webnovel

Perjalanan Cinta KIRA

Shakira Chairunisa yang ingin menyelamatkan ayahnya dari kesalahan masa lalu, akhirnya setuju untuk menikah dengan seorang pemuda kaya usia 30 tahun bernama Ryan Adiantara, pemilik kerajaan bisnis Rich Tech Company. Pernikahan tanpa cinta yang dilandasi oleh dendam Ryan kepada ayah istrinya membuat kehidupan wanita berusia sembilan belas tahun itu hidup bagaikan dalam neraka. Ditambah dengan penyakit mental yang di derita Ryan, membuat semua menjadi semakin berat dari hari ke hari untuk Kira. Akankah keberuntungan berpihak pada Kira? Bisakah Kira bertahan dengan semua kesulitan yang dialaminya? Akankah Kira mampu memperjuangkan masa depan dan kebebasannya dari belenggu kekejaman Ryan? Mimpi untuk menjadi seorang scientist.. Akankah itu terwujud? Ikuti kelanjutan kisahnya dalam novel bergenre romantic - Perjalanan Cinta KIRA

Ri_Chi_Rich · Urban
Not enough ratings
102 Chs

Lari

Jam 09:00 pagi

Kira sudah siap untuk berangkat ke kampus. Dia sudah solat dhuha, mandi, berganti pakaian dan menyiapkan buku yang akan dibawanya. Hanya buku kali ini. karena handphone tertinggal di mobil Ryan. Laptopnya juga sudah dibuang Ryan.

Klek

Kira menutup pintu kamar dan melangkah menuruni tangga menuju pintu utama. Kira juga menyapa beberapa pelayan dan berpamitan untuk berangkat kuliah.

"Sari, Aku udah siap! Ayo berangkat!" Kira menyapa Sari yang berdiri di pintu utama.

"Baik, Nyonya Muda!" Sari membuka pintu mobil untuk Kira, menutupnya setelah Kira masuk, dan segera menuju kursi pengemudi.

Mobil pun melaju menuju kampus Kira.

"Sari, bagaimana luka di wajahmu, apa masih sakit?" Tanya Kira khawatir.

"Sudah tidak sakit, Nyonya Muda. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku." Jawab Sari sopan.

"Apa Kau sering dapat pukulan itu karena Aku?" Tanya Kira lagi.

"Tidak, Nyonya Muda. Kemarin baru pertama kali." Sari berbohong. Sebenarnya, Sari sering mendapat pukulan seperti itu. Minimal seminggu dua kali Dia mendapat pukulan. Hanya saja, tidak di wajahnya. Dan baru kemarin Asisten Andi memukul wajahnya.

"Maafkan Aku, Sari..." Kira merasa tak enak hati, karena kesalahannya, Sari harus menanggung akibatnya. "Kau.. Tidak membenciku, kan?" Tanya Kira ragu.

"Tentu saja, tidak.. Nyonya Muda. Sikap Nyonya Muda sangat baik pada Saya. Bagaimana Saya bisa membenci Nyonya Muda?" Sari menatap Kira dari kaca spion ditengah mobil.

"Terima Kasih, Sari."

Kira tersenyum dibalik cadarnya, dan mengambil tas, mengeluarkan buku kalkulusnya. Hari ini, ada tiga mata kuliah. yang pertama adalah kalkulus. Kira membaca bukunya, mengulang sedikit pelajaran minggu lalu. Hingga tak terasa, dua puluh menit berlalu. Mobil yang dinaiki Kira sudah memasuki wilayah kampus. Kira merapihkan bukunya ke dalam tas dan bersiap turun.

Seperti biasa, Kira turun lebih dulu. Baru Sari mengikutinya ke kelas setelah parkir mobil.

Klek

Kira membuka pintu mobil dan masuk ke kampusnya. Berjalan menyusuri lorong, hingga sebuah tangan menggandengnya, menyeret Kira sangat cepat menjauhi kerumunan,

"Jangan takut, ini Aku Willy!" Suara Willy terdengar oleh Kira sebelum Kira sempat berteriak. Kira ingin sekali melepaskan pegangan tangan Willy. Tapi, hatinya menjadi sangat lemah untuk melakukannya. Lelaki yang menggandeng Kira sekarang, adalah seseorang yang dulu sangat dicintainya. Mungkin sampai sekarang. Tapi, rasa itu perlahan ingin dilupakan oleh Kira, mengingat dirinya sudah tak pantas lagi untuk Willy. Hanya saja.. Kali ini Kira tetap membiarkan Willy menarik tangannya. Ada rasa sedih, senang, takut, khawatir, bahagia, dan harapan saat Willy menarik tangan Kira.

Willy membawa Kira ke pintu samping. Menjauhi pintu utama. Jalannya sangat cepat, mungkin Willy sadar, Dia tak punya banyak waktu untuk membawa Kira pergi. Dia harus cepat sebelum orang akan menyadari bahwa Kira hilang.

Willy membuka pintu penumpang Mazda C5 miliknya. "Cepat, masuklah!" Pinta Willy. Yang diikuti oleh Kira.

"Hoaaah.. Aku mungkin sudah gila, mau mengikuti kata-kata Willy!" Hati Kira bergemuruh.

Willy segera berlari ke kursi pengemudi, membawa mobilnya pergi.

"Sha Sha, pakailah sabuk pengamanmu!" Willy melirik Kira.

"Eh. Iya.. " Kira yang tersadar dari lamunannya segera memakai sabuk pengamannya.

Willy diam. Kira juga diam. Suasana dalam mobil sangat canggung. Tak berapa lama, Willy membuka kacamata hitamnya, topi, dan masker yang menutupi wajahnya. Memperlihatkan wajah yang sudah lama dirindukan oleh Kira.

"Sha Sha, bagaimana kabarmu?" Tanya Willy, melirik ke Kira.

"Ehm.. Aku.." Kira ga menjawab. "Willy, bisa Kita berhenti disini?" Kira melihat danau yang ada disebelah kanan Willy. Kampusnya memang memiliki danau.

"Kita harus keluar dari wilayah kampus ini. Selagi Aku masih punya waktu!" Willy enggan berhenti.

"Kau mau menculikku, bukan?" Tanya Kira.

"Aku ingin menyelamatkan kekasihku." Willy membenarkan kalimat Kira.

"Tapi.. Will, berhentilah atau Kau ingin Aku loncat dari mobilmu?" Kira mulai menegaskan kata-katanya.

Willy menghentikan mobil. Menatap Kira.

"Aku ingin menyelamatkanmu, membawamu pergi sejauh mungkin dari negara ini!" Willy menarik napas dalam. " Aku akan melindungimu, Sha.."

Kira menangis.

"Aku minta maaf, Will.. Aku ga bisa pergi denganmu, walau hatiku ingin." Kira menghapus air matanya. "Aku udah ga suci lagi, Will. Aku kotor.. Aku udah nikah sama lelaki lain. Aku udah bukan Sha Sha yang dulu.. Yang selalu membuatmu mencintainya. Aku udah rusak, Will." Kira ingin membuka seat beltnya, namun di cegah oleh Willy.

"Jangan Will!" Kira melarang Willy untuk membuka cadarnya. Menepis tangan Willy menjauh.

"Apa Kau mencintainya?" Willy menatap mata Kira.

"Aku ga tau.. Tapi Dia suamiku. Aku udah berjanji setia dengannya seumur hidupku." kira menjelaskan.

"Kenapa?"

"Ayahku akan mati kalau Aku pergi, Will.." Kira menghapus air matanya lagi. "Biarkan Aku turun disini, dan Kamu pergilah!" Pinta Kira, yang kini sudah membuka seat beltnya tanpa dilarang oleh Willy.

"Kalau Aku bisa bebaskan Ayahmu, maukah Kau ikut denganku?" Tanya Willy sambil memegang tangan Kira yang sudah ingin membalikkan badan turun dari mobilnya.

"Aku ga tau, Will. Aku berharap Kamu ga lakukan itu. Kamu ga tau gimana mengerikannya Ryan. Aku ingin Kamu bahagia.. Lupakan Aku, Will.." kira melepaskan tangan Willy.

"Aku akan berusaha bebaskan Ayahmu. Aku akan cari tahu semuanya dan menyelamatkanmu juga, Sha Sha. Ikutkah denganku, Aku janji akan bebaskan Ayahmu!"

"Pergilah, Will.. Aku ga mau Kamu terluka! Dan terima kasih sudah menemuiku. Tak perlu mengantarku kembali ke kampusku. Kau harus segera pergi sebelum Ryan tahu."

Kira segera turun dari mobil Willy menjauhi mobilnya dan berbalik ke arah kampusnya. Ada rasa senang dihatinya telah menyelesaikan urusannya dengan Willy yang belum terselesaikan. Tapi lebih banyak rasa sedih melepas Willy. Kira tak ingin menarik Willy ke dalam masalahnya lebih dalam. Kira lebih memilih untuk menjalani takdirnya. Dan membebaskan dirinya suatu saat kelak, tanpa menyusahkan orang lain.

"Sha Sha, cintamu padaku sudah mulai luntur.. Bahkan Kau tak menjawab apakah dirimu mencintai suamimu atau enggak. Apa lelaki kejam itu lebih baik dariku? Apa hubungan Kita selama lima tahun begitu mudah dihancurkan oleh hubunganmu tiga bulan bersamanya? Kita lihat saja.. Aku akan nerusaha membebaskan Ayahmu.. Dan Aku ingin tahu, apakah Kau rela kembali kepadaku setelah itu?" Willy melihat Kira dari spion mobilnya, sambil bergumam. Dia merasakan perubahan sikap Kira. Walaupun masih ada cinta untuknya, tapi Willy ga yakin dirinya masih mendominasi di hati Kira.

"Kekasihmu sudah menjadi istri ponakanku, Dokter Muda! Aku rasa Kau harus merelakannya." Dokter Lusi menjawab pertanyaan Willy.

"Aku tak yakin Sha Sha mencintai ponakanmu!" Willy membela diri.

"Memang Aku juga tak yakin. Tapi, kalau Kau ingin membebaskan Kekasihmu, Kau harus mengambil apa yang membuat kekasihmu bertahan dengan keponakanku." Dokter Lusi tersenyum.

"Apa Kau bisa membantuku?"

Dokter Lusi menggeleng. "Aku tetap ada disisi ponakanku. Walaupun Aku berusaha netral menjawab pertanyaanmu. Kebahagiaan ponakanku adalah hal yang selalu Aku prioritaskan. Berjuanglah dengan kemampuanmu sendiri."

"Kurang Ajar!" Willy mengumpat. Ia terngiang perkataan Dokter Lusi. Willy sangat kesal, ia lalu melajukan mobilnya pergi meninggalkan tempat dimana mobilnya berhenti tadi. Kini, pikirannya berpikir apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan calon ayah mertua secepatnya. Hanya itu cara untuk mendapatkan kekasihnya lagi.

Tiiiin - Tiiiiiin