sudah berbicara sangat lembut.

"Haaah.. Pulang? Aduuuh.. Aku masih ada kelas.. Gimana ini.. Aku harus bujuk Ryan! Aku ga mau ketinggalan dan absen!" Kira mulai berpikir untuk membuat Ryan mau mengizinkannya untuk kuliah.

"Ehm.. Suamiku, Aku masih ada kelas, ada dua kelas lagi, dan mengulang praktikum kemarin.." Pinta Kira masih memeluk Ryan.

"Apa?"

"Aku mohon, izinkan Aku untuk selesaikan dua kelas lagi. Aku mohon.. Aku akan lakukan apapun nanti sampai rumah, asalkan boleh selesaikan kelas hari ini.." Kira mendongak menatap Ryan. Masih memeluknya.

"Lakukan apapun dirumah?" Ryan tersenyum simpul

"Kamu masih ada kuliah?" Tanya Ryan

Kira mengangguk cepat.

"Ya sudah, Kamu boleh ikutan kelas itu. Tapi, Aku akan menemanimu dalam kelas!"

"Haaaah?" Kira memekik ga percaya.

"Kenapa berteriak dihadapanku?" Ryan menunjukkan raut wajah ga suka.

"Maaf suamiku. Aku pikir, Kamu sangat sibuk dengan pekerjaanmu, mana mungkin membuang waktumu yang sangat berharga untuk menemaniku dikampus.. Apalagi dalam kelas.." Kira memutar otaknya untuk memuji Ryan dan mengusirnya secara halus.

"Haduuuuh.. Ribetlah kalau Dia ikutan dikelas.. Gimana Aku bisa konsentrasi nanti.. Huffff"

"Aku sengaja kosongkan jadwal hari ini. Aku bisa temanin Kamu satu hari di kampus." Mata Ryan menunjukkan tak mungkin untuk menolaknya.

"Baiklah suamiku.. Tapi, bagaimana dengan dosen? Aku ga yakin Dia mengizinkan Aku bawa suamiku masuk." Kira memberikan alasan lain.

"Ayolaaah.. Cukup ganggu Aku dirumah aja. Jangan dikampusku juga, Ryaaaaaan!!" Kira mulai ngedumel dalam hatinya.

"Andi!"

"Iya Tuan Muda, Saya akan urus izin Anda menemani Nyonya Muda didalam kelas."

"Andiiiiiii... Arghhhhh.. Awas Kau nanti!" Mata Kira sudah mendelik ke arah Asisten Andi.

"Maafkan Nyonya Muda, andai Kau tahu batapa paniknya Tuan Muda tadi saat Sari mengabarkan Kau menghilang.. Aku tak punya pilihan. Anggap saja ini hukuman bagimu Nyonya Muda, yang sudah menyusahkan hidupku dan Sari hari ini." Asisten Andi mundur perlahan menghubungi rektorat.

"Ayo Kita ke kelasmu!" Ryan merangkul Kira.